Selasa, 06 Juli 2021

ALKITAB DAN AKHIR ZAMAN (The Bible and the future) Anthony A. Hoekema

 

ALKITAB DAN AKHIR ZAMAN

(The Bible and the future)

Anthony A. Hoekema

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Diringkas oleh:

Yane Octavia Rismawati Wainarisi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

SIFAT ESKATOLGI PERJANJIAN LAMA

            Eskatologi merupakan paham yang integratif dalam seluruh Alkitab, dan merupakan medium dalam iman Kristen, kunci dari semua kebenaran. Merupakan karakteristik dari semua proklamasi iman Kristen, hakikat keberadaan gereja dan seluruh gereja.

Tentang Eskatolgi PL, Ladd mengungkapkan bahwa eskatologi merupakan konsep yang mewarnai pengenalan bangsa Israel tentang Allah dan pengharapan mereka tentang Kerajaan Allah bersifat eskatologi. Ada beberapa karakteristik dari eskatologi PL, antara lain: 1) Pengharapan tentang Juruselamat yang akan datang yang pertama kali muncul pada Kej 3:15, tentang janji induk diselamatkannya manusia dari dosa. Juruselamat ini perkirakan akan datang sebagai hamba Tuhan yang menderita dan anak manusia. 2) Kerajaan Allah, 3) Perjanjian (kovenan) baru, 4) Pembaruan Israel, 5) Hari Tuhan yang menggambarkan hari final kedatangan Tuhan yang berisi keselamatan namun juga disertai penghakiman dan bencana. 6) Langit dan bumi yang baru.

Tidak diketahui secara pasti kapan pengharapan-pengharapan itu akan terpenuhi, yang jelas dalam paham mereka bahwa hari itu akan terjadi pada suatu waktu yang akan datang. Dalam perspektif nabi PL kedatangan Kristus yang pertama dan kedua berkaitan dan ini menjadi jelas dalam PB bahwa kedatangan Mesias ini akan terjadi dalam dua tahap, kedatangan pertama dan kedua. Yang jelas tentang eskatologi PL adalah bahwa iman mereka dalam PL bersifat eskatologis, mereka menantikan kehadiran Allah di dalam sejarah, baik dalam waktu dekat maupun jauh.

Bab ii

Hakikat eskatologi dalam perjanjian baru

Dalam PB berkat-berkat rohani eskatologi dirasa jauh lebih melimpah ketimbang PL. Keduanya sama-sama mengharapkan penebusan di masa depan, namun eskatologi PB menyadari bahwa serangkaian nubuatan eskatologis PL sudah digenapi (dengan kedatangan Kristus) namun serangkaian peristiwa lain masih bersifat akan datang. Inilah karakter utama eskatologi PB, ketegangan antara ‘yang sudah ada’ dan ‘yang belum’ antara apa yang orang percaya telah nikmati dan apa yang ia belum miliki. Bagaimana cara PB membuktikannya?

1.      Dalam PB dijumpai realisasi dari nubuat tentang peristiwa besar eskatologis PL.

Hal ini terbukti dari penggunaan beberapa kata di PB seperti hapax (sekali) dan ephapax (sekali untuk selamanya) yang dikenakan pada karya Kristus (I Pet 3:18), Kerajaan Sorga sudah dekat (Eggizo, Mat 3:2; Mrk 1:15), Kerajaan Allah telah datang di tengah-tengah mereka (phthano, Mat 12:28), pleroma atau sebuah proses menuju penggenapan (Gal 4:4), zaman akhir (synteleia ton aionon, Ibr 9:26), waktu yang terakhir (I Yoh 2:18). Dari ayat-ayat ini diketahui bahwa orang-orang percaya di PB telah menyadari bahwa mereka telah hidup dalam waktu-waktu itu, dan peristiwa dahsyat eskatologi PL telah terjadi melalui kedatangan Yesus dan Kerajaan Allah.

2.      Dalam PB dijumpai perwujudan dari apa yang digambarkan dalam PL yang muncul sebagai satu peristiwa yang sama dalam dua tahap penggenapan; zaman Mesianis dan masa yang akan datang. Eskatologi PB melihat ke belakang pada kedatangan Kristus seperti yang dinubuatkan PL dan menegaskan bahwa sekarang mereka berada di hari-hari terakhir.  Namun ekstologi PB juga jauh melihat ke depan kepada sebuah zaman akhir yang belum tiba.

3.      Hubungan antara dua tahap eskatologis ini yaitu bahwa segala berkat pada zaman sekarang ini merupakan janji dan jaminan bagi berkat-berkat yang lebih besar pada zaman yang akan datang. Jadi pengharapan Kristen bukanlah pengharapan yang disebabkan oleh kekurangan, melainkan justru kekayaan, bukan karena berkat-berkat sekarang masih terlalu kecil, tetapi karena kita telah memperoleh berkat yang besar. Pengharapan adalah buah dari apa yang telah ada dan apa yang masih kurang. Pengharapan ini dikaitkan dengan iman dan kasih.

Bab iii

Arti sejarah

            Untuk mengerti tentang arti sejarah dengan lebih baik maka penulis buku ini memberi batasan terlebih dahulu tentang tafsir yang perlu ditolak. Pertama, tafsir Yunani kuno, karena: orang Yunani memandang sejarah secara ‘melingkar’ yaitu segala yang terjadi akan kembali lagi, kontras dengan konsep Kristen bahwa penggenapan rencana Allah menuju kepada sebuah sasaran, wadah di mana Allah mewujud nyatakan segala rencana-Nya atas manusia dan dunia. Kedua, pandangan dari kelompok eksistensialis ateistis di mana seseorang dibawa pada sebuah kondisi yang individualistis yaitu seseorang harus berusaha menemukan jalan hidupnya sendiri dari keberadaan yang tidak dapat dirasakan ke suatu kehidupan yang lebih dapat dihayati, melalui keputusan-keputusan penting yang diambilnya.       

Apa ciri dari penafsiran Kristen terhadap sejarah?

1.      Sejarah merupakan perwujudan rencana Allah. Paham ini tampak nyata dalam sejarah suci atau sejarah kudus yaitu dengan sejarah penebusan Allah atas umat-Nya melalui Yesus Kristus. Penebusan ini melibatkan sejarah umat manusia, sementara sejarah merupakan penyataan diri Allah.

2.      Allah adalah Tuhan atas sejarah. Bukan berarti bahwa Allah memanipulasi manusia sehingga mereka seolah-olah hanya boneka, mereka tetap merupakan manusia yang bebas dalam mengambil keputusan. Namun fakta bahwa Allah adalah Tuhan atas sejarah menunjukkan kalau segala peristiwa yang terjadi merupakan pelaksanaan rencana Allah dalam bentuk apapun juga. Dengan begitu, sejarah memiliki makna dan arah yang pasti.

3.      Kristus sebagai pusat sejarah. Kedatangan Kristus menjadikan sejarah Kristen unik dan dinamis namun tidak terulang. Fakta ini menyiratkan bahwa bukan hanya segala yang terjadi pada masa sebelumnya telah tergenapi, namun juga semua yang ada di masa yang akan datang telah ditetapkan.

4.      Zaman baru telah dimulai. Hal ini terjadi sejak kedatangan Kristus. Realitas bahwa tidak semua orang ikut ambil bagian dalam berkat zaman baru tidak membatalkan keberadaan zaman tersebut.

5.      Seluruh sejarah bergerak ke sebuah sasaran: langit dan bumi yang baru.

 

Berdasarkan ciri-ciri tersebut, apa dampak yang muncul bagi dunia saat ini? 1) Ciri utama aktivitas pada zaman sekarang ini adalah misi. 2) Kita terus hidup di dalam ketegangan antara yang telah tergenapi dengan yang belum. 3) Adanya dua garis perkembangan sejarah. Yaitu antara garis Kerajaan Allah dan kerajaan kegelapan. 4) Semua penilaian sejarah kita bersifat sementara, relatif dan tidak menyeluruh. Sehingga kita tidak bisa melihat sejarah dalam kategori hitam dan putih saja, namun juga variasi di antara keduanya. 5) Pengertian Kristen tentang sejarah pada hakikatnya bersifat optimistis. Berdasarkan pemahaman bahwa karena Allah adalah penguasa sejarah, dan Kristus telah menang dari kegelapan, maka hasil akhirnya adalah kebaikan akan menang, dan rencana penebusan Allah terhadap semua ciptaan diwujudkan. 6) Antara zaman sekarang dan zaman yang akan datang, ada hal-hal yang berkesinambungan, ada pula yang tidak.

Bab iv

Kerajaan Allah

            Kerajaan Allah merupakan berita utama yang diwartakan oleh Yesus dan berimplikasi pada pewartaan rasuli. Kedatangan Kerajaan Allah juga merupakan salah satu hal yang dinantikan di PL. Yohanes Pembaptis menyebutkan tentang “Ia yang akan datang”, Yesus menyebutkan bahwa “waktunya telah genap”, ini menunjukkan bahwa kedatangan Yesus membawa kehadiran kerajaan tersebut, sementara Yohanes masih berada di luarnya, ia hanyalah pembuka jalan bagi kehadiran kerajaan. Jadi Kerajaan Allah merupakan konsep yang tidak terpisahkan dari Yesus.

            Apa itu Kerajaan Allah? ada dua pendapat yang muncul; pertama, Kerajaan Allah merupakan pemerintahan Allah yang secara dinamis dan aktif berada dalam sejarah manusia melalui Yesus Kristus yang bertujuan untuk menebus umat Allah dari dosa dan dari kuasa Iblis serta menegakkan langit dan bumi dan baru, kedua, wilayah. Kerajaan Allah merupakan anugerah Allah dan hanya dapat diterima sebagai anugerah bukan usaha. Tugas manusia adalah masuk ke dalamnya dengan iman dan berdoa agar dimampukan untuk merendahkan hati terhadap kekuasaan Allah dalam setiap segi kehidupan. Kerajaan Allah mencakup aspek positif dan negatif, yang mau menerimanya akan selamat, yang menolak akan dihukum.

            Apa tanda-tanda kehadiran Kerajaan Allah? Dilemparkannya kuasa Iblis oleh Yesus, kejatuhan Iblis, mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Yesus dan para murid namun dalam fungsi yang terbatas, pemberitaan Injil, dan pengampunan dosa. Walaupun begitu, tidak berarti bahwa konflik antara kebaikan dan kejahatan akan berakhir. Kapan Kerajaan Allah ini hadir? Kerajaan ini telah hadir (ephthasen) namun juga masih akan datang. Fakta ini membawa kita kepada ketegangan: 1) Gereja harus sadar bahwa sejarah segera berakhir dan mereka harus mulai merencanakan dan bekerja bagi masadepan bumi yang baru dan kekal, 2) Gereja sengaja ditempatkan di tengah-tengah ketegangan antara yang masa kini dan akan datang. Dampak dari fakta ini adalah bahwa kita harus belajar bahwa: 1) Hanya Allah yang dapat menempatkan kita ke dalam kerajaan-Nya. 2) Kerajaan Allah menuntut dari diri kita pertobatan dan iman. 3) Kerajaan Allah menuntut komitmen total. 4) Kerajaan Allah mengandung penebusan kosmik.

Bab v

Roh Kudus dan eskatologi

            Roh Kudus juga mengambil peran dalam eskatologi. Dalam PL peran ini dikaitkan dalam tiga cara: 1) Roh Kudus akan mendahului zaman akhir itu dengan beberapa tanda profetik. 2) Roh Kudus akan berdiam dalam diri Juruselamat yang akan datang itu dan akan memperlengkapi-Nya dengan karunia-karunia yang dibutuhkan. 3) Roh Kudus akan muncul sebagai sumber kehidupan baru bagi bangsa Israel di masa yang akan datang, termasuk sebagai sumber berkat-berkat materi dan pembaruan moral.

Dalam Injil, Roh Kudus berperan dalam menggenapi nubuat-nubuat PL. Dalam Kis 2:16-17, Roh Kudus mengambil peran dalam zaman baru dengan segala kepenuhan-Nya di dalam gereja. Bagi Para Rasul, Roh Kudus mengambil peran yang universal. Ia bukan hanya tinggal dalam diri orang percaya, namun juga bekerja dalam setiap aspek kehidupan keagamaan dan moral. Bagi Paulus, kehadiran Roh Kudus memiliki makna bahwa masa depan itu telah menembus masa sekarang sehingga segala kuasa, berkat masa depan diberikan kepada kita melalui Roh Kudus. Jadi zaman Roh Kudus menurut Paulus merupakan zaman antara, di mana orang percaya memiliki berkat zaman yang akan datang namun belum secara penuh.

Peran Roh Kudus dalam eskatologi dengan kaitannya pada beberapa konsep Alkitab yang lebih spesifik, antara lain: 1) Roh Kudus membuktikan status anak yang dimiliki oleh setiap orang percaya, memberikan jaminan bahwa Allah adalah sungguh-sungguh Bapa mereka dan memberi kesaksian tentang keanakan orang percaya dan pembebasan mereka dari dosa. Dengan begitu, orang percaya dipastikan menjadi pewaris dari Kerajaan Allah. Namun karya ini baru sempurna pada masa yang akan datang. 2) Buah Sulung (firstfruits, Yun: aparche). Buah sulung menunjukkan panen pertama dan menandakan akan lebih banyak lagi panen selanjutnya. 3) Jaminan (arrabon) dari berkat-berkat yang masih dinantikan yaitu tentang masuk ke dalam keberadaan sorgawi, jaminan warisan. 4) Meterai (II Kor 1:22; Ef 1:13; Ef 4:30) yang menandakan kepemilikan. Bermeteraikan Roh Kudus berarti ditandai sebagai milik Allah. Konsep meterai sejalan dengan konsep jaminan. 5) Kebangkitan tubuh. Roh Kudus berperan dalam kebangkitan Kristus, menopang Kristus dalam kondisi kemuliaan, dan Ia juga akan berperan dalam kebangkitan tubuh, menopang dan memimpin tubuh kebangkitan seterusnya.

Bab vi

Ketegangan antara yang sudah dan yang belum terjadi

            Ketegangan antara yang sudah dan yang belum ini merupakan aspek yang penting dalam PB, sehingga dampaknya bagi pemikiran saat ini adalah: 1) Ketegangan dari apa yang sudah ada dan yang belum merupakan ciri dari apa yang sering kali kita sebut sebagai ‘tanda-tanda zaman’. Tanda-tanda ini berupa peristiwa-peristiwa yang akan terjadi sebelum kedatangan Kristus. 2) Gereja terlibat di dalam ketegangan ini. Karena gereja merupakan komunitas orang yang telah ditebus, maka mereka masuk dalam ketegangan ini. Pemberitaan firman, bimbingan pastoral, disiplin gereja, harus dilaksanakan dengan senantiasa mengingat ketegangan ini. Dalam memperlakukan orang lain, senantiasa harus diingat bahwa mereka adalah orang-orang berdosa yang telah diampuni. 3) Ketegangan ini harus menjadi dorongan bagi hidup Kristen yang bertanggung jawab. 4) Citra diri yang dimiliki harus mencerminkan ketegangan antara yang sudah ada dan belum. 5) Ketegangan ini menolong untuk memahami arti penderitaan di dalam kehidupan orang-orang percaya. 6) Sikap terhadap kebudayaan memiliki kaitan dengan ketegangan ini. Ada kesinambungan dan ketidaksinambungan antara dunia yang sekarang kita tempati dengan dunia yang akan datang sehingga budaya pun bisa dipakai namun dalam terang firman Allah.

Bab vii

Kematian fisik

            Ada beberapa ahli yang menghubungkan kematian sebagai akibat dosa namun ada juga yang tidak. Bagi Barth, kematian merupakan aspek dari ciptaan Allah yang baik karena Allah sejak semula memang telan menetapkan manusia untuk hidup sementara. Namun baginya, kematian memang menjadi tanda hukuman bagi dosa manusia.

            Kata yang dipakai dalam Alkitab tentang kematian memiliki beberapa pengertian: kematian secara fisik (muth) yang akan kembali kepada debu dan keterpisahan manusia dengan Allah akibat dosa. Tapi bagi Paulus, tubuh fisik itu mati, ia memiliki benih kematian di dalamnya dan suatu saat nanti pasti mati.

            Dari sudut pandang penebusan, kematian berarti berkat. Karena Kristus telah mati dan menanggung kutuk dosa bagi manusia, maka manusia tidak lagi berada di bawah kutuk dosa. Sehingga kematian bagi orang percaya berarti masuk ke dalam hidup yang kekal.

Bab viii

Konsep alkitab tentang kekekalan jiwa

            Konsep kekekalan jiwa diperkenalkan oleh Plato. Baginya, tubuh  dan jiwa berbeda, tubuh merupakan materi, jiwa bersifat ilahi. Jiwa berada di sorga, saat kejatuhan, jiwa masuk dalam tubuh dan tinggal dalam otak manusia. Jika ia mati, jiwa akan kembali ke surga (hanya jika perbuatannya selama hidup terpuji, jika tidak ia akan kembali menjadi manusia atau hewan). Jadi pada dasarnya jiwa bersifat kekal.

            Dalam Alkitab, kata yang berhubungan dengan kekekalan yaitu athanasia dan aphtharsia. Athanasia muncul tigal kali (I Tim 6:16 dan I Kor 15:53-54). I Tim 6:16 menunjuk kepada Allah. kekekalan yang dimaksud adalah kekekalan yang orisinal bukan kekekalan yang diberikan. Pada I Kor 15:52, kekekalan dimaksud diterapkan pada transformasi mereka yang masih hidup ketika Kristus kembali dan kebangkitan orang-orang yang telah mati. Ada beberapa hal yang bisa diperhatikan dari konsep kekekalan ini: 1) Kekekalan di sini hanya ditekankan kepada orang-orang beriman, 2) Kekekalan di sini adalah pemberian yang akan diterima di masa yang akan datang. 3) Kekekalan yang dimaksud bukanlah karakteristik yang dimiliki oleh jiwa, tetapi keseluruhan pribadi secara utuh. Aptharsia menunjukkan tujuan yang hendak dicapai oleh orang-orang percaya dan yang telah dinyatakan oleh kedatangan Kristus. Namun dalam kedua kata ini tidak ada yang menunjuk kepada kekekalan jiwa yang ada dalam diri manusia.  

            Lalu apa konsep yang diajarkan dalam Alkitab tentang kekekalan jiwa? Pertama, ternyata Alkitab tidak menggunakan istilah ‘kekekalan jiwa’. Kata kekekalan hanya digunakan pada Allah, keberadaan manusia secara utuh pada waktu kebangkitan, kondisi yang tidak dapat binasa, firman yang tidak fana, namun bukan pada jiwa manusia. Kedua, Alkitab tidak mengajarkan tentang keabadian ysng didasarkan pada sifat ketidakbinasaan jiwa itu sendiri. Ketiga, Alkitab tidak mengajarkan kelangsungan hidup sesudah kematian sebagai hal yang paling diinginkan, tetapi menekankan kehidupan di dalam persekutuan dengan Allah  sebagai sumber berkat yang terutama. Keempat, berita utama Alkitab tentang masa depan manusia adalah kebangkitan tubuh. Jadi konsep tentang kekekalan jiwa ternyata bukanlah doktrin Kristen. Yang Alkitab ajarkan sebagai tujuan eskatologi adalah kebangkitan tubuh.

Bab ix

Masa antara (intermediate state)

            Sejak zaman Agustinus, para teolog Kristen parcaya bahwa di antara kematian dan kebangkitan, jiwa manusia yang telah mati sebagian masuk beristirahat menantikan penggenapan keselamatan dan sebagian lagi menderita kesakitan ketika menunggu penghakiman kekal. Pada abad pertengahan muncul doktrin purgatory, masa reformasi muncul konsep Masa Antara. Muncul keberatan tentang doktrin Masa Antara seperti; manusia mati secara total dan baru menerima kehidupan baru pada kebangkitan, dan proses ini merupakan karya Allah bukan terjadi secara alamiah (Leeuw), doktrin ini memisahkan apa yang seharusnya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan (Althaus).

            Harus diakui bahwa Alkitab memang sedikit sekali berbicara tentang Masa Antara. Dan gambaran tentang Masa Antara ini hanyalah sebuah gambar yang samar-samar. Ketika seseorang mati, maka jiwa dan rohnya tidak ikut mati. Mereka tetap hidup namun dalam kondisi yang tidak sempurna, dan mereka membutuhkan kebangkitan tubuh.

            Dalam PL, konsep tentang Masa Antara ini disebut Sheol. Menurut Berkhof, konsep tentang Sheol muncul dalam tiga arti: 1) Wilayah kematian atau dunia orang mati, yang bersifat netral, baik orang beriman atau tidak turun ke dalam Sheol. 2) Kubur. 3) Neraka atau tempat hukuman bagi orang-orang yang tidak percaya. Bagaimana dengan PB? Seperti PL, manusia tidak akan lenyap setelah kematian, mereka ada di Masa Antara yaitu Hades (bahasa Yunani untuk Sheol) atau Firdaus atau pangkuan Abraham. Hades bisa berarti tempat penghukuman jiwa-jiwa orang fasik, ataupun dunia orang mati. Namun sampai sejauh ini, pengertian yang jelas tentang Masa Antara ini belum terjawab.

Bab x

Pengharapan kedatangan kedua

          Semua orang Kristen merindukan kedatangan Kristus dan hidup dalam pengharapan tersebut. Namun kapan ini akan terjadi? Ternyata sudah terjadi “penundaan Parousia” sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Untuk hal ini, banyak teolog menganggap bahwa Yesus dan Paulus sudah berbuat kesalahan dalam mendeskripsikan kapan waktu kedatangan Yesus yang kedua kali. Namun sebenarnya, jika Alkitab konsisten, maka Yesus sendiri pun tidak tahu kapan waktunya kedatangan Yesus yang kedua tersebut. Yang Ia ajarkan bukan tentang kapan waktu kedatangan-Nya melainkan kepastian dari kedatangan-Nya tersebut. Yang perlu dilakukan oleh manusia dalam hal ini adalah berjaga-jaga atau siap sedia menyambut kedatangan-Nya. Paulus pun melakukan hal yang serupa dengan yang Yesus lakukan, bukan tentang kapan Yesus datang, tetapi bahwa Yesus pasti datang, oleh sebab itu, berjaga-jagalah.

            Menurut Petrus, penundaan ini merupakan kesempatan yang Allah berikan agar orang-orang berdosa bertobat, waktu ini merupakan penyataan kasih Allah. Jadi pengharapan tentang kedatangan kedua ini seharusnyalah menjadikan dorongan bagi manusia untuk hidup kudus. Dan cara terbaik untuk menunggu kedatangan Tuhan adalah dengan terus melakukan kehendak Tuhan dan terus menunjukkan kasih kepada sesama.

Bab xi

Tanda-tanda zaman

            Ada beberapa kesalahpahaman yang muncul tentang tanda-tanda zaman ini. Kesalah pahaman itu antara lain: 1) Manusia memahami tanda-tanda zaman sebagai berbagai peristiwa yang ekslusif hanya akan terjadi di akhir zaman padahal semua proses atau peristiwa menandai periode sejarah antara kedatangan Kristus yang pertama dan kedua.  2) Anggapan bahwa tanda-tanda zaman hanyalah peristiwa-peristiwa yang abnormal, spektakuler, atau bencana besar-besaran, padahal tanda-tanda zaman ini menyangkut urusan pribadi kita dengan Tuhan. 3) Pemahaman bahwa tanda-tanda zaman adalah usaha untuk memakai tanda-tanda yang ada untuk menghitung tanggal yang pasti dari kedatangan Kristus yang kedua. 4) Usaha untuk menentukan waktu yang pasti bagi terjadinya masing-masing tanda zaman, padahal tanda itu seharusnya dilihat dengan mata iman.

            Secara umum, tanda-tanda zaman itu meliputi: 1) Apa yang Tuhan kerjakan di masa lampau. Tanda zaman ini menyatakan bahwa Kristus telah menang dan terjadi perubahan dalam sejarah. 2) Tanda-tanda zaman ini juga menunjuk pada akhir sejarah, khususnya pada kedatangan Kristus yang kedua. 3) Tanda-tanda zaman menunjukkan kontinuitas pertentangan antara Kerajaan Allah dan kuasa Iblis dalam sejarah. 4) Tanda-tanda zaman menuntut kepuasan. 5) Tanda-tanda zaman menuntut ketekunan dalam berjaga-jaga. Oleh sebab itu, daripada sibuk dengan urusan kapan waktu kedatangan, lebih baik jika meyakini bahwa Ia memang pasti akan datang, dan berjagalah.

Bab xii

Tanda-tanda khusus

            Tanda-tanda khusus ini terbagi dalam tiga kategori:

1.      Tanda-tanda yang menyatakan kasih karunia Allah

  1. Proklamasi Injil kepada semua bangsa, maksudnya adalah Injil harus disampaikan kepada seluruh dunia menjadi kesaksian kepada semua bangsa, kesaksian yang mendesak mereka untuk mengambil keputusan. Ini adalah masa anugerah di mana Allah memanggil manusia untuk diselamatkan.
  2. Keselamatan bagi bangsa Israel hingga jumlah yang penuh. Ada yang menafsirkan pertobatan bangsa Israel secara keseluruhan sebelum atau tepat pada kedatangan Kristus, pertobatan baik bangsa Yahudi maupun non-Yahudi di sepanjang sejarah ataupun pertobatan bagi khusus kalangan Yahudi di sepanjang sejarah. Bagi Paulus, penolakan terhadap Israel bukanlah hal yang sewenang-wenang juga bukan hal yang mutlak atau tanpa kondisi. Allah ingin agar semua bangsa diselamatkan. Kegagalan bangsa Israel dipakai Allah untuk menyelamatkan bangsa-bangsa lain. Sehingga ketika melihat hal ini, bangsa Israel menjadi iri dan mencoba berbalik kepada Allah.

2.      Tanda-tanda yang mengindikasikan perlawanan terhadap Allah

  1. Masa sengsara (tribulation). Tanda ini sebenarnya tidak hanya terjadi pada akhir zaman, namun sudah mulai terjadi di sepanjang sejarah saat ini.
  2. Murtad. Sejak zaman Israel sampai saman gereja masa kini, murtad ini terus terjadi. Murtad, dari bahasa Yunani yaitu apostasy yang berarti murtad atau perlawanan. Murtad ini muncul dari kalangan gereja sendiri.
  3. Antikristus. Antikristus ini akan terus bermunculan sebagai seorang yang berusaha melawan Kristus atau menggantikan-Nya. Yohanes menggunakan kata ini dalam bentuk impersonal (bukan pribadi), ia menunjukkan kepada sekelompok orang yang berupaya menentang Kristus. Namun bagi Paulus, antikristus ini akan muncul dari orang yang murtad, merupakan sosok pribadi manusia yang menghendaki dirinya menjadi obyek penyembahan, ia mampu melakukan berbagai mujizat palsu, ajaran sesat, demi menyebarluaskan ajaran-Nya, hanya akan muncul jika penghalangnya disingkirkan, dan manusia durhaka ini hanya akan musnah pada kedatangan yang kedua.

3.      Tanda-tanda yang mengindikasikan penghakiman Allah: a) Perang, b) Gempa bumi, c) Kelaparan. Perlu diketahui bahwa tanda-tanda ini memiliki kaitan dengan nubuat PL, merupakan bukti penghakiman Allah, dan bukanlah yang terakhir.

Dari beberapa tanda khusus yang muncul itu, kita bisa melihat bahwa kedatangan itu memang pasti terjadi, namun tetap dalam kurun waktu yang tidak diketahui.

Bab xiii

Natur kedatangan kedua

            Dispensasionalisme pretribulasi mengajarkan dua tahap kedatangan Tuhan: pengangkatan (rapture) dan kembalinya Kristus (return). Pada saat pengangkatan terjadi, Kristus tidak turun ke bumi, Ia hanya akan berada di awan-awan saja, peristiwa ini dapat terjadi setiap saat. Saat ini merupakan saat di mana terjadi kebangkitan semua orang percaya, dan pengubahan atau pemuliaan orang-orang yang masih hidup. Orang-orang prcaya dan telah diubahkan ini berjumpa dengan Tuhan di udara dan masuk sorga bersama Kristus untuk merayakan perjamuan kawin Anak Domba selama tujuh tahun. Sementara itu apa yang terjadi di bumi? Kesengsaraan, antikristus, penghakiman, penyelamatan Israel dan non-Israel, penganiayaan umat Allah oleh penguasa dunia.

            Konsep ini ditolak dengan alasan: 1) Beberapa kata yang dipakai dalam PB untuk menjelasan konsep Kedatangan Kedua, sama sekali tidak memberikan dasar untuk mengajarkan dua tahap kedatangan. 2) Pasal-pasal PB yang menjelaskan tentang kesengsaraan besar tidak mengindikasikan bahwa gereja akan diangkat dari bumi sebelum peristiwa tersebut berlangsung. 3) Pasal-pasal dalam PB yang berbicara tentang pengangkatan tidak mengajarkan konsep pengangkatan seperti yang dianut oleh orang-orang petribulasi. 4) Kedatangan Kristus yang keduakali melibatkan kedatangan bersama dengan umat-Nya maupun kedatangan bagi umat-Nya. 5) Argumen tentang dua tahap kedatangan Kristus tidak dapat disimpulkan dari ajaran bahwa kesusahan besar merupakan pernyataan murka Allah atas dunia. Namun hal ini tidak akan menimpa gereja karena gereja telah diangkat bersama-sama dengan Yesus hingga Ia sampai di bumi.

            Bagaiman cara Kedatangan Kedua ini terjadi? Cirinya: Kedatangan ini bersifat pribadi, kasat mata (visible), dan penuh kemuliaan.

Bab xiv

Beberapa pandangan utama tentang kerajaan seribu tahun

(milenialisme)

            Dalam Wahyu 20:4 muncul tentang pemeritahan seribu tahun. Setidaknya ada empat penafsiran tentang ayat ini:

1.      Amilenialisme

Kelompok ini menafsirkan millennium sebagai pemerintahan orang-orang percaya yang telah meninggal dan yang sekarang ini bersama-sama dengan Yesus di sorga. Mereka menantikan penyempurnaan Kerajaan Allah di masa yang akan datang, di dalam bumi yang baru karena mereka sadar bahwa meskipun Yesus sudah menang, namun Iblis masih tetap ada. Amilenialis memahami Kedatangan Kedua sebagai satu peristiwa tunggal, di mana akan terjadi kebangkitan umum bagi orang yang sudah meninggal dan pengubahan atau pemuliaan bagi orang yang masih hidup.

2.      Postmilenialisme

Merupakan pandangan tentang hal-hal akhir zaman, yang mempercayai bahwa Kerajaan Allah sekarang ini sedang diperluas melalui pemberitaan Injil dan pekerjaan Roh Kudus dalam hati orang-orang, sehingga seluruh dunia diKristenkan dan terjadi masa penutupan masa penuh kebenaran dan damai yang panjang. Tolak ukurnya, semakin banyak orang bertobat, prinsip iman dan moral Kristen menjadi standar bagi semua individu, dosa dikurangi, terjadi perbaikan di berbagai bidang kehidupan, peperangan berakhir, dll. Ada beberapa keberatan yang diajukan atas pemikiran kelompok postmelienialisme, antara lain: Nubuat-nubuat PL yang ditafsirkan sebagai petunjuk adanya zaman keemasan di masa yang akan datang, merupakan gambaran bagi kondisi akhir orang-orang tebusan Kristus. Penafsiran mereka tentang masa sengsara (Mat 24) dan murtad (II Tes 2) tidak dapat dibenarkan, Wahyu 20:1-6 tidak mendukung posisi postmilenialisme, pengharapan mereka tentang zaman keemasan tidak sejalan dengan perseteruan yang terus berlangsung di dalam sejarah antara Kerajaan Allah dan kuasa jahat.

3.      Premilenialisme Historis

Kelompok ini percaya bahwa kedatangan Yesus yang kedua akan terjadi sebelum millennium. Ada beberapa peristiwa yang mendahului kedatangan Kristus: Penginjilan kepada bangsa-bangsa, masa kesusahan, murtad dan pemberontakan yang hebat, dan munculnya satu pribadi anti Kristus. Millennium bagi mereka bukanlah keadaan akhir karena dosa dan kematian masih tetap ada, namun sangat dibatasi. Menjelang akhir millennium, Iblis akan dilepaskan dan akan menyesatkan bangsa-bangsa namun mereka akan dihukum, orang fasik akan bangkit dan disertai dengan penghakiman. Ada dua bagian Alkitab yang menjadi dasar Biblis bagi kelompok ini, yaitu: Wahyu 20 dan I Kor 15:23-26. Bagi Ladd, Wahyu 20 menandakan adanya progresivitas dalam pewahyuan dan I Kor 15:23-26 menunjukkan kemenangan Kerajaan Kristus yang terjadi dalam tiga tahap: kebangkitan Kristus, Kedatangan Kedua, dan fase ketika Yesus menyerahkan Kerajaan Allah kepada Bapa. Dari ketiga tahap ini kemungkinan ada jeda waktu di dalamnya. Ada beberapa keberatan terhadap ajaran mereka, antara lain: Wahyu 20 tidak memberikan bukti yang meyakinkan bagi adanya pemerintahan seribu tahun yang akan mengikuti Kedatangan Kedua, I Kor 15:23-24 tidak memberikan bukti yang jelas bagi pemerintahan di bumi seperti yang dipahami dalam premilenialisme, turunnya Kristus bersama-sama dengan orang percaya yang dimuliakan di bumi, di mana kemudian dosa dan kematian masih tetap akan ada, bertentangan dengan realitas kemuliaan akhir, pemerintahan selama seribu tahun di bumi sebagaimana diajarkan oleh premilenialis, tidak sejalan dengan ajaran PB tentang eskatologi, karena pemerintahan semacam ini tidak masuk dalam kategori masa sekarang maupun yang akan datang.

4.      Premilenialisme dispensasi

Ada dua dasar pemikiran dari kelompok ini: mereka menafsirkan secara harfiah nubuat-nubuat Alkitab, dan mereka menganggap bahwa ada perbedaan mendasar antara Israel dan gereja. Dispendasi membagi sejarah atau pola hubungan Allah dengan manusia dalam beberapa dispensasi atau pembagian waktu di mana masing-masing dispensasi, manusia didamaikan dengan Allah melalui anugerah. PL berisi janji bahwa Allah akan memulai kerajaan-Nya dengan melibatkan orang Israel namun dalam PB, ternyata mereka menolak kerajaan ini. Karena itu, Allah kemudian mengumpulkan umat kerajaan-Nya dari bangsa baik Yahudi maupun non-Yahudi. Sedangkan kedatangan Kristus sendiri terbagi dalam dua fase, pengangkatan dan kembalinya Kristus.

Bab xv

Sebuah (Banyak Mas ada delapan, Salah juduh nih) kritik terhadap paham premilenialisme dispensasi

            Kritik ini disampaikan untuk menanggapi dua aspek dalam ajaran premilenialisme dispensasi, yaitu dua tahap dari kedatangan kedua dan tentang pengangkatan gereja. Kritik-kritik tersebut antara lain: 1) Premilenialisme dispensasi mengabaikan hal yang sangat mendasar dalam Alkitab, yaitu kesatuan Alkitab. Bahwa manusia dalam periode dispensasi tidk dapa menyelamatkan diri sendiri, sebab itu ada perjanjian anugerah, dalam PL dan PB, perjanjian anugerah ini satu. 2) Ajaran bahwa Allah memiliki tujuan yang berbeda bagi Israel dan gereja adalah suatu paham yang tidak benar. Fakta bahwa PB sering berbicara tentang orang Yahudi dibanding orang non-Yahudi tidak berarti bahwa Allah memiliki tujuan yang berbeda bagi orang Israel dan bagi gereja. 3) PL tidak mengajarkan bahwa aka nada kerajaan seribu tahun di bumi yang bersifat fisik. 4) Alkitab tidak mengajarkan pemulihan politik bagi Israel melalui masa seribu tahun. Bagi kelompok dispensasi, pemulihan Israel di tanah milik mereka bersifat permanen karena mereka menafsirkan nubuat itu secara harfiah. 5) Konsep premilenialisme dispensasi tentang penundaan kerajaan Israel tidak memiliki dasar dalam Alkitab. 6) Konsep Premilenialisme dispensasi tentang gereja sebagai pengganti sementara terhadap ditundanya kerajaan Israel, tidak memiliki dasar dalam Alkitab. Alasannya: tidak benar bahwa PL tidak pernah menubuatkan tentang gereja, Alkitab mengajarkan kesinambungan antara umat Allah dalam PL dan PB, sehingga gerejatidak bisa dipahami hanya sebagai pengganti sementara di dalam keseluruhan rencana Allah, konsep tentang gereja sebagai sebuah pengganti sementara dengan ditundanya rencana Allah bagi Israel, sama sekali tidak sejalan dengan Alkitab. 7) Alkitab tidak mengajarkan bahwa orang masih dapat dibawa kepada keselamatan sesudak Kristus datang kembali. 8) Kerajaan seribu tahun yang dipegang oleh kelompok premilenialisme dispensasi bukanlah seribu tahun yang digambarkan dalam Wahyu 20:4-6.

Bab xvi

Kerajaan seribu tahun menurut wahyu 20

            Kitab Wahyu terbagi menjadi tujuh bagian yang masing-masing bagiannya parallel. Paralel pertama, pasal 1-3, tentang penglihatan Yohanes dan ketaatan Yohanes dalam menulis perintah Yesus. Paralel kedua, pasal 4-7, penglihatan tentang tujuh meterai. Paralel ketiga, pasal 8-11, melukiskan tentang ketujuh sangkakala penghakiman. Paralel keempat, pasal 12-14, diawali dengan penglihatan tentang perempuan yang mengandung, dua macam binatang yang membantu naga. Parallel kelima, pasal 15-16, tentang cawan murka Allah yaitu penyingkapan murka Allah yang terakhir atas mereka yang tidak mau bertobat. Paralel keenam, pasalah 17-19, tentang kejatuhan Babel dan binatang itu. Parallel ketujuh, pasal 20-22, mengisahkan tentang kehancuran naga sehingga dengan demikian melengkapi penggambaran tentang kekalahan semua musuh Kristus, penghakiman dan penghukuman akhir atas orang-orang berdosa. Juga melukiskan kemenangan akhir Kristus atas gereja-Nya.

            Wahyu 20:1 membawa kita pada permulaan era PB. Selanjutnya menggambarkan kekalahan dan penghukuman akhir Iblis. Kedatangan Kristus (20:4-6) berlangsung setelah kedatangan pertama dan sebelum kedatangan Kristus yang kedua kali. Ay 1-3 menggambarkan suatu kondisi di mana aktivitas Iblis sangat dibatasi selama masa seribu tahun, karena ia sudah diikat. Maksudnya? Dalam PL, Iblis bebas oleh sebab itu bangsa lain selain Israel tidak memperoleh wahyu khusus. Kedatangan Kristus menandakan kekalahan Iblis sehingga ia tidak dapat terus menyesatkan bangsa-bangsa, karena ia telah dirantai.

            Ay 4 memiliki parallel dengan ps 6:9-11 tentang jiwa para martir. Apa yang akan terjadi pada mereka? Jiwa-jiwa para martir digambarkan sebagai orang-orang yang tetap sadar dan hidup, bahkan diberikan jubah putih dan diminta untuk beristirahat. Bedanya dengan ps 20:4 adalah bahwa jiwa para martir itu diminta untuk memerintah bersama-sama dengan Kristus.  Intiya adalah bahwa jiwa-jiwa orang mati itu tetap hidup sementara mereka berada di masa antara kematian dan kebangkitan. Perlu diketahui juga tentang latar belakang penglihatan ini, yaitu ketika pada zaman Yohanes, gereja sedang mengalami tekanan dan penganiayaan. Sehingga akan menjadi sebuah penghiburan besar ketika mengetahui bahwa meskipun banyak dari antara saudara seiman yang sudah mati sebagai martir, jiwa-jiwa mereka tetap hidup di sorga dan memerintah bersama-sama dengan Kristus. Begitu juga dengan orang-orang percaya (5a). Tidak ada indikasi bahwa Yesus sedang menggambarkan tentang sebuah kerajaan seribu tahun di bumi, latar belakang penglihatan Yohanes adalah kondisi sorga. Pemerintahan seribu tahun bukanlah sesuatu yang perlu dinantikan, pemerintahan ini sedang berlangsung, dan akan terus berlangsung sampai Kristus datang yang kedua kali.

            Bagaimana dengan orang yang tidak percaya? Ay 6 dan 14 menyatakan tentang kematian kedua, penghukuman kekal setelah kebangkitan tubuh berlangsung.

Bab xvii

Kebangkitan tubuh

            Ini merupakan tema sentral dalam esktatologi. Inkarnasi dan kebangkitan Kristus membuktikan bahwa tubuh tidak jahat. Kebangkitan Kristus menjadikan semua orang yang percaya kepada-Nya bangkit pula dengan tubuh yang dimuliakan. Premilenialisme memisahkan kebangkitan orang-orang percaya dan tidak dengan jarak seribu tahun. Ada juga kebangkitan orang percaya pada masa tribulasi yang terjadi diakhir masa tujuh tahun kesusahan dan kebangkitan orang-orang percaya yang mati pada masa seribu tahun, yang akan terjadi di akhir masa pemerintahan seribu tahun. Bagaimana cara kita menganggapi hal ini? 1) Alkitab mengajarkan bahwa kebangkitan orang percaya dan orang tidak percaya akan terjadi bersama-sama. 2) Alkitab mengajarkan bahwa orang-orang percaya akan dibangkitkan pada saat kedatangan Kristus yang keduakali, yaitu saat yang disebut sebagai “akhir zaman”. 3) Penjelasan bagi dua fase kebangkitan yang didasarkan atas I Tes 4:16 dan I Kor 15:23-24 tidak terbukti. Dalam hal ini, Paulus tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa kebangkitan orang percaya itu berbeda waktunya dengan kebangkitan orang yang tidak percaya. Maksud Paulus dalam Tesalonika adalah bahwa kebangkitan orang-orang percaya akan mendahului perubahan dan pengangkatan orang percaya yang masih hidup pada saat Kedatangan Kedua berlangsung. Dalam Korintus, Paulus memang sengaja menyinggung hanya kebangkitan orang percaya saja, karena ia berkepentingan dalam hal itu, namun tidak berarti bahwa kebangkitan itu terjadi dalam dua fase.

Sekarang kita sampai pada hakikat kebangkitan itu sendiri. Ada dua bagian dalam PL yang secara eksplisit membahas tentang kebangkitan tubuh. Yes 26:19 tentang kebangkitan tubuh di masa yang akan datang, yang akan dialami oleh orang-orang percaya, khususnya orang Israel. Dan Daniel 12:2 tentang kebangkitan baik orang yang percaya maupun tidak. Dalam Daniel dapat diketahui bahwa kebangkitan itu bukan hanya untuk mendapat hidup yang kekal namun juga hukuman yang kekal.  Dalam PB, konsep tentang kebangkitan yang menduduki tempat pertama adalah kebangkitan Yesus Kristus. Inilah satu-satunya kebangkitan yang tidak disertai lagi oleh kematian. I Kor 15:20 membahas tentang kebangkitan Yesus sebagai yang “sulung” yang menjadi bukti bahwa kita akan bangkit pula dari kematian. Roma 8:11 menyatakan bahwa kebangkitan orang percaya merupakan buah karya Roh Kudus. Filipi 3:20-21 menyatakan bahwa kebangkitan tubuh pada manusia identik dengan kebangkitan tubuh pada Yesus. Banyak pertanyaan yang muncul soal kebangkitan tubuh, dan berikut keterangan Paulus dalam I Kor 15. Pertama Paulus menyampaikan tentang fakta kebangkitan (ay 12-34) yaitu melalui adanya kebangkitan Kristus yang menjadi jaminan juga bagi orang percaya. Kedua, bagaimana kebangkitan itu (35-39), dalam hal ini ia mempergunakan perbandingan, tumbuhan dan biji serta menabur dan menuai (42-44). Ada perbandingan kontras antara tubuh yang sekarang dengan tubuh kebangkitan, yaitu antara: yang binasa dengan tidak dapat binasa, kehinaan dan kemuliaan, kelemahan dan kekuatan, dan tubuh alamiah dan tubuh rohaniah. Ketiga, kepentingan kebangkitan tubuh ( I Kor 15:50-57), di mana manusia tidak mungkin mewarisi kehidupan dari berkat yang akan datang bila mereka masih dalam keadaan yang lemah dan dapat binasa.

Bab xviii

Penghakiman akhir

            Sebagian orang berpendapat, ketika seorang percaya mati maka tubuhnya akan langsung pulang ke rumah Tuhan, sebagian lagi berpendapat bahwa jika seorang mati dalam kondisi tidak percaya maka ia akan langsung menuju tempat penghakiman. Pertanyaannya, apa sebenarnya tujuan dari penghakiman akhir itu sendiri? 1) Tujuan dari penghakiman akhir adalah untuk menyatakan kuasa Allah dan kemuliaan Allah  melalui penyingkapan kondisi akhir setiap orang. 2) Menyingkapkan derajat upah atau penghukuman yang akan diterima oleh setiap orang. 3) Melaksanakan keadilan Allah atas diri setiap orang. Karena Allah Maha, tahu, maka bagi Litton, penghakiman akhir adalah penyingkapan dan pelaksanaan ketetapan.

            Bagaimana penghakiman akhir ini akan dilakukan? Berbeda dengan pemahaman dispensasi yang menerangkan bahwa penghakiman akan terjadi sampai empat kali, penghakiman akhir dalam Alkitab hanya akan terjadi satu kali kemudian diikuti dengan kebangkitan. Kapan penghakiman ini akan dilakukan? Penghakiman terakhir ini akan terjadi pada penutupan sejarah. Lalu siapakah yang akan menghakimi? Kristus, pribadi Ilahi yang telah berinkarnasi, mati, dan bangkit untuk menyelamatkan umat-Nya. Dalam penghakiman, Ia akan dibantu oleh para malaikat dan orang-orang kudus-Nya. Siapa yang akan dihakimi? Malaikat (I Kor 6:2-3) dan  semua bangsa (Mat 25:32). Artinya orang percaya pun akan dihakimi, namun mereka tidak perlu takut sebab tidak ada lagi  penghukuman bagi mereka yang sudah ada dalam Kristus (Rm 8:1). Hal-hal apa saja yang perlu dihakimi? Segala sesuatu yang telah dilakukan dalam hidup ini beserta juga ungkapan dari hatinya yang terdalam, semua tingkah laku baik dan jahat, kata-kata yang jahat. Namun perlu diingat bahwa semuanya itu telah diampuni melalui karya penebusan Yesus yang diberikan kepada manusia berdasarkan anugerah. Apa yang menjadi standar dalam penghakiman tersebut? Kehendak Allah yang dinyatakan kepada masing-masing pribadi. Ada juga konsep tentang upah bagi orang percaya, namun upah ini diperoleh bukan karena hasil usaha manusia, upah ini juga diperoleh berdasarkan anugerah. Perbuatan baik kita dimengerti secara organis sebagai peningkatan kapasitas di masa yang akan datang dalam menikmati berkat-berkat masa depan.

Bab xix

Penghukuman kekal

            Ada dua bentuk penyangkalan terhadap penghukuman kekal ini, pertama, universalisme. Kelompok in mengajarkan bahwa neraka dan penghukuman kekal tidak sejalan dengan konsep tentang kasih dan kemahakuasaan Allah. Bagi mereka, nantinya semua orang akan diselamatkan. Paham ini sepakat bahwa nantinya tidak ada seorangpun yang akan dihukum secara kekal. Kedua, anihilasi. Doktrin ini muncul dalam dua bentuk. Bentuk pertama berpandangan bahwa pada hakikatnya manusia tidak dapat binasa, namun bagi mereka yang terus hidup dalam dosa akan menjadi tidak kekal sehingga perlu dianihilasi atau ditiadakan. Bentuk kedua yang muncul dengan “kekekalan bersyaratnya” berpandangan bahwa manusia pada hakikatnya tidak kekal. Mereka yang percaya akan menerima kekekalan sebagai anugerah, begitu sebaliknya.

            Memang agak sulit untuk menerima doktrin ini. Namun Alkitab mengajarkan hal ini. Yesus mengajarkan  tentang konsep geenna (Yunani) dalam Khotbah Di Bukit. Geenna atau Gehenna berarti neraka. Dalam bahasa Aramnya yaitu gee hinom atau lembah Hinom yang terletak di sebelah selatan Yerusalem tempat persembahan anak-anak kepada dewa Molokh pada zaman Manasye, di lembah ini pula mereka yang menolak Israel dihukum atau dibakar. Jadi Gehenna dipakai untuk menunjukkan penghukuman yang bersifat kekal. Mencakup jiwa dan tubuh, tak terpadamkan (Mark 9:43), keterpisahan yang menakutkan dari mereka yang terhilang dan keterpisahan secara kekal dari persekutuan dengan Allah. Penggunaan kata apollymi untuk menjelaskan penghukuman ini juga mengindikasikan bahwa hukuman kekal ini merupakan sebuah hukuman di mana manusia itu berada dalam kondisi terhilang dari persekutuan dengan Allah atau penderitaan yang tanpa akhir.  Dipergunakan juga kata aionios yang berarti tanpa awal, tanpa awal atau akhir, dan tanpa akhir. Digunakan untuk mendeskripsikan suatu rangkaian berkat yang tanpa akhir dan juga suatu penghukuman kekal yang tanpa akhir. Ajaran Para rasul juga menyampaikan hal yang hampir serupa. Dalam surat Petrus dan II Tes 1:7-9 muncul kata olethron aionion yang berarti kebinasaan kekal atau hukuman tanpa akhir dan diasingkan dari hadirat Allah yang mulia. Namun perlu diketahui behwa tidak semua orang fasik akan mengalami penghukuman yang besar, Allah akan menjalankan pengadilan-Nya dengan sempurna dan semua orang akan menjalani hukuman sesuai dengan apa yang pantas ia terima.

            Yang perlu kita pahami di sini adalah bahwa sejalan dengan Alkitab, maka pasti ada sebuah tempat yang disebut sebagai neraka, namun entah di mana tempat itu berada.

Bab xx

Bumi yang baru

            Doktrin ini penting untuk beberapa alasan berikut: Pertama, demi untuk memahami kehidupan yang akan datang. Kedua, untuk memahami secara tepat rencana penebusan Allah secara keseluruhan, tidak hanya manusia, namun juga semua ciptaan yang ada. Allah tidak akan puas hingga semua ciptaan-Nya disucikan dari segala akibat kejatuhan manusia dalam dosa.  Ketiga, untuk memahami nubuat PL dengan tepat. Karena gambaran-gambaran harfiah dalam nubuat PL memerlukan baik penggenapan di masa depan maupun penggenapan yang sifatnya non-harfiah. Penggenapan itu dilakukan sebenarnya bukan dalam kerajaan Seribu tahun melainkan dalam bumi yang baru.

            Apa itu bumi yang baru menurut Alkitab? Kitab Kejadian berisi janji tentang bumi sebagai warisan untuk tempat tinggal. Manusia juga diberi kuasa untuk bumi. Namun sayang, mereka ternyata melakukan dosa. Karena kejatuhan itu, maka diberikan ‘janji induk’ dalam Kej 3:15. Bagaimana memvisualisasikan kemenangan akhir dari janji itu? Kebalikan dari efek negatif dosa. Jika akibat dosa adalah kematian, kemenangannya berarti kehidupan, jika efek negatif dari dosa adalah mandat menguasai bumi dicabut, maka mereka akan sekali lagi menguasai bumi. Kejadian 15 dan 17 berisi tentang ditegakkannya perjanjian antara Abraham dan keturunannya. Sifatnya sempit, sebab itu ada Perjanjian Baru.

            Apa itu Bumi yang Baru? Apakah ini berarti penghancuran total dari bumi yang lama? Bukan. Alasannya: Pertama, II Pet 3:13 dan Why 21:1 kata Yunani untuk baru yang digunakan adalah kainos yaitu baru dalam hal kualitas. Jadi pembaruan kosmos ini adalah penciptaan ulang alam semesta yang meskipun bersifat mulia, masih tetap merupakan kelanjutan dari bumi yang lama. Kedua, Roma 8:20-21 menyatakan bahwa ciptaan yang ada ini bukan ciptaan yang sama sekali baru. Ketiga, analogi antara bumi baru dan kebangkitan tubuh orang-orang percaya. Yaitu bahwa orang-orang yang dibangkitkan bukanlah orang yang sama sekali baru melainkan umat Allah yang sebelumnya pernah ada di bumi ini. Keempat, perbedaannya dengan anihilasi adalah bahwa jika Allah harus menghapuskan seluruh kosmos yang ada sekarang ini, maka Iblis akan meraih kemenangan yang besar. Karena hal itu berarti Iblis telah berhasil mencemari kosmos dan bumi yang sekarang ini sehingga Allah tidak dapat berbuat apa-apa selain memusnahkannya.

            Sesuai dengan pengertian kainos, maka bumi yang baru ini adalah bumi yang lama namun yang telah mengalami pemurnian. Di dalam bumi yang baru ini kemudian Allah akan menyatakan kepada umat-Nya seluruh kekayaan yang telah dijanjikan lewat perjanjian anugerah. Saat ini kita baru menemui buah penggenapan yang sulung, nanti di bumi yang baru kita akan menuai secara penuh janji Allah. Bagaimana dengan hal-hal baik yang sudah ada di dunia ini? Menurut Hendrikus Berkhof, hal-hal yang baik yang berasal dari bumi yang lama akan tetap didipelihara dan ditambahkan pada bumi yang baru. Kehidupan di bumi yang baru ini akan ditandai dengan pengenalan yang sempurna akan Allah dan pelayanan yang sempurna kepada Allah.

            Dengan adanya doktrin ini diharapkan agar orang percaya terpacu untuk hidup dalam pengharapan, semangan, optimisme di zaman yang penuh keputusasaan. Masalah tetap ada, namun kita perlu mencari jalan keluar dengan penuh harapan dan percaya diri. Respon kita bagi bumi ini adalah agar kita mulai untuk membuat bumi ini lebih baik.

 

Apendiks: konsep eskatologi modern

            Pada abad modern terjadi kebangkitan minat yang luar biasa terhadap eskatologi. Kebangkitan ini ditandai juga dengan adanya pergeseran penting dalam teologi Liberal Eropa Barat abad 19. Ada beberapa tokoh yang akan mucul berikut dengan pemahamannya tentang eskatologi.

            1) Albert Ritschl (1822-1889). Baginya, konsep utama Kekristenan adalah Kerajaan Allah atau organisasi moral kemanusiaan yang terwujud dalam tindakan kasih. Bagi Ritschl, penebusan merupakan tanggung jawab Allah, namun Kerajaan Allah merupakan tanggung jawab dari orang-orang yang sudah ditebus. Kerajaan Allah pada dasarnya terdiri dari nilai-nilai dan tujuan-tujuan moral, yang menjadi sasaran-sasaran mulia dari apa yang harus dicapai di bumi. Tidak ada tempat bagi pemahaman Kerajaan Allah yang bersifat eskatologi. 2) Adolf Von Harnack (1851-1930), menyatakan bahwa Kerajaan Allah memiliki dua sisi. Satu menjadi peristiwa yang sepenuhnya terjadi di masa yang akan datang, di sisi lain adalah sesuatu yang sebenarnya telah hadir pada zaman sekarang ini. Namun baginya, konsep Kerajaan Allah yang Yesus ajarkan itu diadopsi dari tradisi setempat, oleh sebab itu perlu dibedakan mana yang kulit dan mana yang inti. Kerajaan Allah yang berisi pengharapan dramatis di mana terjadi pembinasaan musuh-musuh Allah merupakan kulit dan Kerajaan Allah yang telah terwujud sekarang ini adalah inti. Harnack juga mengkombinasikan agama dengan moralitas sehingga agama disebut juiwa moralitas dan moralitas sebagai tubuh agama. Dengan begitu, Harnack juga menolak konsep eskatologi. 3) Johannes Weiss (1863-1914), muncul sebagai reaksi terhadap ajaran Ritschl. Baginya Yesus bukan sekadar guru moral tertinggi, Ia merupakan pribadi yang berdiri di suatu momen waktu yang sangat menentukan dan bahwa Ia adalah penyampai berita keselamatan yang berorientasi pada eskatologi. Ketika Kerajaan Allah terwujud, ia akan mendobrak masuk dengan kuasa ilahi ke dalam sejarah untuk menghentikan dan menggantinya dengan yang baru. Jadi Kerajaan Allah adalah sepenuhnya perbuatan Allah. Bagi Weiss, aspek eskatologis bukanlah semata-mata kulit dari ajaran Yesus melainkan inti yang sebenarnya. Kelemahan pemikiran Weiss adalah bahwa Kerajaan Allah itu bersifat akan datang dan sama sekali belum ada di masa kini. 4) Albert Schweitzer (1875-1966), menyatakan bahwa konsep eskatologi ini muncul dalam seluruh hidup-Nya. Bagi Schweitzer, Kerajaan Allah merupakan realitas yang berada di masa akan datang. Menurut Schweitzer, awalnya Yesus seolah-olah dengan yakin menyebutkan bahwa Kerajaan Allah itu sudah dekat, namun ketika tidak ada realisasi maka Yesus mulai menyadari ada kekeliruan dalam pemberitaan-Nya sehingga waktu ini dianggap ‘penundaan parousia’. Bukan hanya perkiraan parousia yang meleset, perkiraan tentang penderitaan juga meleset. Mati adalah cara yang Yesus pilih untuk mewujudkan penderitaan-penderitaan mesianis itu. Jadi menurut Schweitzer, pengharapan eskatologi hanyalah merupakan ilusi, Yesus adalah tokoh yang mati tragis untuk mewujudkan apa yang sebenarnya Allah tidak ingin diwujudkan. Dan bagi Paulus, eskatologi pun ternyata khayalan sebuah ilusi. 5) Charles H. Dodd (1884-1973) dengan eskatologis terwujudnya,  menyatakan bahwa melalui pelayanan Yesus, nubuat PL telah terwujud. Hidup kekal itu sebenarnya sudah diwujudkan sekarang dan di sini melalui kehadiran Kristus dengan Roh-Nya di dalam gereja. Dodd ini tidak mempercayai kedatangan Kristus yang kedua secara harfiah, dan ia menganggap berita itu sebagai sebuah mitos. Dalam hal ini ia berat sebelah terhadap peristiwa-peristiwa eskatologi masa depan. 6) Torance meneruskan teologi Calvin tentang Kerajaan Allah, yaitu bahwa Kerajaan Allah itu telah sepenuhnya diwujudkan dalam Kristus kecuali penggenapan akhir di dalam kemuliaan. 7) Gerhardus Vos (1862-1949), baginya, jika PL menunjuk ke depan, kepada kedatangan Mesias sebagai peristiwa eskatologi tunggal, maka PB membagi peristiwa itu dalam dua tahap; zaman Mesias sekarang ini dan penggenapannya di masa depan. Bagi Vos, eskatologi menentukan soteriologi bukan sebaliknya. Berdasarkan pikiran Paulus, Vos mencoba menggambarkan tentang eskatologi dalam beberapa konsep: kebangkitan, keselamatan, pembenaran, dan Roh Kudus. Jadi baginya, konsep tentang eskatologi sudah mewarnai hampir seluruh pemikiran Paulus. 8) Cullmann memberi tempat bagi eskatologi yang akan datang dan yang telah diwujudkan. Inkarnasi Kristus baginya telah menjadi peristiwa yang membagi sejarah dalam dua periode waktu, nubuat yang telah tergenapi dan sejarah selanjutnya. Jika orang PL menaruh pengharapannya pada masa depan, maka orang-orang di PB peristiwa tersebut adalah masa lalu dan mereka menaruh pengharapannya pada masa lalu. Timbul ketegangan antara yang sudah dan yang belum yang muncul dalam berbagai cara. Tidak hanya dalam soal Kerajaan Allah yang sudah dan yang belum, tetapi juga masalah penghukuman. 9) Muncul juga tiga macam konsep eskatologi lain, yaitu eskatologi vertikal (Karl Barth), eskatologi eksistensial (Rudolf Bultmann), eskatologi Futuris (Jurgen Moltmann). Bagi Barth, eskatologi merupakan suatu keyakianan kepada Yesus Kristus, melalui pertobatan dan iman di setiap saat ketika menyadari bahwa kita sedang berhadapan dengan-Nya. Dalam paham eskatologi ini, Yang Kekal senantiasa berada di atas kita sehingga kita senantiasa harus memberi jawaban kepada-Nya setiap kali Ia berbicara dengan kita. Ada relasi yang tidak jelas dalam pemikiran Barth tentang yang sekarang dan yang akan datang, antara yang sudah dan yang belum. Bagi Bultmann, hal yang utama tentang konsep eskatologi adalah bahwa Allah aktif bekerja dan pengertian tentang keberadaan manusia terkandung di dalamnya; eskatologi bukanlah suatu keyakinan bahwa akhir zaman akan segera terjadi. Yesus Kristus hadir dalam sejarah dan keputusan yang harus diambil oleh setiap orang setiap kali diperhadapkan dengan Kristus. Jadi kondisi eskatologi adalah sebuah pemahaman diri yang baru berupa pemahaman yang berasal dari respons iman seseorang terhadap Firman yang telah diberitakan, eskatologi sendiri merupakan peristiwa yang terjadi secara berulang-ulang melalui pemberitaan firman dan iman dan Yesus Kristus sebagai peristiwa eskatologi merupakan fakta yang terjadi berulangkali sebagai firman yang diberitakan dan memanggil manusia. Kelemahan Bultmann adalah karena ia terlalu menekankan aspek kekinian sehingga membuang aspek masa depan dari eskatologi. Bagi Moltmann, eskatologi merupakan pembicaraan tentang Kristus dan masa depan yang bersangkut paut dengan-Nya. Bahasa yang terkandung dalam eskatologi merupakan bahasa janji, pola pikir pengharapn, sesuai dengan pengharapan iman Kristen. Bagi Moltmann, Kerajaan Allah bukanlah soal sekarang melainkan masa yang akan datang. Sebab itu Kekristenan dipahami sebagai komunitas orang percaya yang sedang menantikan Kerajaan Allah. Pengharapan ini tidak boleh menjadikan kita pasif namun kreatif mengusahakan perubahan terhadap realitas yang kita alami. Kelemahan Moltmann antara lain: 1) Terlalu menekankan aspek masa depan, 2) Penafsirannya terhadap wahyu menurut kategori janji, padahal kitab Wahyu tidak hanya sebatas janji, 3) Gambaran Moltmann tentang masa depan kabur, misterius, dan kurang spesifik.

 

1 komentar:

  1. Titanium Alloy Nier - Shop, Gourmet, Buy, Sell - TI-TITanium Art
    T-Titan-Arsenous-Deghe-Malted-T-Iron-Gold-Chrome-Iron-Nier - The Tien, properties of titanium China. Material, Type, head titanium ti s6 Color, Color. babyliss pro nano titanium flat iron Item Description, Type.Item Type: AlloyNierColor: ColorGoldChrome-Iron-NierDimensions: 0.5 x 2.5 anodizing titanium x where to buy titanium trim 0.5 inches;

    BalasHapus