ALKITAB DAN
AKHIR ZAMAN
(The Bible and
the future)
Anthony A. Hoekema
Diringkas oleh:
Yane Octavia Rismawati Wainarisi
BAB I
SIFAT
ESKATOLGI PERJANJIAN LAMA
Eskatologi
merupakan paham yang integratif dalam seluruh Alkitab, dan merupakan medium
dalam iman Kristen, kunci dari semua kebenaran. Merupakan karakteristik dari
semua proklamasi iman Kristen, hakikat keberadaan gereja dan seluruh gereja.
Tentang Eskatolgi PL, Ladd
mengungkapkan bahwa eskatologi merupakan konsep yang mewarnai pengenalan bangsa
Israel tentang Allah dan pengharapan mereka tentang Kerajaan Allah bersifat
eskatologi. Ada beberapa karakteristik dari eskatologi PL, antara lain: 1) Pengharapan
tentang Juruselamat yang akan datang yang pertama kali muncul pada Kej 3:15, tentang
janji induk diselamatkannya manusia dari dosa. Juruselamat ini perkirakan akan
datang sebagai hamba Tuhan yang menderita dan anak manusia. 2) Kerajaan Allah,
3) Perjanjian (kovenan) baru, 4) Pembaruan Israel, 5) Hari Tuhan yang
menggambarkan hari final kedatangan Tuhan yang berisi keselamatan namun juga disertai
penghakiman dan bencana. 6) Langit dan bumi yang baru.
Tidak diketahui secara pasti
kapan pengharapan-pengharapan itu akan terpenuhi, yang jelas dalam paham mereka
bahwa hari itu akan terjadi pada suatu waktu yang akan datang. Dalam perspektif
nabi PL kedatangan Kristus yang pertama dan kedua berkaitan dan ini menjadi
jelas dalam PB bahwa kedatangan Mesias ini akan terjadi dalam dua tahap,
kedatangan pertama dan kedua. Yang jelas tentang eskatologi PL adalah bahwa
iman mereka dalam PL bersifat eskatologis, mereka menantikan kehadiran Allah di
dalam sejarah, baik dalam waktu dekat maupun jauh.
Bab ii
Hakikat eskatologi dalam perjanjian baru
Dalam PB berkat-berkat rohani
eskatologi dirasa jauh lebih melimpah ketimbang PL. Keduanya sama-sama
mengharapkan penebusan di masa depan, namun eskatologi PB menyadari bahwa serangkaian
nubuatan eskatologis PL sudah digenapi (dengan kedatangan Kristus) namun
serangkaian peristiwa lain masih bersifat akan datang. Inilah karakter utama
eskatologi PB, ketegangan antara ‘yang sudah ada’ dan ‘yang belum’ antara apa
yang orang percaya telah nikmati dan apa yang ia belum miliki. Bagaimana cara
PB membuktikannya?
1. Dalam PB dijumpai
realisasi dari nubuat tentang peristiwa besar eskatologis PL.
Hal ini terbukti dari
penggunaan beberapa kata di PB seperti hapax (sekali) dan ephapax (sekali untuk
selamanya) yang dikenakan pada karya Kristus (I Pet 3:18), Kerajaan Sorga sudah
dekat (Eggizo, Mat 3:2; Mrk 1:15), Kerajaan Allah telah datang di tengah-tengah
mereka (phthano, Mat 12:28), pleroma atau sebuah proses menuju penggenapan (Gal
4:4), zaman akhir (synteleia ton aionon, Ibr 9:26), waktu yang terakhir (I Yoh
2:18). Dari ayat-ayat ini diketahui bahwa orang-orang percaya di PB telah
menyadari bahwa mereka telah hidup dalam waktu-waktu itu, dan peristiwa dahsyat
eskatologi PL telah terjadi melalui kedatangan Yesus dan Kerajaan Allah.
2. Dalam PB dijumpai
perwujudan dari apa yang digambarkan dalam PL yang muncul sebagai satu peristiwa
yang sama dalam dua tahap penggenapan; zaman Mesianis dan masa yang akan
datang. Eskatologi PB melihat ke belakang pada kedatangan Kristus seperti yang
dinubuatkan PL dan menegaskan bahwa sekarang mereka berada di hari-hari
terakhir. Namun ekstologi PB juga jauh
melihat ke depan kepada sebuah zaman akhir yang belum tiba.
3. Hubungan antara dua
tahap eskatologis ini yaitu bahwa segala berkat pada zaman sekarang ini merupakan
janji dan jaminan bagi berkat-berkat yang lebih besar pada zaman yang akan
datang. Jadi pengharapan Kristen bukanlah pengharapan yang disebabkan oleh
kekurangan, melainkan justru kekayaan, bukan karena berkat-berkat sekarang
masih terlalu kecil, tetapi karena kita telah memperoleh berkat yang besar. Pengharapan
adalah buah dari apa yang telah ada dan apa yang masih kurang. Pengharapan ini dikaitkan
dengan iman dan kasih.
Bab iii
Arti sejarah
Untuk
mengerti tentang arti sejarah dengan lebih baik maka penulis buku ini memberi
batasan terlebih dahulu tentang tafsir yang perlu ditolak. Pertama, tafsir
Yunani kuno, karena: orang Yunani memandang sejarah secara ‘melingkar’ yaitu
segala yang terjadi akan kembali lagi, kontras dengan konsep Kristen bahwa
penggenapan rencana Allah menuju kepada sebuah sasaran, wadah di mana Allah
mewujud nyatakan segala rencana-Nya atas manusia dan dunia. Kedua, pandangan
dari kelompok eksistensialis ateistis di mana seseorang dibawa pada sebuah
kondisi yang individualistis yaitu seseorang harus berusaha menemukan jalan
hidupnya sendiri dari keberadaan yang tidak dapat dirasakan ke suatu kehidupan
yang lebih dapat dihayati, melalui keputusan-keputusan penting yang diambilnya.
Apa ciri dari penafsiran
Kristen terhadap sejarah?
1. Sejarah merupakan
perwujudan rencana Allah. Paham ini tampak nyata dalam sejarah suci atau
sejarah kudus yaitu dengan sejarah penebusan Allah atas umat-Nya melalui Yesus
Kristus. Penebusan ini melibatkan sejarah umat manusia, sementara sejarah
merupakan penyataan diri Allah.
2. Allah adalah Tuhan
atas sejarah. Bukan berarti bahwa Allah memanipulasi manusia sehingga mereka
seolah-olah hanya boneka, mereka tetap merupakan manusia yang bebas dalam
mengambil keputusan. Namun fakta bahwa Allah adalah Tuhan atas sejarah
menunjukkan kalau segala peristiwa yang terjadi merupakan pelaksanaan rencana Allah
dalam bentuk apapun juga. Dengan begitu, sejarah memiliki makna dan arah yang
pasti.
3. Kristus sebagai pusat
sejarah. Kedatangan Kristus menjadikan sejarah Kristen unik dan dinamis namun
tidak terulang. Fakta ini menyiratkan bahwa bukan hanya segala yang terjadi
pada masa sebelumnya telah tergenapi, namun juga semua yang ada di masa yang
akan datang telah ditetapkan.
4. Zaman baru telah
dimulai. Hal ini terjadi sejak kedatangan Kristus. Realitas bahwa tidak semua
orang ikut ambil bagian dalam berkat zaman baru tidak membatalkan keberadaan
zaman tersebut.
5. Seluruh sejarah
bergerak ke sebuah sasaran: langit dan bumi yang baru.
Berdasarkan ciri-ciri
tersebut, apa dampak yang muncul bagi dunia saat ini? 1) Ciri utama aktivitas
pada zaman sekarang ini adalah misi. 2) Kita terus hidup di dalam ketegangan
antara yang telah tergenapi dengan yang belum. 3) Adanya dua garis perkembangan
sejarah. Yaitu antara garis Kerajaan Allah dan kerajaan kegelapan. 4) Semua
penilaian sejarah kita bersifat sementara, relatif dan tidak menyeluruh. Sehingga
kita tidak bisa melihat sejarah dalam kategori hitam dan putih saja, namun juga
variasi di antara keduanya. 5) Pengertian Kristen tentang sejarah pada
hakikatnya bersifat optimistis. Berdasarkan pemahaman bahwa karena Allah adalah
penguasa sejarah, dan Kristus telah menang dari kegelapan, maka hasil akhirnya
adalah kebaikan akan menang, dan rencana penebusan Allah terhadap semua ciptaan
diwujudkan. 6) Antara zaman sekarang dan zaman yang akan datang, ada hal-hal
yang berkesinambungan, ada pula yang tidak.
Bab iv
Kerajaan Allah
Kerajaan
Allah merupakan berita utama yang diwartakan oleh Yesus dan berimplikasi pada
pewartaan rasuli. Kedatangan Kerajaan Allah juga merupakan salah satu hal yang
dinantikan di PL. Yohanes Pembaptis menyebutkan tentang “Ia yang akan datang”,
Yesus menyebutkan bahwa “waktunya telah genap”, ini menunjukkan bahwa
kedatangan Yesus membawa kehadiran kerajaan tersebut, sementara Yohanes masih
berada di luarnya, ia hanyalah pembuka jalan bagi kehadiran kerajaan. Jadi
Kerajaan Allah merupakan konsep yang tidak terpisahkan dari Yesus.
Apa
itu Kerajaan Allah? ada dua pendapat yang muncul; pertama, Kerajaan Allah
merupakan pemerintahan Allah yang secara dinamis dan aktif berada dalam sejarah
manusia melalui Yesus Kristus yang bertujuan untuk menebus umat Allah dari dosa
dan dari kuasa Iblis serta menegakkan langit dan bumi dan baru, kedua, wilayah.
Kerajaan Allah merupakan anugerah Allah dan hanya dapat diterima sebagai
anugerah bukan usaha. Tugas manusia adalah masuk ke dalamnya dengan iman dan
berdoa agar dimampukan untuk merendahkan hati terhadap kekuasaan Allah dalam
setiap segi kehidupan. Kerajaan Allah mencakup aspek positif dan negatif, yang
mau menerimanya akan selamat, yang menolak akan dihukum.
Apa
tanda-tanda kehadiran Kerajaan Allah? Dilemparkannya kuasa Iblis oleh Yesus,
kejatuhan Iblis, mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Yesus dan para murid namun
dalam fungsi yang terbatas, pemberitaan Injil, dan pengampunan dosa. Walaupun
begitu, tidak berarti bahwa konflik antara kebaikan dan kejahatan akan
berakhir. Kapan Kerajaan Allah ini hadir? Kerajaan ini telah hadir (ephthasen)
namun juga masih akan datang. Fakta ini membawa kita kepada ketegangan: 1)
Gereja harus sadar bahwa sejarah segera berakhir dan mereka harus mulai
merencanakan dan bekerja bagi masadepan bumi yang baru dan kekal, 2) Gereja
sengaja ditempatkan di tengah-tengah ketegangan antara yang masa kini dan akan
datang. Dampak dari fakta ini adalah bahwa kita harus belajar bahwa: 1) Hanya
Allah yang dapat menempatkan kita ke dalam kerajaan-Nya. 2) Kerajaan Allah
menuntut dari diri kita pertobatan dan iman. 3) Kerajaan Allah menuntut
komitmen total. 4) Kerajaan Allah mengandung penebusan kosmik.
Bab v
Roh Kudus dan
eskatologi
Roh
Kudus juga mengambil peran dalam eskatologi. Dalam PL peran ini dikaitkan dalam
tiga cara: 1) Roh Kudus akan mendahului zaman akhir itu dengan beberapa tanda
profetik. 2) Roh Kudus akan berdiam dalam diri Juruselamat yang akan datang itu
dan akan memperlengkapi-Nya dengan karunia-karunia yang dibutuhkan. 3) Roh
Kudus akan muncul sebagai sumber kehidupan baru bagi bangsa Israel di masa yang
akan datang, termasuk sebagai sumber berkat-berkat materi dan pembaruan moral.
Dalam Injil, Roh Kudus
berperan dalam menggenapi nubuat-nubuat PL. Dalam Kis 2:16-17, Roh Kudus
mengambil peran dalam zaman baru dengan segala kepenuhan-Nya di dalam gereja. Bagi
Para Rasul, Roh Kudus mengambil peran yang universal. Ia bukan hanya tinggal
dalam diri orang percaya, namun juga bekerja dalam setiap aspek kehidupan
keagamaan dan moral. Bagi Paulus, kehadiran Roh Kudus memiliki makna bahwa masa
depan itu telah menembus masa sekarang sehingga segala kuasa, berkat masa depan
diberikan kepada kita melalui Roh Kudus. Jadi zaman Roh Kudus menurut Paulus merupakan
zaman antara, di mana orang percaya memiliki berkat zaman yang akan datang
namun belum secara penuh.
Peran Roh Kudus dalam eskatologi
dengan kaitannya pada beberapa konsep Alkitab yang lebih spesifik, antara lain:
1) Roh Kudus membuktikan status anak yang dimiliki oleh setiap orang percaya,
memberikan jaminan bahwa Allah adalah sungguh-sungguh Bapa mereka dan memberi
kesaksian tentang keanakan orang percaya dan pembebasan mereka dari dosa. Dengan
begitu, orang percaya dipastikan menjadi pewaris dari Kerajaan Allah. Namun
karya ini baru sempurna pada masa yang akan datang. 2) Buah Sulung
(firstfruits, Yun: aparche). Buah sulung menunjukkan panen pertama dan
menandakan akan lebih banyak lagi panen selanjutnya. 3) Jaminan (arrabon) dari
berkat-berkat yang masih dinantikan yaitu tentang masuk ke dalam keberadaan
sorgawi, jaminan warisan. 4) Meterai (II Kor 1:22; Ef 1:13; Ef 4:30) yang
menandakan kepemilikan. Bermeteraikan Roh Kudus berarti ditandai sebagai milik
Allah. Konsep meterai sejalan dengan konsep jaminan. 5) Kebangkitan tubuh. Roh
Kudus berperan dalam kebangkitan Kristus, menopang Kristus dalam kondisi
kemuliaan, dan Ia juga akan berperan dalam kebangkitan tubuh, menopang dan
memimpin tubuh kebangkitan seterusnya.
Bab vi
Ketegangan
antara yang sudah dan yang belum terjadi
Ketegangan
antara yang sudah dan yang belum ini merupakan aspek yang penting dalam PB,
sehingga dampaknya bagi pemikiran saat ini adalah: 1) Ketegangan dari apa yang
sudah ada dan yang belum merupakan ciri dari apa yang sering kali kita sebut
sebagai ‘tanda-tanda zaman’. Tanda-tanda ini berupa peristiwa-peristiwa yang
akan terjadi sebelum kedatangan Kristus. 2) Gereja terlibat di dalam ketegangan
ini. Karena gereja merupakan komunitas orang yang telah ditebus, maka mereka
masuk dalam ketegangan ini. Pemberitaan firman, bimbingan pastoral, disiplin
gereja, harus dilaksanakan dengan senantiasa mengingat ketegangan ini. Dalam
memperlakukan orang lain, senantiasa harus diingat bahwa mereka adalah
orang-orang berdosa yang telah diampuni. 3) Ketegangan ini harus menjadi
dorongan bagi hidup Kristen yang bertanggung jawab. 4) Citra diri yang dimiliki
harus mencerminkan ketegangan antara yang sudah ada dan belum. 5) Ketegangan
ini menolong untuk memahami arti penderitaan di dalam kehidupan orang-orang
percaya. 6) Sikap terhadap kebudayaan memiliki kaitan dengan ketegangan ini. Ada
kesinambungan dan ketidaksinambungan antara dunia yang sekarang kita tempati dengan
dunia yang akan datang sehingga budaya pun bisa dipakai namun dalam terang firman
Allah.
Bab vii
Kematian fisik
Ada
beberapa ahli yang menghubungkan kematian sebagai akibat dosa namun ada juga
yang tidak. Bagi Barth, kematian merupakan aspek dari ciptaan Allah yang baik
karena Allah sejak semula memang telan menetapkan manusia untuk hidup
sementara. Namun baginya, kematian memang menjadi tanda hukuman bagi dosa
manusia.
Kata
yang dipakai dalam Alkitab tentang kematian memiliki beberapa pengertian:
kematian secara fisik (muth) yang akan kembali kepada debu dan keterpisahan
manusia dengan Allah akibat dosa. Tapi bagi Paulus, tubuh fisik itu mati, ia
memiliki benih kematian di dalamnya dan suatu saat nanti pasti mati.
Dari
sudut pandang penebusan, kematian berarti berkat. Karena Kristus telah mati dan
menanggung kutuk dosa bagi manusia, maka manusia tidak lagi berada di bawah
kutuk dosa. Sehingga kematian bagi orang percaya berarti masuk ke dalam hidup
yang kekal.
Bab viii
Konsep alkitab
tentang kekekalan jiwa
Konsep
kekekalan jiwa diperkenalkan oleh Plato. Baginya, tubuh dan jiwa berbeda, tubuh merupakan materi,
jiwa bersifat ilahi. Jiwa berada di sorga, saat kejatuhan, jiwa masuk dalam
tubuh dan tinggal dalam otak manusia. Jika ia mati, jiwa akan kembali ke surga
(hanya jika perbuatannya selama hidup terpuji, jika tidak ia akan kembali
menjadi manusia atau hewan). Jadi pada dasarnya jiwa bersifat kekal.
Dalam
Alkitab, kata yang berhubungan dengan kekekalan yaitu athanasia dan aphtharsia.
Athanasia muncul tigal kali (I Tim 6:16 dan I Kor 15:53-54). I Tim 6:16
menunjuk kepada Allah. kekekalan yang dimaksud adalah kekekalan yang orisinal
bukan kekekalan yang diberikan. Pada I Kor 15:52, kekekalan dimaksud diterapkan
pada transformasi mereka yang masih hidup ketika Kristus kembali dan
kebangkitan orang-orang yang telah mati. Ada beberapa hal yang bisa
diperhatikan dari konsep kekekalan ini: 1) Kekekalan di sini hanya ditekankan
kepada orang-orang beriman, 2) Kekekalan di sini adalah pemberian yang akan
diterima di masa yang akan datang. 3) Kekekalan yang dimaksud bukanlah
karakteristik yang dimiliki oleh jiwa, tetapi keseluruhan pribadi secara utuh. Aptharsia
menunjukkan tujuan yang hendak dicapai oleh orang-orang percaya dan yang telah
dinyatakan oleh kedatangan Kristus. Namun dalam kedua kata ini tidak ada yang
menunjuk kepada kekekalan jiwa yang ada dalam diri manusia.
Lalu
apa konsep yang diajarkan dalam Alkitab tentang kekekalan jiwa? Pertama,
ternyata Alkitab tidak menggunakan istilah ‘kekekalan jiwa’. Kata kekekalan
hanya digunakan pada Allah, keberadaan manusia secara utuh pada waktu
kebangkitan, kondisi yang tidak dapat binasa, firman yang tidak fana, namun
bukan pada jiwa manusia. Kedua, Alkitab tidak mengajarkan tentang keabadian
ysng didasarkan pada sifat ketidakbinasaan jiwa itu sendiri. Ketiga, Alkitab
tidak mengajarkan kelangsungan hidup sesudah kematian sebagai hal yang paling
diinginkan, tetapi menekankan kehidupan di dalam persekutuan dengan Allah sebagai sumber berkat yang terutama. Keempat,
berita utama Alkitab tentang masa depan manusia adalah kebangkitan tubuh. Jadi
konsep tentang kekekalan jiwa ternyata bukanlah doktrin Kristen. Yang Alkitab
ajarkan sebagai tujuan eskatologi adalah kebangkitan tubuh.
Bab ix
Masa antara
(intermediate state)
Sejak
zaman Agustinus, para teolog Kristen parcaya bahwa di antara kematian dan
kebangkitan, jiwa manusia yang telah mati sebagian masuk beristirahat
menantikan penggenapan keselamatan dan sebagian lagi menderita kesakitan ketika
menunggu penghakiman kekal. Pada abad pertengahan muncul doktrin purgatory,
masa reformasi muncul konsep Masa Antara. Muncul keberatan tentang doktrin Masa
Antara seperti; manusia mati secara total dan baru menerima kehidupan baru pada
kebangkitan, dan proses ini merupakan karya Allah bukan terjadi secara alamiah
(Leeuw), doktrin ini memisahkan apa yang seharusnya merupakan satu kesatuan
yang tak terpisahkan (Althaus).
Harus
diakui bahwa Alkitab memang sedikit sekali berbicara tentang Masa Antara. Dan
gambaran tentang Masa Antara ini hanyalah sebuah gambar yang samar-samar. Ketika
seseorang mati, maka jiwa dan rohnya tidak ikut mati. Mereka tetap hidup namun
dalam kondisi yang tidak sempurna, dan mereka membutuhkan kebangkitan tubuh.
Dalam
PL, konsep tentang Masa Antara ini disebut Sheol. Menurut Berkhof, konsep
tentang Sheol muncul dalam tiga arti: 1) Wilayah kematian atau dunia orang
mati, yang bersifat netral, baik orang beriman atau tidak turun ke dalam Sheol.
2) Kubur. 3) Neraka atau tempat hukuman bagi orang-orang yang tidak percaya. Bagaimana
dengan PB? Seperti PL, manusia tidak akan lenyap setelah kematian, mereka ada
di Masa Antara yaitu Hades (bahasa Yunani untuk Sheol) atau Firdaus atau
pangkuan Abraham. Hades bisa berarti tempat penghukuman jiwa-jiwa orang fasik,
ataupun dunia orang mati. Namun sampai sejauh ini, pengertian yang jelas tentang
Masa Antara ini belum terjawab.
Bab x
Pengharapan
kedatangan kedua
Semua orang Kristen merindukan kedatangan Kristus dan hidup dalam
pengharapan tersebut. Namun kapan ini akan terjadi? Ternyata sudah terjadi
“penundaan Parousia” sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Untuk hal ini,
banyak teolog menganggap bahwa Yesus dan Paulus sudah berbuat kesalahan dalam
mendeskripsikan kapan waktu kedatangan Yesus yang kedua kali. Namun sebenarnya,
jika Alkitab konsisten, maka Yesus sendiri pun tidak tahu kapan waktunya
kedatangan Yesus yang kedua tersebut. Yang Ia ajarkan bukan tentang kapan waktu
kedatangan-Nya melainkan kepastian dari kedatangan-Nya tersebut. Yang perlu
dilakukan oleh manusia dalam hal ini adalah berjaga-jaga atau siap sedia
menyambut kedatangan-Nya. Paulus pun melakukan hal yang serupa dengan yang
Yesus lakukan, bukan tentang kapan Yesus datang, tetapi bahwa Yesus pasti
datang, oleh sebab itu, berjaga-jagalah.
Menurut
Petrus, penundaan ini merupakan kesempatan yang Allah berikan agar orang-orang
berdosa bertobat, waktu ini merupakan penyataan kasih Allah. Jadi pengharapan
tentang kedatangan kedua ini seharusnyalah menjadikan dorongan bagi manusia
untuk hidup kudus. Dan cara terbaik untuk menunggu kedatangan Tuhan adalah
dengan terus melakukan kehendak Tuhan dan terus menunjukkan kasih kepada
sesama.
Bab xi
Tanda-tanda
zaman
Ada
beberapa kesalahpahaman yang muncul tentang tanda-tanda zaman ini. Kesalah pahaman
itu antara lain: 1) Manusia memahami tanda-tanda zaman sebagai berbagai
peristiwa yang ekslusif hanya akan terjadi di akhir zaman padahal semua proses
atau peristiwa menandai periode sejarah antara kedatangan Kristus yang pertama
dan kedua. 2) Anggapan bahwa tanda-tanda
zaman hanyalah peristiwa-peristiwa yang abnormal, spektakuler, atau bencana
besar-besaran, padahal tanda-tanda zaman ini menyangkut urusan pribadi kita
dengan Tuhan. 3) Pemahaman bahwa tanda-tanda zaman adalah usaha untuk memakai
tanda-tanda yang ada untuk menghitung tanggal yang pasti dari kedatangan
Kristus yang kedua. 4) Usaha untuk menentukan waktu yang pasti bagi terjadinya
masing-masing tanda zaman, padahal tanda itu seharusnya dilihat dengan mata
iman.
Secara
umum, tanda-tanda zaman itu meliputi: 1) Apa yang Tuhan kerjakan di masa
lampau. Tanda zaman ini menyatakan bahwa Kristus telah menang dan terjadi
perubahan dalam sejarah. 2) Tanda-tanda zaman ini juga menunjuk pada akhir
sejarah, khususnya pada kedatangan Kristus yang kedua. 3) Tanda-tanda zaman
menunjukkan kontinuitas pertentangan antara Kerajaan Allah dan kuasa Iblis
dalam sejarah. 4) Tanda-tanda zaman menuntut kepuasan. 5) Tanda-tanda zaman
menuntut ketekunan dalam berjaga-jaga. Oleh sebab itu, daripada sibuk dengan
urusan kapan waktu kedatangan, lebih baik jika meyakini bahwa Ia memang pasti
akan datang, dan berjagalah.
Bab xii
Tanda-tanda
khusus
Tanda-tanda
khusus ini terbagi dalam tiga kategori:
1. Tanda-tanda yang
menyatakan kasih karunia Allah
- Proklamasi Injil kepada semua bangsa,
maksudnya adalah Injil harus disampaikan kepada seluruh dunia menjadi kesaksian
kepada semua bangsa, kesaksian yang mendesak mereka untuk mengambil
keputusan. Ini adalah masa anugerah di mana Allah memanggil manusia untuk
diselamatkan.
- Keselamatan bagi bangsa Israel hingga
jumlah yang penuh. Ada yang menafsirkan pertobatan bangsa Israel secara
keseluruhan sebelum atau tepat pada kedatangan Kristus, pertobatan baik
bangsa Yahudi maupun non-Yahudi di sepanjang sejarah ataupun pertobatan
bagi khusus kalangan Yahudi di sepanjang sejarah. Bagi Paulus, penolakan
terhadap Israel bukanlah hal yang sewenang-wenang juga bukan hal yang
mutlak atau tanpa kondisi. Allah ingin agar semua bangsa diselamatkan.
Kegagalan bangsa Israel dipakai Allah untuk menyelamatkan bangsa-bangsa
lain. Sehingga ketika melihat hal ini, bangsa Israel menjadi iri dan
mencoba berbalik kepada Allah.
2. Tanda-tanda yang
mengindikasikan perlawanan terhadap Allah
- Masa sengsara (tribulation). Tanda
ini sebenarnya tidak hanya terjadi pada akhir zaman, namun sudah mulai
terjadi di sepanjang sejarah saat ini.
- Murtad. Sejak zaman Israel sampai
saman gereja masa kini, murtad ini terus terjadi. Murtad, dari bahasa
Yunani yaitu apostasy yang berarti murtad atau perlawanan. Murtad ini
muncul dari kalangan gereja sendiri.
- Antikristus. Antikristus ini akan
terus bermunculan sebagai seorang yang berusaha melawan Kristus atau
menggantikan-Nya. Yohanes menggunakan kata ini dalam bentuk impersonal
(bukan pribadi), ia menunjukkan kepada sekelompok orang yang berupaya
menentang Kristus. Namun bagi Paulus, antikristus ini akan muncul dari
orang yang murtad, merupakan sosok pribadi manusia yang menghendaki
dirinya menjadi obyek penyembahan, ia mampu melakukan berbagai mujizat
palsu, ajaran sesat, demi menyebarluaskan ajaran-Nya, hanya akan muncul
jika penghalangnya disingkirkan, dan manusia durhaka ini hanya akan musnah
pada kedatangan yang kedua.
3. Tanda-tanda yang
mengindikasikan penghakiman Allah: a) Perang, b) Gempa bumi, c) Kelaparan. Perlu
diketahui bahwa tanda-tanda ini memiliki kaitan dengan nubuat PL, merupakan
bukti penghakiman Allah, dan bukanlah yang terakhir.
Dari beberapa tanda khusus
yang muncul itu, kita bisa melihat bahwa kedatangan itu memang pasti terjadi,
namun tetap dalam kurun waktu yang tidak diketahui.
Bab xiii
Natur
kedatangan kedua
Dispensasionalisme
pretribulasi mengajarkan dua tahap kedatangan Tuhan: pengangkatan (rapture) dan
kembalinya Kristus (return). Pada saat pengangkatan terjadi, Kristus tidak
turun ke bumi, Ia hanya akan berada di awan-awan saja, peristiwa ini dapat
terjadi setiap saat. Saat ini merupakan saat di mana terjadi kebangkitan semua
orang percaya, dan pengubahan atau pemuliaan orang-orang yang masih hidup.
Orang-orang prcaya dan telah diubahkan ini berjumpa dengan Tuhan di udara dan
masuk sorga bersama Kristus untuk merayakan perjamuan kawin Anak Domba selama
tujuh tahun. Sementara itu apa yang terjadi di bumi? Kesengsaraan, antikristus,
penghakiman, penyelamatan Israel dan non-Israel, penganiayaan umat Allah oleh penguasa
dunia.
Konsep
ini ditolak dengan alasan: 1) Beberapa kata yang dipakai dalam PB untuk
menjelasan konsep Kedatangan Kedua, sama sekali tidak memberikan dasar untuk
mengajarkan dua tahap kedatangan. 2) Pasal-pasal PB yang menjelaskan tentang
kesengsaraan besar tidak mengindikasikan bahwa gereja akan diangkat dari bumi
sebelum peristiwa tersebut berlangsung. 3) Pasal-pasal dalam PB yang berbicara
tentang pengangkatan tidak mengajarkan konsep pengangkatan seperti yang dianut
oleh orang-orang petribulasi. 4) Kedatangan Kristus yang keduakali melibatkan
kedatangan bersama dengan umat-Nya maupun kedatangan bagi umat-Nya. 5) Argumen
tentang dua tahap kedatangan Kristus tidak dapat disimpulkan dari ajaran bahwa
kesusahan besar merupakan pernyataan murka Allah atas dunia. Namun hal ini
tidak akan menimpa gereja karena gereja telah diangkat bersama-sama dengan
Yesus hingga Ia sampai di bumi.
Bagaiman
cara Kedatangan Kedua ini terjadi? Cirinya: Kedatangan ini bersifat pribadi,
kasat mata (visible), dan penuh kemuliaan.
Bab xiv
Beberapa
pandangan utama tentang kerajaan seribu tahun
(milenialisme)
Dalam
Wahyu 20:4 muncul tentang pemeritahan seribu tahun. Setidaknya ada empat
penafsiran tentang ayat ini:
1. Amilenialisme
Kelompok ini menafsirkan
millennium sebagai pemerintahan orang-orang percaya yang telah meninggal dan
yang sekarang ini bersama-sama dengan Yesus di sorga. Mereka menantikan
penyempurnaan Kerajaan Allah di masa yang akan datang, di dalam bumi yang baru
karena mereka sadar bahwa meskipun Yesus sudah menang, namun Iblis masih tetap
ada. Amilenialis memahami Kedatangan Kedua sebagai satu peristiwa tunggal, di
mana akan terjadi kebangkitan umum bagi orang yang sudah meninggal dan
pengubahan atau pemuliaan bagi orang yang masih hidup.
2. Postmilenialisme
Merupakan pandangan tentang
hal-hal akhir zaman, yang mempercayai bahwa Kerajaan Allah sekarang ini sedang
diperluas melalui pemberitaan Injil dan pekerjaan Roh Kudus dalam hati
orang-orang, sehingga seluruh dunia diKristenkan dan terjadi masa penutupan masa
penuh kebenaran dan damai yang panjang. Tolak ukurnya, semakin banyak orang
bertobat, prinsip iman dan moral Kristen menjadi standar bagi semua individu,
dosa dikurangi, terjadi perbaikan di berbagai bidang kehidupan, peperangan
berakhir, dll. Ada beberapa keberatan yang diajukan atas pemikiran kelompok postmelienialisme,
antara lain: Nubuat-nubuat PL yang ditafsirkan sebagai petunjuk adanya zaman
keemasan di masa yang akan datang, merupakan gambaran bagi kondisi akhir
orang-orang tebusan Kristus. Penafsiran mereka tentang masa sengsara (Mat 24)
dan murtad (II Tes 2) tidak dapat dibenarkan, Wahyu 20:1-6 tidak mendukung
posisi postmilenialisme, pengharapan mereka tentang zaman keemasan tidak
sejalan dengan perseteruan yang terus berlangsung di dalam sejarah antara
Kerajaan Allah dan kuasa jahat.
3. Premilenialisme
Historis
Kelompok ini percaya bahwa
kedatangan Yesus yang kedua akan terjadi sebelum millennium. Ada beberapa
peristiwa yang mendahului kedatangan Kristus: Penginjilan kepada bangsa-bangsa,
masa kesusahan, murtad dan pemberontakan yang hebat, dan munculnya satu pribadi
anti Kristus. Millennium bagi mereka bukanlah keadaan akhir karena dosa dan
kematian masih tetap ada, namun sangat dibatasi. Menjelang akhir millennium,
Iblis akan dilepaskan dan akan menyesatkan bangsa-bangsa namun mereka akan
dihukum, orang fasik akan bangkit dan disertai dengan penghakiman. Ada dua
bagian Alkitab yang menjadi dasar Biblis bagi kelompok ini, yaitu: Wahyu 20 dan
I Kor 15:23-26. Bagi Ladd, Wahyu 20 menandakan adanya progresivitas dalam
pewahyuan dan I Kor 15:23-26 menunjukkan kemenangan Kerajaan Kristus yang
terjadi dalam tiga tahap: kebangkitan Kristus, Kedatangan Kedua, dan fase
ketika Yesus menyerahkan Kerajaan Allah kepada Bapa. Dari ketiga tahap ini
kemungkinan ada jeda waktu di dalamnya. Ada beberapa keberatan terhadap ajaran
mereka, antara lain: Wahyu 20 tidak memberikan bukti yang meyakinkan bagi
adanya pemerintahan seribu tahun yang akan mengikuti Kedatangan Kedua, I Kor
15:23-24 tidak memberikan bukti yang jelas bagi pemerintahan di bumi seperti
yang dipahami dalam premilenialisme, turunnya Kristus bersama-sama dengan orang
percaya yang dimuliakan di bumi, di mana kemudian dosa dan kematian masih tetap
akan ada, bertentangan dengan realitas kemuliaan akhir, pemerintahan selama
seribu tahun di bumi sebagaimana diajarkan oleh premilenialis, tidak sejalan
dengan ajaran PB tentang eskatologi, karena pemerintahan semacam ini tidak
masuk dalam kategori masa sekarang maupun yang akan datang.
4. Premilenialisme
dispensasi
Ada dua dasar pemikiran dari
kelompok ini: mereka menafsirkan secara harfiah nubuat-nubuat Alkitab, dan
mereka menganggap bahwa ada perbedaan mendasar antara Israel dan gereja. Dispendasi
membagi sejarah atau pola hubungan Allah dengan manusia dalam beberapa dispensasi
atau pembagian waktu di mana masing-masing dispensasi, manusia didamaikan
dengan Allah melalui anugerah. PL berisi janji bahwa Allah akan memulai
kerajaan-Nya dengan melibatkan orang Israel namun dalam PB, ternyata mereka
menolak kerajaan ini. Karena itu, Allah kemudian mengumpulkan umat kerajaan-Nya
dari bangsa baik Yahudi maupun non-Yahudi. Sedangkan kedatangan Kristus sendiri
terbagi dalam dua fase, pengangkatan dan kembalinya Kristus.
Bab xv
Sebuah (Banyak
Mas ada delapan, Salah juduh nih) kritik terhadap paham premilenialisme dispensasi
Kritik
ini disampaikan untuk menanggapi dua aspek dalam ajaran premilenialisme
dispensasi, yaitu dua tahap dari kedatangan kedua dan tentang pengangkatan
gereja. Kritik-kritik tersebut antara lain: 1) Premilenialisme dispensasi
mengabaikan hal yang sangat mendasar dalam Alkitab, yaitu kesatuan Alkitab.
Bahwa manusia dalam periode dispensasi tidk dapa menyelamatkan diri sendiri,
sebab itu ada perjanjian anugerah, dalam PL dan PB, perjanjian anugerah ini
satu. 2) Ajaran bahwa Allah memiliki tujuan yang berbeda bagi Israel dan gereja
adalah suatu paham yang tidak benar. Fakta bahwa PB sering berbicara tentang
orang Yahudi dibanding orang non-Yahudi tidak berarti bahwa Allah memiliki
tujuan yang berbeda bagi orang Israel dan bagi gereja. 3) PL tidak mengajarkan
bahwa aka nada kerajaan seribu tahun di bumi yang bersifat fisik. 4) Alkitab
tidak mengajarkan pemulihan politik bagi Israel melalui masa seribu tahun. Bagi
kelompok dispensasi, pemulihan Israel di tanah milik mereka bersifat permanen
karena mereka menafsirkan nubuat itu secara harfiah. 5) Konsep premilenialisme
dispensasi tentang penundaan kerajaan Israel tidak memiliki dasar dalam
Alkitab. 6) Konsep Premilenialisme dispensasi tentang gereja sebagai pengganti
sementara terhadap ditundanya kerajaan Israel, tidak memiliki dasar dalam
Alkitab. Alasannya: tidak benar bahwa PL tidak pernah menubuatkan tentang
gereja, Alkitab mengajarkan kesinambungan antara umat Allah dalam PL dan PB,
sehingga gerejatidak bisa dipahami hanya sebagai pengganti sementara di dalam
keseluruhan rencana Allah, konsep tentang gereja sebagai sebuah pengganti
sementara dengan ditundanya rencana Allah bagi Israel, sama sekali tidak
sejalan dengan Alkitab. 7) Alkitab tidak mengajarkan bahwa orang masih dapat
dibawa kepada keselamatan sesudak Kristus datang kembali. 8) Kerajaan seribu
tahun yang dipegang oleh kelompok premilenialisme dispensasi bukanlah seribu
tahun yang digambarkan dalam Wahyu 20:4-6.
Bab xvi
Kerajaan
seribu tahun menurut wahyu 20
Kitab
Wahyu terbagi menjadi tujuh bagian yang masing-masing bagiannya parallel.
Paralel pertama, pasal 1-3, tentang penglihatan Yohanes dan ketaatan Yohanes
dalam menulis perintah Yesus. Paralel kedua, pasal 4-7, penglihatan tentang
tujuh meterai. Paralel ketiga, pasal 8-11, melukiskan tentang ketujuh
sangkakala penghakiman. Paralel keempat, pasal 12-14, diawali dengan
penglihatan tentang perempuan yang mengandung, dua macam binatang yang membantu
naga. Parallel kelima, pasal 15-16, tentang cawan murka Allah yaitu
penyingkapan murka Allah yang terakhir atas mereka yang tidak mau bertobat.
Paralel keenam, pasalah 17-19, tentang kejatuhan Babel dan binatang itu.
Parallel ketujuh, pasal 20-22, mengisahkan tentang kehancuran naga sehingga
dengan demikian melengkapi penggambaran tentang kekalahan semua musuh Kristus,
penghakiman dan penghukuman akhir atas orang-orang berdosa. Juga melukiskan
kemenangan akhir Kristus atas gereja-Nya.
Wahyu
20:1 membawa kita pada permulaan era PB. Selanjutnya menggambarkan kekalahan
dan penghukuman akhir Iblis. Kedatangan Kristus (20:4-6) berlangsung setelah
kedatangan pertama dan sebelum kedatangan Kristus yang kedua kali. Ay 1-3
menggambarkan suatu kondisi di mana aktivitas Iblis sangat dibatasi selama masa
seribu tahun, karena ia sudah diikat. Maksudnya? Dalam PL, Iblis bebas oleh
sebab itu bangsa lain selain Israel tidak memperoleh wahyu khusus. Kedatangan
Kristus menandakan kekalahan Iblis sehingga ia tidak dapat terus menyesatkan
bangsa-bangsa, karena ia telah dirantai.
Ay
4 memiliki parallel dengan ps 6:9-11 tentang jiwa para martir. Apa yang akan terjadi
pada mereka? Jiwa-jiwa para martir digambarkan sebagai orang-orang yang tetap sadar
dan hidup, bahkan diberikan jubah putih dan diminta untuk beristirahat. Bedanya
dengan ps 20:4 adalah bahwa jiwa para martir itu diminta untuk memerintah
bersama-sama dengan Kristus. Intiya
adalah bahwa jiwa-jiwa orang mati itu tetap hidup sementara mereka berada di
masa antara kematian dan kebangkitan. Perlu diketahui juga tentang latar belakang
penglihatan ini, yaitu ketika pada zaman Yohanes, gereja sedang mengalami
tekanan dan penganiayaan. Sehingga akan menjadi sebuah penghiburan besar ketika
mengetahui bahwa meskipun banyak dari antara saudara seiman yang sudah mati
sebagai martir, jiwa-jiwa mereka tetap hidup di sorga dan memerintah
bersama-sama dengan Kristus. Begitu juga dengan orang-orang percaya (5a). Tidak
ada indikasi bahwa Yesus sedang menggambarkan tentang sebuah kerajaan seribu
tahun di bumi, latar belakang penglihatan Yohanes adalah kondisi sorga.
Pemerintahan seribu tahun bukanlah sesuatu yang perlu dinantikan, pemerintahan
ini sedang berlangsung, dan akan terus berlangsung sampai Kristus datang yang
kedua kali.
Bagaimana
dengan orang yang tidak percaya? Ay 6 dan 14 menyatakan tentang kematian kedua,
penghukuman kekal setelah kebangkitan tubuh berlangsung.
Bab xvii
Kebangkitan
tubuh
Ini
merupakan tema sentral dalam esktatologi. Inkarnasi dan kebangkitan Kristus
membuktikan bahwa tubuh tidak jahat. Kebangkitan Kristus menjadikan semua orang
yang percaya kepada-Nya bangkit pula dengan tubuh yang dimuliakan. Premilenialisme
memisahkan kebangkitan orang-orang percaya dan tidak dengan jarak seribu tahun.
Ada juga kebangkitan orang percaya pada masa tribulasi yang terjadi diakhir
masa tujuh tahun kesusahan dan kebangkitan orang-orang percaya yang mati pada masa
seribu tahun, yang akan terjadi di akhir masa pemerintahan seribu tahun. Bagaimana
cara kita menganggapi hal ini? 1) Alkitab mengajarkan bahwa kebangkitan orang
percaya dan orang tidak percaya akan terjadi bersama-sama. 2) Alkitab
mengajarkan bahwa orang-orang percaya akan dibangkitkan pada saat kedatangan
Kristus yang keduakali, yaitu saat yang disebut sebagai “akhir zaman”. 3) Penjelasan
bagi dua fase kebangkitan yang didasarkan atas I Tes 4:16 dan I Kor 15:23-24
tidak terbukti. Dalam hal ini, Paulus tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa
kebangkitan orang percaya itu berbeda waktunya dengan kebangkitan orang yang
tidak percaya. Maksud Paulus dalam Tesalonika adalah bahwa kebangkitan
orang-orang percaya akan mendahului perubahan dan pengangkatan orang percaya
yang masih hidup pada saat Kedatangan Kedua berlangsung. Dalam Korintus, Paulus
memang sengaja menyinggung hanya kebangkitan orang percaya saja, karena ia
berkepentingan dalam hal itu, namun tidak berarti bahwa kebangkitan itu terjadi
dalam dua fase.
Sekarang kita sampai pada
hakikat kebangkitan itu sendiri. Ada dua bagian dalam PL yang secara eksplisit
membahas tentang kebangkitan tubuh. Yes 26:19 tentang kebangkitan tubuh di masa
yang akan datang, yang akan dialami oleh orang-orang percaya, khususnya orang
Israel. Dan Daniel 12:2 tentang kebangkitan baik orang yang percaya maupun
tidak. Dalam Daniel dapat diketahui bahwa kebangkitan itu bukan hanya untuk
mendapat hidup yang kekal namun juga hukuman yang kekal. Dalam PB, konsep tentang kebangkitan yang
menduduki tempat pertama adalah kebangkitan Yesus Kristus. Inilah satu-satunya
kebangkitan yang tidak disertai lagi oleh kematian. I Kor 15:20 membahas
tentang kebangkitan Yesus sebagai yang “sulung” yang menjadi bukti bahwa kita
akan bangkit pula dari kematian. Roma 8:11 menyatakan bahwa kebangkitan orang
percaya merupakan buah karya Roh Kudus. Filipi 3:20-21 menyatakan bahwa
kebangkitan tubuh pada manusia identik dengan kebangkitan tubuh pada Yesus. Banyak
pertanyaan yang muncul soal kebangkitan tubuh, dan berikut keterangan Paulus
dalam I Kor 15. Pertama Paulus menyampaikan tentang fakta kebangkitan (ay
12-34) yaitu melalui adanya kebangkitan Kristus yang menjadi jaminan juga bagi
orang percaya. Kedua, bagaimana kebangkitan itu (35-39), dalam hal ini ia
mempergunakan perbandingan, tumbuhan dan biji serta menabur dan menuai (42-44).
Ada perbandingan kontras antara tubuh yang sekarang dengan tubuh kebangkitan,
yaitu antara: yang binasa dengan tidak dapat binasa, kehinaan dan kemuliaan,
kelemahan dan kekuatan, dan tubuh alamiah dan tubuh rohaniah. Ketiga,
kepentingan kebangkitan tubuh ( I Kor 15:50-57), di mana manusia tidak mungkin
mewarisi kehidupan dari berkat yang akan datang bila mereka masih dalam keadaan
yang lemah dan dapat binasa.
Bab xviii
Penghakiman
akhir
Sebagian
orang berpendapat, ketika seorang percaya mati maka tubuhnya akan langsung
pulang ke rumah Tuhan, sebagian lagi berpendapat bahwa jika seorang mati dalam
kondisi tidak percaya maka ia akan langsung menuju tempat penghakiman. Pertanyaannya,
apa sebenarnya tujuan dari penghakiman akhir itu sendiri? 1) Tujuan dari
penghakiman akhir adalah untuk menyatakan kuasa Allah dan kemuliaan Allah melalui penyingkapan kondisi akhir setiap
orang. 2) Menyingkapkan derajat upah atau penghukuman yang akan diterima oleh
setiap orang. 3) Melaksanakan keadilan Allah atas diri setiap orang. Karena
Allah Maha, tahu, maka bagi Litton, penghakiman akhir adalah penyingkapan dan
pelaksanaan ketetapan.
Bagaimana
penghakiman akhir ini akan dilakukan? Berbeda dengan pemahaman dispensasi yang
menerangkan bahwa penghakiman akan terjadi sampai empat kali, penghakiman akhir
dalam Alkitab hanya akan terjadi satu kali kemudian diikuti dengan kebangkitan.
Kapan penghakiman ini akan dilakukan? Penghakiman terakhir ini akan terjadi
pada penutupan sejarah. Lalu siapakah yang akan menghakimi? Kristus, pribadi
Ilahi yang telah berinkarnasi, mati, dan bangkit untuk menyelamatkan umat-Nya.
Dalam penghakiman, Ia akan dibantu oleh para malaikat dan orang-orang
kudus-Nya. Siapa yang akan dihakimi? Malaikat (I Kor 6:2-3) dan semua bangsa (Mat 25:32). Artinya orang
percaya pun akan dihakimi, namun mereka tidak perlu takut sebab tidak ada
lagi penghukuman bagi mereka yang sudah
ada dalam Kristus (Rm 8:1). Hal-hal apa saja yang perlu dihakimi? Segala
sesuatu yang telah dilakukan dalam hidup ini beserta juga ungkapan dari hatinya
yang terdalam, semua tingkah laku baik dan jahat, kata-kata yang jahat. Namun
perlu diingat bahwa semuanya itu telah diampuni melalui karya penebusan Yesus
yang diberikan kepada manusia berdasarkan anugerah. Apa yang menjadi standar
dalam penghakiman tersebut? Kehendak Allah yang dinyatakan kepada masing-masing
pribadi. Ada juga konsep tentang upah bagi orang percaya, namun upah ini
diperoleh bukan karena hasil usaha manusia, upah ini juga diperoleh berdasarkan
anugerah. Perbuatan baik kita dimengerti secara organis sebagai peningkatan
kapasitas di masa yang akan datang dalam menikmati berkat-berkat masa depan.
Bab xix
Penghukuman
kekal
Ada
dua bentuk penyangkalan terhadap penghukuman kekal ini, pertama, universalisme.
Kelompok in mengajarkan bahwa neraka dan penghukuman kekal tidak sejalan dengan
konsep tentang kasih dan kemahakuasaan Allah. Bagi mereka, nantinya semua orang
akan diselamatkan. Paham ini sepakat bahwa nantinya tidak ada seorangpun yang
akan dihukum secara kekal. Kedua, anihilasi. Doktrin ini muncul dalam dua
bentuk. Bentuk pertama berpandangan bahwa pada hakikatnya manusia tidak dapat
binasa, namun bagi mereka yang terus hidup dalam dosa akan menjadi tidak kekal
sehingga perlu dianihilasi atau ditiadakan. Bentuk kedua yang muncul dengan
“kekekalan bersyaratnya” berpandangan bahwa manusia pada hakikatnya tidak kekal.
Mereka yang percaya akan menerima kekekalan sebagai anugerah, begitu sebaliknya.
Memang
agak sulit untuk menerima doktrin ini. Namun Alkitab mengajarkan hal ini. Yesus
mengajarkan tentang konsep geenna
(Yunani) dalam Khotbah Di Bukit. Geenna atau Gehenna berarti neraka. Dalam
bahasa Aramnya yaitu gee hinom atau lembah Hinom yang terletak di sebelah
selatan Yerusalem tempat persembahan anak-anak kepada dewa Molokh pada zaman
Manasye, di lembah ini pula mereka yang menolak Israel dihukum atau dibakar.
Jadi Gehenna dipakai untuk menunjukkan penghukuman yang bersifat kekal. Mencakup
jiwa dan tubuh, tak terpadamkan (Mark 9:43), keterpisahan yang menakutkan dari
mereka yang terhilang dan keterpisahan secara kekal dari persekutuan dengan
Allah. Penggunaan kata apollymi untuk menjelaskan penghukuman ini juga
mengindikasikan bahwa hukuman kekal ini merupakan sebuah hukuman di mana
manusia itu berada dalam kondisi terhilang dari persekutuan dengan Allah atau
penderitaan yang tanpa akhir.
Dipergunakan juga kata aionios yang berarti tanpa awal, tanpa awal atau
akhir, dan tanpa akhir. Digunakan untuk mendeskripsikan suatu rangkaian berkat
yang tanpa akhir dan juga suatu penghukuman kekal yang tanpa akhir. Ajaran Para
rasul juga menyampaikan hal yang hampir serupa. Dalam surat Petrus dan II Tes
1:7-9 muncul kata olethron aionion yang berarti kebinasaan kekal atau hukuman
tanpa akhir dan diasingkan dari hadirat Allah yang mulia. Namun perlu diketahui
behwa tidak semua orang fasik akan mengalami penghukuman yang besar, Allah akan
menjalankan pengadilan-Nya dengan sempurna dan semua orang akan menjalani
hukuman sesuai dengan apa yang pantas ia terima.
Yang
perlu kita pahami di sini adalah bahwa sejalan dengan Alkitab, maka pasti ada
sebuah tempat yang disebut sebagai neraka, namun entah di mana tempat itu
berada.
Bab xx
Bumi yang baru
Doktrin
ini penting untuk beberapa alasan berikut: Pertama, demi untuk memahami
kehidupan yang akan datang. Kedua, untuk memahami secara tepat rencana
penebusan Allah secara keseluruhan, tidak hanya manusia, namun juga semua
ciptaan yang ada. Allah tidak akan puas hingga semua ciptaan-Nya disucikan dari
segala akibat kejatuhan manusia dalam dosa.
Ketiga, untuk memahami nubuat PL dengan tepat. Karena gambaran-gambaran
harfiah dalam nubuat PL memerlukan baik penggenapan di masa depan maupun
penggenapan yang sifatnya non-harfiah. Penggenapan itu dilakukan sebenarnya
bukan dalam kerajaan Seribu tahun melainkan dalam bumi yang baru.
Apa
itu bumi yang baru menurut Alkitab? Kitab Kejadian berisi janji tentang bumi
sebagai warisan untuk tempat tinggal. Manusia juga diberi kuasa untuk bumi.
Namun sayang, mereka ternyata melakukan dosa. Karena kejatuhan itu, maka
diberikan ‘janji induk’ dalam Kej 3:15. Bagaimana memvisualisasikan kemenangan
akhir dari janji itu? Kebalikan dari efek negatif dosa. Jika akibat dosa adalah
kematian, kemenangannya berarti kehidupan, jika efek negatif dari dosa adalah
mandat menguasai bumi dicabut, maka mereka akan sekali lagi menguasai bumi.
Kejadian 15 dan 17 berisi tentang ditegakkannya perjanjian antara Abraham dan
keturunannya. Sifatnya sempit, sebab itu ada Perjanjian Baru.
Apa
itu Bumi yang Baru? Apakah ini berarti penghancuran total dari bumi yang lama? Bukan.
Alasannya: Pertama, II Pet 3:13 dan Why 21:1 kata Yunani untuk baru yang
digunakan adalah kainos yaitu baru dalam hal kualitas. Jadi pembaruan kosmos
ini adalah penciptaan ulang alam semesta yang meskipun bersifat mulia, masih
tetap merupakan kelanjutan dari bumi yang lama. Kedua, Roma 8:20-21 menyatakan bahwa
ciptaan yang ada ini bukan ciptaan yang sama sekali baru. Ketiga, analogi antara
bumi baru dan kebangkitan tubuh orang-orang percaya. Yaitu bahwa orang-orang
yang dibangkitkan bukanlah orang yang sama sekali baru melainkan umat Allah
yang sebelumnya pernah ada di bumi ini. Keempat, perbedaannya dengan anihilasi
adalah bahwa jika Allah harus menghapuskan seluruh kosmos yang ada sekarang
ini, maka Iblis akan meraih kemenangan yang besar. Karena hal itu berarti Iblis
telah berhasil mencemari kosmos dan bumi yang sekarang ini sehingga Allah tidak
dapat berbuat apa-apa selain memusnahkannya.
Sesuai
dengan pengertian kainos, maka bumi yang baru ini adalah bumi yang lama namun
yang telah mengalami pemurnian. Di dalam bumi yang baru ini kemudian Allah akan
menyatakan kepada umat-Nya seluruh kekayaan yang telah dijanjikan lewat
perjanjian anugerah. Saat ini kita baru menemui buah penggenapan yang sulung,
nanti di bumi yang baru kita akan menuai secara penuh janji Allah. Bagaimana
dengan hal-hal baik yang sudah ada di dunia ini? Menurut Hendrikus Berkhof,
hal-hal yang baik yang berasal dari bumi yang lama akan tetap didipelihara dan
ditambahkan pada bumi yang baru. Kehidupan di bumi yang baru ini akan ditandai
dengan pengenalan yang sempurna akan Allah dan pelayanan yang sempurna kepada
Allah.
Dengan
adanya doktrin ini diharapkan agar orang percaya terpacu untuk hidup dalam
pengharapan, semangan, optimisme di zaman yang penuh keputusasaan. Masalah
tetap ada, namun kita perlu mencari jalan keluar dengan penuh harapan dan
percaya diri. Respon kita bagi bumi ini adalah agar kita mulai untuk membuat
bumi ini lebih baik.
Apendiks:
konsep eskatologi modern
Pada
abad modern terjadi kebangkitan minat yang luar biasa terhadap eskatologi.
Kebangkitan ini ditandai juga dengan adanya pergeseran penting dalam teologi
Liberal Eropa Barat abad 19. Ada beberapa tokoh yang akan mucul berikut dengan
pemahamannya tentang eskatologi.
1)
Albert Ritschl (1822-1889). Baginya, konsep utama Kekristenan adalah Kerajaan
Allah atau organisasi moral kemanusiaan yang terwujud dalam tindakan kasih.
Bagi Ritschl, penebusan merupakan tanggung jawab Allah, namun Kerajaan Allah merupakan
tanggung jawab dari orang-orang yang sudah ditebus. Kerajaan Allah pada
dasarnya terdiri dari nilai-nilai dan tujuan-tujuan moral, yang menjadi
sasaran-sasaran mulia dari apa yang harus dicapai di bumi. Tidak ada tempat
bagi pemahaman Kerajaan Allah yang bersifat eskatologi. 2) Adolf Von Harnack
(1851-1930), menyatakan bahwa Kerajaan Allah memiliki dua sisi. Satu menjadi
peristiwa yang sepenuhnya terjadi di masa yang akan datang, di sisi lain adalah
sesuatu yang sebenarnya telah hadir pada zaman sekarang ini. Namun baginya,
konsep Kerajaan Allah yang Yesus ajarkan itu diadopsi dari tradisi setempat,
oleh sebab itu perlu dibedakan mana yang kulit dan mana yang inti. Kerajaan
Allah yang berisi pengharapan dramatis di mana terjadi pembinasaan musuh-musuh
Allah merupakan kulit dan Kerajaan Allah yang telah terwujud sekarang ini
adalah inti. Harnack juga mengkombinasikan agama dengan moralitas sehingga
agama disebut juiwa moralitas dan moralitas sebagai tubuh agama. Dengan begitu,
Harnack juga menolak konsep eskatologi. 3) Johannes Weiss (1863-1914), muncul
sebagai reaksi terhadap ajaran Ritschl. Baginya Yesus bukan sekadar guru moral
tertinggi, Ia merupakan pribadi yang berdiri di suatu momen waktu yang sangat
menentukan dan bahwa Ia adalah penyampai berita keselamatan yang berorientasi
pada eskatologi. Ketika Kerajaan Allah terwujud, ia akan mendobrak masuk dengan
kuasa ilahi ke dalam sejarah untuk menghentikan dan menggantinya dengan yang
baru. Jadi Kerajaan Allah adalah sepenuhnya perbuatan Allah. Bagi Weiss, aspek
eskatologis bukanlah semata-mata kulit dari ajaran Yesus melainkan inti yang
sebenarnya. Kelemahan pemikiran Weiss adalah bahwa Kerajaan Allah itu bersifat
akan datang dan sama sekali belum ada di masa kini. 4) Albert Schweitzer
(1875-1966), menyatakan bahwa konsep eskatologi ini muncul dalam seluruh
hidup-Nya. Bagi Schweitzer, Kerajaan Allah merupakan realitas yang berada di
masa akan datang. Menurut Schweitzer, awalnya Yesus seolah-olah dengan yakin
menyebutkan bahwa Kerajaan Allah itu sudah dekat, namun ketika tidak ada
realisasi maka Yesus mulai menyadari ada kekeliruan dalam pemberitaan-Nya
sehingga waktu ini dianggap ‘penundaan parousia’. Bukan hanya perkiraan
parousia yang meleset, perkiraan tentang penderitaan juga meleset. Mati adalah
cara yang Yesus pilih untuk mewujudkan penderitaan-penderitaan mesianis itu. Jadi
menurut Schweitzer, pengharapan eskatologi hanyalah merupakan ilusi, Yesus
adalah tokoh yang mati tragis untuk mewujudkan apa yang sebenarnya Allah tidak
ingin diwujudkan. Dan bagi Paulus, eskatologi pun ternyata khayalan sebuah
ilusi. 5) Charles H. Dodd (1884-1973) dengan eskatologis terwujudnya, menyatakan bahwa melalui pelayanan Yesus,
nubuat PL telah terwujud. Hidup kekal itu sebenarnya sudah diwujudkan sekarang
dan di sini melalui kehadiran Kristus dengan Roh-Nya di dalam gereja. Dodd ini
tidak mempercayai kedatangan Kristus yang kedua secara harfiah, dan ia
menganggap berita itu sebagai sebuah mitos. Dalam hal ini ia berat sebelah
terhadap peristiwa-peristiwa eskatologi masa depan. 6) Torance meneruskan
teologi Calvin tentang Kerajaan Allah, yaitu bahwa Kerajaan Allah itu telah
sepenuhnya diwujudkan dalam Kristus kecuali penggenapan akhir di dalam
kemuliaan. 7) Gerhardus Vos (1862-1949), baginya, jika PL menunjuk ke depan,
kepada kedatangan Mesias sebagai peristiwa eskatologi tunggal, maka PB membagi
peristiwa itu dalam dua tahap; zaman Mesias sekarang ini dan penggenapannya di
masa depan. Bagi Vos, eskatologi menentukan soteriologi bukan sebaliknya.
Berdasarkan pikiran Paulus, Vos mencoba menggambarkan tentang eskatologi dalam
beberapa konsep: kebangkitan, keselamatan, pembenaran, dan Roh Kudus. Jadi
baginya, konsep tentang eskatologi sudah mewarnai hampir seluruh pemikiran
Paulus. 8) Cullmann memberi tempat bagi eskatologi yang akan datang dan yang
telah diwujudkan. Inkarnasi Kristus baginya telah menjadi peristiwa yang
membagi sejarah dalam dua periode waktu, nubuat yang telah tergenapi dan
sejarah selanjutnya. Jika orang PL menaruh pengharapannya pada masa depan, maka
orang-orang di PB peristiwa tersebut adalah masa lalu dan mereka menaruh
pengharapannya pada masa lalu. Timbul ketegangan antara yang sudah dan yang
belum yang muncul dalam berbagai cara. Tidak hanya dalam soal Kerajaan Allah
yang sudah dan yang belum, tetapi juga masalah penghukuman. 9) Muncul juga tiga
macam konsep eskatologi lain, yaitu eskatologi vertikal (Karl Barth), eskatologi
eksistensial (Rudolf Bultmann), eskatologi Futuris (Jurgen Moltmann). Bagi
Barth, eskatologi merupakan suatu keyakianan kepada Yesus Kristus, melalui
pertobatan dan iman di setiap saat ketika menyadari bahwa kita sedang
berhadapan dengan-Nya. Dalam paham eskatologi ini, Yang Kekal senantiasa berada
di atas kita sehingga kita senantiasa harus memberi jawaban kepada-Nya setiap
kali Ia berbicara dengan kita. Ada relasi yang tidak jelas dalam pemikiran
Barth tentang yang sekarang dan yang akan datang, antara yang sudah dan yang
belum. Bagi Bultmann, hal yang utama tentang konsep eskatologi adalah bahwa
Allah aktif bekerja dan pengertian tentang keberadaan manusia terkandung di
dalamnya; eskatologi bukanlah suatu keyakinan bahwa akhir zaman akan segera terjadi.
Yesus Kristus hadir dalam sejarah dan keputusan yang harus diambil oleh setiap
orang setiap kali diperhadapkan dengan Kristus. Jadi kondisi eskatologi adalah
sebuah pemahaman diri yang baru berupa pemahaman yang berasal dari respons iman
seseorang terhadap Firman yang telah diberitakan, eskatologi sendiri merupakan
peristiwa yang terjadi secara berulang-ulang melalui pemberitaan firman dan
iman dan Yesus Kristus sebagai peristiwa eskatologi merupakan fakta yang
terjadi berulangkali sebagai firman yang diberitakan dan memanggil manusia.
Kelemahan Bultmann adalah karena ia terlalu menekankan aspek kekinian sehingga
membuang aspek masa depan dari eskatologi. Bagi Moltmann, eskatologi merupakan
pembicaraan tentang Kristus dan masa depan yang bersangkut paut dengan-Nya.
Bahasa yang terkandung dalam eskatologi merupakan bahasa janji, pola pikir
pengharapn, sesuai dengan pengharapan iman Kristen. Bagi Moltmann, Kerajaan
Allah bukanlah soal sekarang melainkan masa yang akan datang. Sebab itu
Kekristenan dipahami sebagai komunitas orang percaya yang sedang menantikan Kerajaan
Allah. Pengharapan ini tidak boleh menjadikan kita pasif namun kreatif
mengusahakan perubahan terhadap realitas yang kita alami. Kelemahan Moltmann
antara lain: 1) Terlalu menekankan aspek masa depan, 2) Penafsirannya terhadap
wahyu menurut kategori janji, padahal kitab Wahyu tidak hanya sebatas janji, 3)
Gambaran Moltmann tentang masa depan kabur, misterius, dan kurang spesifik.
Titanium Alloy Nier - Shop, Gourmet, Buy, Sell - TI-TITanium Art
BalasHapusT-Titan-Arsenous-Deghe-Malted-T-Iron-Gold-Chrome-Iron-Nier - The Tien, properties of titanium China. Material, Type, head titanium ti s6 Color, Color. babyliss pro nano titanium flat iron Item Description, Type.Item Type: AlloyNierColor: ColorGoldChrome-Iron-NierDimensions: 0.5 x 2.5 anodizing titanium x where to buy titanium trim 0.5 inches;