Selasa, 06 Juli 2021

SEJARAH PERKEMBANGAN EKLESIOLOGI

 

SEJARAH PERKEMBANGAN EKLESIOLOGI

 

EKLESIOLOGI ABAD PERTENGAHAN

            Pada abad pertengahan perhatian teologis diarahkan kepada segi institusional. Pada abad ini, Paus menjadi pemimpin gereja Katolik di Eropa Barat. Nama ‘Paus’ berasal dari bahasa Yunani papas yang berarti bapak. Gelar ini diberikan di Timur kepada uskup-uskup, kepala-kepala biara dan juga imam-imam biasa. Sementara di Barat ‘papa’ (terj Latin) menjadi gelar untuk uskup-uskup, namun sejak ± 450 dipakai hanya untuk uskup Roma yang sekarang disebut Paus.

            Secara teoritis, kuasa setiap uskup sama, namun secara praktis, uskup-uskup di gereja lama biasanya mendapat lebih penghargaan. Mengapa keuskupan Roma menjadi pusat? Karena ada anggapan bahwa uskup adalah pengganti Petrus (sulung diantara para rasul), selain itu mereka juga yang telah memelihara kubur-kubur kedua rasul utama yaitu Petrus dan Paulus. Awalnya, kedudukan ini hanya merupakan penghormatan saja, namun prestise yang mereka miliki ini juga yang kemudian menjadikan mereka tokoh yang menyelesaikan permasalahan dalam gereja. Uskup Roma juga tidak berhak untuk memaksakan kehendaknya kepada uskup-uskup lain karena sebenarnya mereka memiliki kedudukan yang sama, sebagai pengganti rasul dan menerima wibawa dari Yesus.

            Hubungan gereja dengan pemerintah pun mengalami pasang surut. Acapkali gereja mencoba untuk mencampuradukkan antara kepentingan politik dengan kepentingan agama, sempat pula para Paus berniat untuk mengambil alih kuasa baik rohani maupun politik, yang mengakibatkan timbulnya pertikaian antara Paus dengan Kaisar. Hal ini tercermin dalam uraian-uraian eklesiologis dan keputusan-keputusan yang dikeluarkan Paus. Puncaknya adalah dikeluarkannya Bulla Unam Sanctam oleh Paus Bonifatius VIII (1294-1303) pada tahun 1302 yang berisi tentang kekuasaan Paus (wakil Kristus) yang meliputi hal-hal rohani dan politik. Kekuasaan politik diberikan kepada kaki tangan Paus, yaitu raja. Bonifatius VIII menggunakan ajaran mengenai kedua pedang (Luk 22:35-38) untuk menekankan akan keinginannya tersebut.

            Melewati tahun 1300-an, mulai bermunculan gerakan-gerakan awam yang kurang setuju dengan kekuasaan para klerus. Mereka menuntut kebebasan dalam membaca dan menterjemahkan Alkitab dalam bahasa rakyat. Dan pada akhirnya, benih-benih reformasi mulai siap ditaburkan.

 

 

 

EKLESIOLOGI REFORMASI (LUTHER DAN CALVIN)

Reformasi Luther (1483-1546) dimulai dengan pembaharuan dalam pemahaman mengenai cara manusia memperoleh keselamatan. Manusia selamat dengan menyerahkan diri dalam iman (sola fide), kepada Allah yang menyelamatkan manusia dengan kasih karunia (sola gratia), hanya karena Kristus. Pemahaman ini mempunyai keonsekuensi bagi caranya dalam memandang gereja. Sebenarnya ia sendiri tidak pernah bermaksud untuk memecah belah gereja Roma atau menolak kepemimpinan Paus. Namun Paus menolak teologi Luther.

            Menurut Luther, hanya Alkitab (sola scriptura) yang menjadi tolak ukur untuk menentukan ajaran apa yang benar dan apa yang salah. Akibatnya, wewenang Paus dan uskup untuk menentukan ajaran gereja terputus. Gereja sendiri bagi Luther adalah persekutuan orang-orang yang dikumpulkan Kristus yang saling diikat oleh ikatan Roh Kudus yang berdasar pada Kristus dan yang hidup dari firman Allah. Kebenaran gereja ditentukan oleh Firman yang diberitakan juga melalui sakramen. Sesuai dengan Agustinus, kebenaran gereja ditentukan oleh Firman dan iman, ia juga setuju dengan konsep gereja tak kelihatan. Luther juga mengubah corak jabatan gereja dengan mengatakan bahwa pejabat gereja adalah pelayan Firman. Ia juga menghapuskan perbedaan antara jabatan kaum awam dan kaum Klerus. Menurutnya, kalau para pejabat gereja mengabaikan tugas mereka, maka orang awam wajib mengambil alih tugas dan menunjuk pelayan-pelayan yang layak. Munculnya kelompok-kelompok radikal di saat-saat selanjutnya, membuat Luther berpikir tentang pentingnya organisasi dan kepemimpinan yang mantap dalam gereja.

            Calvin menguraikan secara lebih sistematis Eklesiologi Protestan. Menurutnya, gereja adalah alat utama yang diberikan Allah kepada orang-orang percaya untuk mewujudkan persekutuan dengan Kristus. Senada dengan Luther, ia melihat gereja yang benar dimana Firman diberitakan dengan sakramen dan firman Allah. Juga gereja adalah perkumpulan orang-orang percaya yang dikumpulkan oleh Allah sendiri. Mengadopsi kata-kata Cyprianus tentang gereja yang adalah ibu semua orang percaya, tanpa gereja sebagai ibu, maka tidak ada juga Allah sebagai Bapa. Sesuai dengan Agustinus, tentang gereja kelihatan dan gereja yang tidak kelihatan.

            Sedikit berbeda dengan Luther, bagi Calvin, jabatan gereja adalah ketetapan Allah demi pemeliharaan gereja. Tugas para pejabatnya adalah membina anggota-anggota gereja dalam iman dengan pelayanan Firman dan sakramen-sakramen, dengan kuasa yang mereka miliki yaitu kuasa Firman. Firman tidak menyangkut jiwa, namun mengatur kehidupan. Bagi Calvin, Gereja tidak mungkin sempurna dan suci, namun harus diusahakan supaya anggota-anggota gereja hidup sesuai dengan perintah-perintah Allah, dalam hal ini disiplin gerejawi dipakai sebagai alat pendidikan. Siapa yang menjadi pengawas? Majelis gereja. Tentang Sakramen, ia menganggap orang yang layak ikut dalam sakramen haruslah orang yang sudah hidup layak untuk duduk di meja Tuhan.

 

REAKSI TERHADAP GEREJA RAKYAT: KAUM ANABAPTIS

            Muncul juga golongan reformasi radikal dalam tubuh Protestan. Salahsatunya adalah golongan Anabaptis yang muncul di Swiss tahun 1525 di kota Zurich. Dinamakan Anabaptis, karena mereka membaptis orang dewasa. Menurut mereka, gereja hanya terdiri dari orang-orang yang sungguh-sungguh percaya karena mereka telah dibenarkan Allah, dilahirkan kembali dan menerima Roh Kudus. Mereka membentuk persekutuan suci dan menggap diri permulaan dari kerajaan Kristus. Selain itu, mereka juga memisahkan diri dari segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia ini.  Yang mencolok dari Eklesiologi mereka adalah anggapan bahwa gereja bukanlah bagian dari masyarakat dan hanya terdiri dari orang yang menjadi anggota karena percaya. Dengan begitu, mereka menolak dengan tegas konsep gereja tidak kelihatan.

            Apa penilaian mereka tentang para reformator? Golongan Anabaptis menuduh para reformator tidak konsekuen. Mereka menolak para Paus, namun menggantinya dengan pendeta-pendeta yang menuntut hak istimewa untuk berkhotbah. Imamat am orang percaya diakui dan dianjurkan untuk memeriksa Alkitab, namun tidak diizinkan berkhotbah dengan alasan ketertiban. Mereka mengatakan iman yang menentukan keselamatan, namun menerima anak-anak sebagai anggota gereja, dll.

            Penolakan tersebut dijawab oleh Calvin dengan mengungkapkan bahwa kerajaan Allah itu belum datang secara penuh dan dosa masih menyebar di bumi, tindakan mereka kasar. Namun sayang, jawaban mereka untuk baptisan anak kurang memuaskan.

           

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar