Minggu, 21 Mei 2017

Konsep Ibadah Dalam Perjanjian Lama



IBADAH DALAM PERJANJIAN LAMA
DEFINISI
            Kata “ ibadah “ dalam Perjanjian lama dipakai sebanyak 34 kali, dan kata “ ibadah “ muncul pertama kali dalam Keluaran 3:12. Dalam versi bahasa aslinya, ada dua kata yang digunakan untuk menunjukkan kata ibadah ini, yaitu ta’ abduwn dan sachah. Ta abduwn  berasal dari kata “abad” yang secara etimologi berarti mengerjakan (dalam banyak pengertian, perasaan ), yang berimplikasi meladeni, melayani atau menjalankan, mengerjakan dalam perbudakan, ikatan atau mengikat, memaksa/ mendorong, mendengar, melaksanakan, memelihara, kebaktian, ditempa atau dibuat ( iron besi ), memuja.[1] Sementara shachah  berarti “ menundukkan diri“ sedangkan dalam bahasa Yunaninya adalah “ proskuneo “ yang berarti menyembah atau mencium tangan kepada ... “[2]. Jika kedua pengertian tersebut digabungkan, maka ibadah itu berarti pengungkapan diri yang muncul dari kesadaran, perasaan dan keputusan. Dari kedua kata di atas bisa disimpulkan bahwa ibadah merupakan satu bentuk kegiatan meladeni, melayani, mendengar, melaksanakan, memelihara, memuja, menundukkan diri, menyembah, seseorang atau oknum yang lebih tinggi yang dalam hal ini adalah Tuhan Allah. Dengan kata lain, ibadah merupakan suatu respon manusia terhadap apa yang sudah Tuhan lakukan baginya.
Secara semantik, ibadah adalah suatu bentuk aktifitas yang membawa perbuatan, hati, dan menyenangkan hati Tuhan.  Menurut Browning, ibadah merupakan bentuk hormat kita kepada Allah (Kel 20:1-6) namun yang dinyatakan dalam gerak isyarat dan perkataan tepat, pantas, yang juga dilaksanakan dalam sikap perbuatan dan hidup (Am 5:21-24)[3]. Tujuannya adalah supaya umat beribadah kepada Allah (Kel. 7:16, 8:1). Ibadah dipahami sebagai tanggapan hati yang percaya kepada Allah. Ketika kita berbicara tentang ibadah, maka kita tidak bisa lepas dari istilah kultus, yaitu untuk menyebut aspek-aspek formal dan ritual dari peribadatan dalam Perjanjian Lama. Kultus atau upacara ibadah hanya merupakan bentuk tanggapan Israel terhadap penyingkapan Allah. Upacara ibadah yang ditentukan Allah bagi Israel harus menjadi pengungkapan yang nyata dari iman mereka. Allah memberi tahu kepada umat-Nya mengenai cara beribadah kepada-Nya, bukan hanya karena mereka tidak tahu caranya tetapi karena mereka tidak layak untuk beribadah. Oleh karena itu Hukum Taurat menyediakan cara untuk penyucian, untuk korban dan terlebih untuk penebusan, itu berarti ketetapan–ketetapan ini tidak hanya menyediakan jalan bagi Israel untuk menyatakan iman mereka tetapi juga dari pihak Allah menyediakan jalan kembali  kepada kerukunan dan persekutuan yang dahulu telah terputus, dan ini menjadi pusat dan inti ibadah dalam Perjanjian Lama.[4]
Upacara ibadah adalah simbolis dalam arti bahwa ia menyatakan dari dalam bentuk yang kelihatan realitas persekutuan rohani dengan Allah. Oleh karena itu ibadah dalam Israel  tersebut memiliki tempat – tempat yang khusus bagi upacara ibadahnya, kemudian mereka juga memiliki hari – hari perayaan, selain itu ada juga tentang perbuatan – perbuatan kudus, dan yang menarik lagi adalah bahwa mereka mempunyai suatu teologi upacara ibadah.

TEMPAT BAGI UPACARA IBADAH DALAM AGAMA PERJANJIAN LAMA
            Ada macam - macam tempat ibadah yang sering dipakai oleh orang Israel diantaranya Silo(Yer.7:12), Gilgal( 1 Sam.11:15), Nob( 1 Sam.21:1), Bukit Zaitun(2 Sam.15:32), Hebron(2 Sam.15:32), Yerusalem. Penentuan tempat – tempat kudus itu bukan sekedar pilihan manusia, melainkan adalah penentuan bersendikan tradisi akan pewahyuan diri Allah ( Hak.6:25-26. 2 Sam.24:16-25 ).[5]
1.   Silo
      Di Silo merupakan sebuah kuil yang dipakai oleh orang Israel untuk beribadah kepada TUHAN, selain itu juga merupakan tempat untuk menyimpan Tabut Perjanjian. Namun terjadi suatu pertempuran bangsa Israel melawan kaum Filistin ( Yer.7:12,26:6,Maz.78:60, 1 Sam.1-7 ) dan akhirnya tabut tersebut jatuh ke tangan orang Filistin dan kemudian ditempatkan di Kiryat Yearim.[6] Silo adalah suatu pusat keagamaan suku – suku pada abad ke 12 SM, pada waktu pembagian tanah ( Yos.18:9 ). Silo terletak disebelah utara Yerusalem dan sebelah barat sungai Yordan. Silo adalah tempat suci dan mempunyai imam – imam, Eli dan putra – putranya melayani disitu sampai pada waktu Tabut Perjanjian direbut orang Filistin ( 1 Sam.4 ).[7] Tempat ibadah di Silo adalah Bait Suci ( 1 Sam. 1:9 ).
2.   Gilgal
      Kuil suku Benyamin kuno ternyata berfungsi sebagai pusat keagamaan pada zaman Saul ( 1 Sam.11:15 )dan masih dipakai pada zaman Daud ( 2 Sam.19:15). Gilgal adalah tempat markas besar bangsa Israel ketika mereka memasuki Kanaan ( Yos.4:19 ) dan kemudian hari menjadi pusat penyembahan sinkretistik yang dikutuk oleh Amos ( Amos 4:4, 5:5, dan Hosea ( Hosea 4:15). Gilgal terletal 10 Km di sebelah timur laut Yerikho.[8] 
3.   Nob
      Di Nob juga ada kuil ( 1 Sam.21 ) yang imamnya adalah Ahimelekh, yaitu tempat Daud diberi roti sajian yang sudah dipersembahkan di hadapan Yehweh.[9] Nob berada di suatu tempat agak ke utara Yerusalem ( Yes. 10:32 ) di mana 85 imam hidup bersama Abimelek. Di tempat inilah Saul menyuruh Doeg ( ia adalah orang Edom )membunuh semua imam yang melayani di Nob ( 1 Sam.22:6-23 ), hanya Abyatar yang selamat dari pembantaian ini. Tempat ibadah di Nob adalah Rumah Allah ( Matius 12:4 ).
4.   Bukit Zaitun dan Hebron
      Dalam 2 Samuel 15:32 ini membuktikan bahwa ada tempat ibadah di atas Bukit Zaitun namun yang berbeda dengan tempat ibadah yang lainnya adalah bahwa tidak ada mezbah atau kuil di Bukit Zaitun karena fungsinya sebagai tempat doa. Sedangkan di Hebron ini merupakan tempat Daud diurapi menjadi raja ( 2 Samuel 2:4, 5:3 ) dan ditempat tersebut ada kuil sebagai tempat untuk ibadah.[10] Hebron terletak di sebelah barat daya Yerusalem di daerah pegunungan, direbut oleh Kaleb ( Yos.14:12 ). Pada perkembangannya Yerusalem lah yang akhirnya menjadi pusat kultus atau peribadatan israel. Kota suci ini memang tak dapat diragukan bahwa ia mempunyai suatu tempat yang luang sekali didalam kepercayaan israel. Oleh karena itu bangsa Israel harus diingatkan bahwa Allah memilih menyatakan diri-Nya ditempat-tempat ini sebagai penyataan kasih-Nya dan kesetiaan-Nya pada janji - janji-Nya. Hebron bahasa ibarani “ Haag “ artinya tempat, perjanjian Sebuah kerajaan kota kuno yang penting di bagian selatan pegunungan Yuda. 37 km sebelah selatan Yerusalem pada jalan ke Beersyeba. Menurut catatan Bil 13:22 kota Hebron berasal dari zaman tembaga-tengahan. Pada zaman pra-Israel. tempat itu dihuni orang-orang Anak dan di kemudian harinya menjadi milik orang-orang Kaleb (Bil 13:22; Yos 15:13-14). Terkenal di situ adalah tempat kudus Mamre dan kuburan  Makhpela, yang dikaitkan dengan nama-nama para nenek-moyang Israel. Kitab Yos 15:54; 20:7 menyebutkan bahwa Hebron adalah sebuah kota Yehuda. Letaknya sangat menguntungkan, sehingga menjadi tempat pertahanan Yehuda yang paling penting. Di situ Daud memperoleh perlindungan dari kerajaan Saul (1Sam 30:31). Di situ pula Daud tinggal sampai ia dapat menguasai Yerusalem (2Sam 2:1-5:5). Setelah itu Hebron mulai mengalami kemunduran. Pada saat setelah pembagian kerajaan, Yerobeam menguati kota Hebron. (2Taw 11:5-12). Sesudah Yerusalem hancur, rupanya Hebron lalu jatuh ke tangan bangsa Edom. Kitab 1Mak 5:65 mengatakan, bahwa Hebron itu milik orang-orang Edom. - Kota Hebron kuno dicari orang di sebelah barat el-khalil. Di situ orang (Arab) menunjukkan kuburan-kuburan para nenek moyang Israel[11].
5. Yerusalem
      Yerusalem bahasa Ibarani “ Haag “artinya tempat, bangunan Allah. Yerusalem terletak pada pegunungan tengah di Palestina, sekitar 760 m di atas permukaan laut, dan 1145 m di atas permukaan Laut Mati. Tebing Timur kota itu dibatasi oleh lembah  Kidron. Sekitar 100 m di bawah tanah kenisah membujurlah lembah Kidron dari utara ke Selatan. Di sebelah Barat dan Selatannya, kota Yerusalem dibatasi oleh lembah Hinom. Lembah Tyropon terletak membujur melintasi tengah kota Yerusalem. Secara tidak merata kota itu seolah-olah di belah dua oleh lembah Tyropoon. Bukit yang di sebelah Barat lebih lebar dan lebih tinggi daripada bukit-bukit di sebelah timur yang lebih sempit dan kecil. Adapun bukit di sebelah timur itu saling bertemu dengan  Ofel pada sebelah selatan. Bagian utara bukit di sebelah timur dinamakan dalam bahasa Arab: Haram es-syerif. Bagian selatan dari eddahurah. Di sebelah utara perbukitan pada sisi barat berdirilah gereja makam ( Golgota). Bagian selatan dari bukit Sebelah barat disebut "Sion serani". Kota Yerusalem dikepung bukit-bukit yang lebih tinggi (Mazm 125:2), pada sebelah timur oleh bukit  Zaitun (sekitar 810 m). Bukit di sebelah selatan Yerusalem di sebut "gunung nasihat jahat" dalam tutur-bahasa kristen, sedangkan bukit di sebelah tenggara disebut "gunung batu sandungan". Satu-satunya mata-air bagi seluruh daerah adalah sumber  Gihon di lembah Kidron, kira-kira 300 m sebelah selatan Kenisah. Di dalam kota ditemukan lima buah kolam besar untuk tempat persediaan air: Kolam Siloah (550 m sebelah selatan daerah kenisah), kolam Mamila dan kolam Sultan di bagian barat lembah Hinom dan kolam Hizkia maupun kolam Israin di bagian kota kuno. Letak Yerusalem itu sedikit di luar jalan lintas utama Utara-Selatan yang langsung lewat di sebelah barat Yerusalem pada puncpegunungan Yordan barat. Gamb. 4 ; 2 . [12]Bait Suci Salomo dibangun di Yerusalem ( 1 Raja – raja 6 ) itulah sebabnya Yerusalem menjadi tempat yang sangat penting bagi orang Israel khususnya dalam ibadah.

WAKTU IBADAH
            Kapan kebiasaan beribadah ini mucul, dan bagaiman perkembangannya kemudian di antara orang Israel pada zaman PL? Pada awalnya kita menemukan adanya ibadah atau persembahan pribadi kepada Allah oleh Habel (Kej. 4:4; Kel. 24:26). Kemudian, pelaksanaan ibadah itu berkembang menjadi ibadah umat. Musa adalah seorang tokoh yang dianggap sebagai peletak dasar dari ibadah umat yang diorganisir, dan yang menjadikan Jahwe sebagai alamat ibadah satu-satunya. Ibadah umat diorganisir di dalam Kemah Pertemuan, dan upacaranya dipandang sebagai “pelayanan suci” dari pihak umat untuk memuji Tuhan. Pada perkembangan selanjutnya, setelah Kemah Pertemuan, lahirlah Bait Suci dan Sinagoge sebagai tempat ibadah bagi Israel. Perkembangan ini didasari oleh pemahaman bahwa ibadah adalah merupakan faktor penting dalam kehidupan Nasional Jahudi. Bait Suci dihancurkan oleh Babel, dibentuk kebaktian Sinagoge karena pelaksanaan ibadah tetap dirasakan sebagai kebutuhan penting.    
Bagi orang Israel, ibadah diadakan pada kira-kira 4 bulan dalam setahun, antara hari sabat termasuk dengan hari-hari khusus yaitu musim-musim tertentu dalam setahun yang biasanya ditandai Tuhan sebagai masa-masa perayaan dan sukacita keagamaan. Adapun hari-hari khusus  bangsa Ibrani itu antara lain:
1.      Hari Raya Roti Tidak Beragi ( Paskah)
Perayaan ini diselenggarakan dalam bulan yang pertama tiap tahun dan sejak awal dikenal dengan paskah ( Imamat 23:5, Kel.23:14-15,Yosua 5:10-12). Tujuh hari lamanya mereka makan roti tidak beragi sedang pada hari pertama mereka tidak boleh melakukan pekerjaan berat dan harus mempersembahkan korban bagi Tuhan. Selama perayaan tersebut mereka mengingat masa perbudakan mereka dan bagaimana Tuhan membawa mereka keluar dari Mesir, perayaan itu berwujud ibadah keluarga sebagai upacara peringatan, dimana mereka melakukan kembali upacara paskah[13].

2.      Hari Raya Tujuh Minggu (Pentakosta / panen)
Hari raya ini disebut juga dengan hari raya menuai atau hari raya hulu hasil, adalah suatu perayaan di mana hasil pertama dari ladang mereka dipersembahkan kepada TUHAN ( Kel.23:16, Bil.28:26-31,Ul.16:9-12 ). Perayaan ini disebut juga dengan Pentakosta karena dirayakan lima puluh hari setelah permulaan panen. Kemudian hari tanggalnya dihitung dari permulaan Paskah. Semua orang harus bersukaria bersama dan mengingat bahwa Tuhan tidak memberikan tuaian, melainkan juga bahwa ini merupakan ungkapan pemeliharaanNya yang penuh kasih termasuk pelepasan mereka dari Mesir ( Ul. 16:12).

3.      Hari Raya Pondok daun (pengumpulan hasil panen/ Tabernakel---Imamat 23:39-43,Kel.23:16,Ul.16:13).
Juga disebut Perayaan Menuai (Kel 23:16; 34:22), atau disebut "Hari Raya" (1Raj 8:2,65; Yeh 45:25), atau pesta Yahwe (Im 23:39). Pesta ini merupakan pesta terakhir dari ketiga  Pesta, yang menurut Kel 23:16-17 harus dirayakan setiap tahun. Asal-usul hari raya ini masih dipertentangkan para ahli. Bagaimanapun juga Israel telah mengambil-alih pesta itu, setelah mereka hidup menetap. Alasan sejarah pesta itu seperti disebutkan oleh Im 23:42-43 adalah sebuah usaha dari waktu kemudian untuk mengkaitkan pesta-pesta besar dengan peristiwa-peristiwa tertentu pada awal sejarah bangsa Isrel. Pada zaman para Hakim boleh jadi peringatan itu merupakan sebuah perayaan untuk menutup panen anggur dan dikaitkan dengan sebuah upacara korban dalam Kenisah di Sikhem atau pada tempat lainnya. Barangkali pesta itu juga digabungkan dengan sebuah pembaharuan perjanjian Sinai. Salomo memilih pesta HRPD sebagai hari pentahbisan Kenisah. Dalam Ul 16:13-16 perayaan itu disebutkan untuk pertama kalinya dengan nama Pondok Daun dan dirayakan selama tujuh hari. Kitab Im 23:42 memberikan ketentuan pula, bahwa orang harus tinggal dalam pondok daun selama 7 hari. Kedua hukum tadi menghendaki bahwa pesta itu dirayakan pada Kenisah. Soal baru dari pesta Pondok Daun seperti yang dirayakan Ezra di Yerusalem (Neh 8:17) barangkali berbentuk demikian: Ia bukan hanya memindahkan perayaan kurban, melainkan memindahkan pula pesta pondok daun dari rakyat kecil keYerusalem. Tradisi-imamat (Tradisi Pondok daun seperti Im 23:34-35; Bil 29:12) lalu menghubungkan pesta pondok daun pada suatu hari tertentu dalam tanggalan yang tetap. Pesta itu masih diberi satu hari oktaf. Pesta itu dirayakan dengan kegembiraan besar dan menjadi pesta tahunan yang paling disukai[14].

4.      Hari Raya Pendamaian ( Imamat 16 )
Hari ini sangat penting sebagai hari pertobatan dan korban. Allah memerintahkan untuk mengadakan persediaan bagi upacara – upacara korban setiap hari dan setiap minggu, tetapi semuanya ini belum cukup untuk menutupi dosa[15].

5.      Hari ketujuh dalam minggu
Secara etimologi kata tersebut tidak dapat diperoleh penjelasan yang tepat. Banyak para penyelidik ahli menyimpulkan Sabat itu dari kata kerja "syabat" (:  berhenti dari sesuatu; Yos 5:12; Neh 6:3; Ayub 32:1; Yes 24:8.). Penyelidik ahli yang lain menghubungkannya dengan kata "syeba" (: tujuh) karena ritme 7 hari yang keras dari pada Sabat itu. Di samping itu terdapatlah kesamaan yang menonjol sekali antara Sabat dengan kata bahasa Akad "syapattu" (hari ketujuh yang kedua?). Dalam kenyataannya juga terbukti dari tanggalan Mesopotamia, bahwa dalam batas-batas tertentu periode tujuh hari itu juga dikenal di Mesopotamia. Berlawanan dengan Sabat di dalam Alkitab, hari-hari tersebut tidak menjadi hari istirahat yang mengandung sifat pesta, melainkan merupakan hari-hari sial (: dies nefasti). Barangkali hari Sabat pada zaman pengembangan Israel. dijatuhkan pada hari yang sama dalam tahap bulan (bdk.: paralelisme Sabat dengan perayaan bulan baru di dalam 2 Raj 4:23; Yes 1:13; Yeh 46:1dan lain-lain), tetapi dalam peralihan menuju bentuk hidup agraris tidak digantungkan lagi padanya (menurut Kel 23:12 sebelum zaman para raja).Hukum  dan pelaksanaan Sabat. Semua Kitab Hukum PL mewajibkan, agar Sabat dirayakan dengan menghentikan pekerjaan harian. Peraturan Sabat yang tertua (Kel 23:12) mendasarkan larangan bekerja pada pertimbangan manusiawi:  Istirahat bagi manusia dan hewan. Di samping itu Ul 5:15 menghubungkan perayaan Sabat dengan keluaran mereka dari Mesir.  Pada zaman pembuangan itu bangsa Yahudi mulai menganggap Sabat,  di samping sunat , sebagai "tanda" yang membuat Isrel. berbeda dari bangsa-bangsa lain (Kel 31:13-17;Yeh 20:12,20). Hari ~S itu kudus dan kekudusannya dilanggar dengan bekerja (Kel 20:8-11 dalam hubungannya dengan Kej 1:1-2:4).  Pada waktu sebelum pembuangan Sabat diperingati dalam suasana meriah-gembira  orang mengunjungi kenisa (Yes 1:12-13) dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada para nabi (2Raj 4:23) -- sedangkan Nehemia pada waktu setelah pembuangan (2Raj 13:15-22) harus menjamin ketenangan ~S dengan paksa.  Sejak saat itu semakin timbul kepentingan Sabat (Yes 56:2-6;Yer 17:24-27).  Pada zaman Makabe orang-orang Yahudi membiarkan dirinya dibunuh musuh tanpa mengadakan perlawanan, agar tidak melanggar ketenangan Sabat dengan berperang (1 Mak 2:37-38; 2 Mak 6:11; 2 Mak 15:1-2). Tulisan-tulisan para rabi mewakili pandangan keras tentang istirahat Sabat secara keterlaluan.  Peraturan-peraturan kasuistik yang sangat rumit membuat Sabat menjadi beban (bdk.: Yub 2:17-33; 50:6-13).  Ada 39 perbuatan terlarang, antara lain: memetik benda-benda (Mat 12:2) dan mengangkut beban (Yoh 5:10).  Seorang tabib hanya diijinkan menolong orang yang berada dalam bahaya maut (oleh karenanya timbul perlawanan keras atas penyembuhan-penyembuhan yang dibuat oleh Yesus: Mark 3:1-5 ; Yoh 5:1-16.). Sabat itu dipandang diKumran sebagai waktu khusus untuk berdoa. Tentu saja aturan di situ juga keras (Misalnya:  orang tidak diijinkan berjalan ke luar kota lebih dari 1000 el (:  perjalanan untuk sabat), membebaskan ternak dari lubang (bdk.Luk 14:5), atau membicarakan pekerjaan hari berikut, tetapi di situ juga nampak adanya kecenderungan yang lebih lunak. -- Yesus bertolak dari dasar pandangan, bahwa Sabat itu tidak mempunyai tujuan sendiri, melainkan harus menjadi bantuan untuk hidup (Mark 2:27).  Beberapa kali Yesus memancing orang (: lawan-lawan) supaya mengadakan perdebatan soal Sabat (Mat 12:10-14; Luk 13:10-17; Yoh 5:8-18).  Yesus mengambil kebebasan untuk berbuat baik pada hari Sabat atau menghapusnya sama sekali ( Mark 2:28). Dari Mat 24:20 dapat ditarik kesimpulan, bahwa para orang Kristen pertama mengikuti wajib Sabat seperti mereka juga mengikuti kebiasaan Yahudi lainnya (/Kis 2:1,46; 3:1; 10:9). Paulus kelihatan tidak mewajibkan para Kristen asal kafir untuk merayakan hari Sabat (Gal 4:9-10), tetapi ia tentukan untuk mengadakan upacara agama pada hari pertama dalam minggu Yahudi (Kis 20:7; 1Kor 16:2)[16].

6.      Upacara Pembaruan Perjanjian( Ulangan 27:11-26, Yosua 8:30-35 )
Hari Raya Pur (Purim) merupakan hari untuk memperingati pembebasan orang Yahudi dari tangan penjahat Persia seperti yang diceritakan dalam kitab Ester.[17] Hari raya Purim diperingati pada suatu liburan tahunan. Sebuah pesta Yahudi yang dirayakan pada tanggal 14 dan 15 Adar. Pesta itu mengadakan peringatan atas pembebasan bangsa Yahudi oleh Mordekhai dan Ester di bawah raja Persia Ahasyweros (485-465). (Pesta Purin menurut 2 Mak 15:36 disebut sebagai hari Mordekhai;  Ester). Cerita pembebasan itu semula tidak ada hubungannya dengan nama pesta atau tanggalannya. Barangkali orang-orang Yahudi dari diaspora di daerah timur ikut merayakan sebuah pesta Persia di musim semi dalam bulan Adar. Di kemudian hari pesta itu di "Yahudi"kan dan diberi arti baru pada namanya (: sebetulnya berarti "yang pertama"; band. Primavera). Pesta Purim adalah sebuah pesta yang penuh kegembiraan dan disertai perjamuan-perjamuan serta pemberian hadiah kepada para sahabat maupun kepada para fakir miskin (Est 9:19,22). Sumber-sumber yang lebih muda bahkan memberitakan tentang kebiasaan pesta dengan topeng-topeng dan semacam karnaval. Di dalam sinagoga dibacakan Kitab Ester pada  perayaan itu.[18]

SYARAT BERIBADAH
Sebagai bagian dari tanggapan berbentuk ibadah itu Allah menetapkan bahwa hal-hal tertentu harus dilakukan oleh umat-Nya untuk menunjukkan ketaatan mereka dan memperlihatkan iman mereka secara nyata. Bagaimana cara ibadah ini dilakukan? Ibadah adalah soal hati. Manusia yang berdosa itu kemudian datang kepada Allah dengan membawa korban bagi pengampunan dosa mereka, kemudian diadakan upacara pengudusan yang bertujuan untuk memisahkan umat itu bagi Tuhan. Korban itu kemudian dibawa kepada imam yang kemudian diserahkan kepada Tuhan melalui satu bentuk ibadah yaitu ibadah upacara korban.  Arti upacara korban dalam PL berpusat pada kata kerja bahasa Ibrani “ kipper “ yang biasanya diterjemahkan dengan “mendamaikan”atau menutupi ( Imamat 1:4 ). Upacara korban itu antara lain:  Korban Bakaran (“olah”)  Imamat 1:4,24:14,Kej.48:13-14, Bil.8:10 ), Korban Sajian ( minhah ) Imamat 2, Korban Keselamatan ( zebah atau selamim ) Imamat 7:11-18, Korban penebus Salah / penghapus dosa ( asam atau hatta’t ) Imamat 4 dan 7[19].
Ada beberapa orang yang terlibat dalam liturgi itu, antara lain kelompok penyanyi dan nabi. Dalam ibadah ini juga terdapat liturgi. Imam adalah orang yang ahli dalam soal – soal ibadah, untuk itu diperlukan pengetahuan khusus  ia memberikan bimbingan dan putusan – putusan mengenai soal – soal upacara keagamaan dan hukum. Imam adalah bapa dan penasehat umat Allah yang bertanggungjawab atas segala acara dan upacara persembahan di Bait atau tempat suci, ia hidup dari  sebagian persembahan yang dipersembahkan oleh umat. Suku Lewi inilah yang menjabat sebagai imam ketika Israel mulai menduduki tanah Kanaan.[20] Raja – raja keturunan Daud memegang kuasa yang besar dalam urusan bait Allah, mereka bukan hanya menguasai material tetapi juga soal kepemimpinan dalam ibadah – nasional. tetapi setelah masa pemerintahan raja – raja itu berakhir maka imam yang tertua (senior), yaitu imam agung memegang kekuasaan yang semula dipegang para raja itu. Para pelayan dan pegawai melakukan pekerjaan mereka berdasarkan hak warisan. Imam besar bertindak selaku wakil Allah terhadap orang banyak dan selaku wakil rakyat terhadap Allah. Imam diserahi untuk memimpin kebaktian dalam Bait Suci dan diharuskan mempersembahkan korban. Selain para imam, pihak lain yang mempunyai kuasa dalam urusan Bait Allah di Yerusalem terdiri dari para nabi. Di tempat itu para nabi mendapat tempat bersama – sama dengan para imam sebagai pelayan – pelayan Allah. Sama seperti para imam, maka para nabi itupun merupakan pengantara wahyu Allah. Bedanya adalah bahwa diri pribadi para nabi itu sendirilah yang menjadi sarana serta alat datangnya wahyu: mereka sering mengalami ketidak - sadaran dimana diri mereka terasa terangkat lebih tinggi dari manusia biasa, dan didalam keadaan seperti itu mereka mampu menangkap hal – hal yang luar biasa. Kelompok lain yang juga bertugas sebagai pelayan ditempat suci tersebut adalah kelompok penyanyi. Kelompok ini merupakan kelompok yang turun temurun, dan berhubungan erat dengan para imam dan para nabi.  Terdapat juga susunan Liturgi dalam PL. Susunan liturgi yang dipakai antara lain berdoa, menyanyi dan membaca Mazmur[21].
            Terdapat beberapa lambang yang digunakan untuk mendukung jalannya ibadah, untuk mengekspresikan diri para penyembah. Misalnya; saat berdoa memejam mata, melipat tangan, berdiri, duduk atau berlutut dan penumpangan tangan. Seorang imam biasnaya menggunakan benda – benda suci seperti efod, roti sajian, dll. Lambang– lambang ini membantu para penyembah untuk mengekspresikan dirinya namun manusia tetap harus menyembah Allah dalam roh dan kebenaran.

TUJUAN IBADAH
            Ibadah dilakukan sebagai bentuk respon manusia kepada Allah, juga bentuk ketaatan mereka kepada Allah. Ibadah ini memiliki arti penting bagi orang Israel karena ini merupakan perintah langsung dari Allah dan merupakan tanda bahwa Allah telah bersedia membuka kembali hubungan dengan manusia.

TEOLOGI UPACARA IBADAH
            Sistem Persembahan korban adalah bagian dari upaya Allah untuk menciptakan suatu bangsa yang mendengar suaraNya dan mengikut Dia. Sifat ibadah yang batiniah dan pribadi terlihat dalam fakta bahwa pengampunan dapat diperoleh dengan hanya berseru kepada Tuhan (Kej.18,Kel.32:30-34). Bentuk – bentuk ibadah itu dimaksudkan untuk mengungkapkan suatu kenyataan batiniah, yakni pertobatan dan iman.[22] Watak batin ini dicerminkan dalam perlunya bentuk – bentuk nyata disertai oleh pertobatan dan pengakuan. Dengan ini mau dinyatakan bahwa bentuk sesungguhnya dari ibadah adalah soal hati.

MAKNA TEOLOGIS
            Ibadah merupakan respon kita terhadap Tuhan yang diwujudkan dalam setiap kegiatan dalam kehidupan kita. Kita tidak boleh bermain-main dalam melaksanakan ibadah, karena satu bangsa bisa dihancurkan oleh Allah karena mereka tidak beribadah. Contoh, Mesir.


[1] (Biblesoft's New Exhaustive Strong's Numbers and Concordance with Expanded Greek-Hebrew Dictionary, Copyright (c) 1994, Biblesoft and International Bible Translators, Inc.)
[2] Sumber Air Hidup GKSBS, Hal. 60.
[3] W.R.F. Browning, Kamus Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), hal 145
[4] William Dyrness, Tema –tema dalam teologi Perjanjian Lama, ( Malang : Gandum mas, 2004 ), hal 125
[5] Darmawijaya Pr, Warisan Para Nabi, ( Yogyakarta : Kanisius, 1992 ), hal 71
[6] C.Vriezen,Agama Israel Kuno, ( Jakarta : BPK,2006 ),hal 77
[7] Browning. Kamus Alkitab, ( Jakarta : BPK, 2009 ), hal 409
[8] Browning, Kamus Alkitab, ( Jakarta : BPK , 2009 ), hal 120
[9] Ibid, hal 78           
[10] Ibid, hal 78
[11] CD ROOM, SABDA OLB / 32.
[12] Ibid.,
[13] William Dyrness, Tema –tema dalam teologi Perjanjian Lama, ( Malang : Gandum mas, 2004 ), hal 128.
[14] CD ROOM, SABDA OLB / 32.
[15] William Dyrness, Tema –tema dalam teologi Perjanjian Lama, ( Malang : Gandum mas, 2004 ), hal 130
[16] CD ROOM, SABDA OLB / 32.
[17] Wismoady Wahono, Di Sini Kutemukan, ( Jakarta : BPK, 1990 ), hal 191.
[18]  CD ROOM, SABDA OLB / 32.
[19] William Dyrness, Tema –tema dalam Teologi Perjanjian Lama ( Malang : Gandum mas, 2004 ), hal 135
[20] Wismoady Wahono, Di Sini Kutemukan,( Jakarta : BPK, 1990 ), hal 192
[21] W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), hal 145

[22] Ibid,hal.136.

3 komentar: