IBADAH DALAM PERJANJIAN LAMA
DEFINISI
Kata
“ ibadah “ dalam Perjanjian lama dipakai sebanyak 34 kali, dan kata “ ibadah “
muncul pertama kali dalam Keluaran 3:12. Dalam versi bahasa aslinya, ada dua
kata yang digunakan untuk menunjukkan kata ibadah ini, yaitu ta’ abduwn dan sachah. Ta abduwn berasal dari kata “abad” yang secara
etimologi berarti mengerjakan (dalam banyak pengertian, perasaan ), yang
berimplikasi meladeni, melayani atau menjalankan, mengerjakan dalam perbudakan,
ikatan atau mengikat, memaksa/ mendorong, mendengar, melaksanakan, memelihara,
kebaktian, ditempa atau dibuat ( iron besi ), memuja.[1]
Sementara shachah berarti “ menundukkan diri“ sedangkan dalam
bahasa Yunaninya adalah “ proskuneo “
yang berarti menyembah atau mencium tangan kepada ... “[2].
Jika kedua pengertian tersebut digabungkan, maka ibadah itu berarti
pengungkapan diri yang muncul dari kesadaran, perasaan dan keputusan. Dari
kedua kata di atas bisa disimpulkan bahwa ibadah merupakan satu bentuk kegiatan
meladeni, melayani, mendengar, melaksanakan, memelihara, memuja, menundukkan
diri, menyembah, seseorang atau oknum yang lebih tinggi yang dalam hal ini
adalah Tuhan Allah. Dengan kata lain, ibadah merupakan suatu respon manusia
terhadap apa yang sudah Tuhan lakukan baginya.
Secara semantik, ibadah adalah
suatu bentuk aktifitas yang membawa perbuatan, hati, dan menyenangkan hati
Tuhan. Menurut Browning, ibadah
merupakan bentuk hormat kita kepada Allah (Kel 20:1-6) namun yang dinyatakan
dalam gerak isyarat dan perkataan tepat, pantas, yang juga dilaksanakan dalam
sikap perbuatan dan hidup (Am 5:21-24)[3].
Tujuannya adalah supaya umat beribadah kepada Allah (Kel. 7:16, 8:1). Ibadah
dipahami sebagai tanggapan hati yang percaya kepada Allah. Ketika kita
berbicara tentang ibadah, maka kita tidak bisa lepas dari istilah kultus, yaitu
untuk menyebut aspek-aspek formal dan ritual dari peribadatan dalam Perjanjian
Lama. Kultus atau upacara ibadah hanya merupakan bentuk tanggapan Israel
terhadap penyingkapan Allah. Upacara ibadah yang ditentukan Allah bagi Israel
harus menjadi pengungkapan yang nyata dari iman mereka. Allah memberi tahu
kepada umat-Nya mengenai cara beribadah kepada-Nya, bukan hanya karena mereka
tidak tahu caranya tetapi karena mereka tidak layak untuk beribadah. Oleh
karena itu Hukum Taurat menyediakan cara untuk penyucian, untuk korban dan
terlebih untuk penebusan, itu berarti ketetapan–ketetapan ini tidak hanya
menyediakan jalan bagi Israel untuk menyatakan iman mereka tetapi juga dari
pihak Allah menyediakan jalan kembali
kepada kerukunan dan persekutuan yang dahulu telah terputus, dan ini
menjadi pusat dan inti ibadah dalam Perjanjian Lama.[4]
Upacara ibadah adalah simbolis
dalam arti bahwa ia menyatakan dari dalam bentuk yang kelihatan realitas
persekutuan rohani dengan Allah. Oleh karena itu ibadah dalam Israel tersebut memiliki tempat – tempat yang khusus
bagi upacara ibadahnya, kemudian mereka juga memiliki hari – hari perayaan,
selain itu ada juga tentang perbuatan – perbuatan kudus, dan yang menarik lagi
adalah bahwa mereka mempunyai suatu teologi upacara ibadah.
TEMPAT BAGI UPACARA IBADAH DALAM AGAMA PERJANJIAN
LAMA
Ada
macam - macam tempat ibadah yang sering dipakai oleh orang Israel diantaranya
Silo(Yer.7:12), Gilgal( 1 Sam.11:15), Nob( 1 Sam.21:1), Bukit Zaitun(2
Sam.15:32), Hebron(2 Sam.15:32), Yerusalem. Penentuan tempat – tempat kudus itu
bukan sekedar pilihan manusia, melainkan adalah penentuan bersendikan tradisi
akan pewahyuan diri Allah ( Hak.6:25-26. 2 Sam.24:16-25 ).[5]
1. Silo
Di Silo merupakan sebuah kuil yang dipakai
oleh orang Israel untuk beribadah kepada TUHAN, selain itu juga merupakan
tempat untuk menyimpan Tabut Perjanjian. Namun terjadi suatu pertempuran bangsa
Israel melawan kaum Filistin ( Yer.7:12,26:6,Maz.78:60, 1 Sam.1-7 ) dan
akhirnya tabut tersebut jatuh ke tangan orang Filistin dan kemudian ditempatkan
di Kiryat Yearim.[6] Silo adalah suatu pusat
keagamaan suku – suku pada abad ke 12 SM, pada waktu pembagian tanah ( Yos.18:9
). Silo terletak disebelah utara Yerusalem dan sebelah barat sungai Yordan.
Silo adalah tempat suci dan mempunyai imam – imam, Eli dan putra – putranya
melayani disitu sampai pada waktu Tabut Perjanjian direbut orang Filistin ( 1
Sam.4 ).[7]
Tempat ibadah di Silo adalah Bait Suci ( 1 Sam. 1:9 ).
2. Gilgal
Kuil suku Benyamin kuno ternyata berfungsi
sebagai pusat keagamaan pada zaman Saul ( 1 Sam.11:15 )dan masih dipakai pada
zaman Daud ( 2 Sam.19:15). Gilgal adalah tempat markas besar bangsa Israel
ketika mereka memasuki Kanaan ( Yos.4:19 ) dan kemudian hari menjadi pusat
penyembahan sinkretistik yang dikutuk oleh Amos ( Amos 4:4, 5:5, dan Hosea (
Hosea 4:15). Gilgal terletal 10 Km di sebelah timur laut Yerikho.[8]
3. Nob
Di Nob juga ada kuil ( 1 Sam.21 ) yang
imamnya adalah Ahimelekh, yaitu tempat Daud diberi roti sajian yang sudah
dipersembahkan di hadapan Yehweh.[9]
Nob berada di suatu tempat agak ke utara Yerusalem ( Yes. 10:32 ) di mana 85
imam hidup bersama Abimelek. Di tempat inilah Saul menyuruh Doeg ( ia adalah
orang Edom )membunuh semua imam yang melayani di Nob ( 1 Sam.22:6-23 ), hanya
Abyatar yang selamat dari pembantaian ini. Tempat ibadah di Nob adalah Rumah
Allah ( Matius 12:4 ).
4. Bukit Zaitun dan Hebron
Dalam
2 Samuel 15:32 ini membuktikan bahwa ada tempat ibadah di atas Bukit Zaitun
namun yang berbeda dengan tempat ibadah yang lainnya adalah bahwa tidak ada
mezbah atau kuil di Bukit Zaitun karena fungsinya sebagai tempat doa. Sedangkan
di Hebron ini merupakan tempat Daud diurapi menjadi raja ( 2 Samuel 2:4, 5:3 )
dan ditempat tersebut ada kuil sebagai tempat untuk ibadah.[10]
Hebron terletak di sebelah barat daya Yerusalem di daerah pegunungan, direbut
oleh Kaleb ( Yos.14:12 ). Pada perkembangannya Yerusalem lah yang akhirnya
menjadi pusat kultus atau peribadatan israel. Kota suci ini memang tak dapat
diragukan bahwa ia mempunyai suatu tempat yang luang sekali didalam kepercayaan
israel. Oleh karena itu bangsa Israel harus diingatkan bahwa Allah memilih
menyatakan diri-Nya ditempat-tempat ini sebagai penyataan kasih-Nya dan
kesetiaan-Nya pada janji - janji-Nya. Hebron bahasa ibarani “ Haag “ artinya
tempat, perjanjian Sebuah kerajaan kota kuno yang penting di
bagian selatan pegunungan Yuda. 37 km sebelah selatan Yerusalem pada jalan ke
Beersyeba. Menurut catatan Bil 13:22 kota Hebron berasal dari zaman
tembaga-tengahan. Pada zaman pra-Israel. tempat itu dihuni orang-orang Anak dan
di kemudian harinya menjadi milik orang-orang Kaleb (Bil 13:22; Yos 15:13-14).
Terkenal di situ adalah tempat kudus Mamre dan kuburan Makhpela, yang dikaitkan dengan nama-nama
para nenek-moyang Israel. Kitab Yos 15:54; 20:7 menyebutkan bahwa Hebron adalah
sebuah kota Yehuda. Letaknya sangat menguntungkan, sehingga menjadi tempat
pertahanan Yehuda yang paling penting. Di situ Daud memperoleh perlindungan
dari kerajaan Saul (1Sam 30:31). Di situ pula Daud tinggal sampai ia dapat
menguasai Yerusalem (2Sam 2:1-5:5). Setelah itu Hebron mulai mengalami
kemunduran. Pada saat setelah pembagian kerajaan, Yerobeam menguati kota
Hebron. (2Taw 11:5-12). Sesudah Yerusalem hancur, rupanya Hebron lalu jatuh ke
tangan bangsa Edom. Kitab 1Mak 5:65 mengatakan, bahwa Hebron itu milik orang-orang
Edom. - Kota Hebron kuno dicari orang di sebelah barat el-khalil. Di situ orang
(Arab) menunjukkan kuburan-kuburan para nenek moyang Israel[11].
5.
Yerusalem
Yerusalem
bahasa Ibarani “ Haag “artinya tempat, bangunan Allah. Yerusalem terletak pada
pegunungan tengah di Palestina, sekitar 760 m di atas permukaan laut, dan 1145
m di atas permukaan Laut Mati. Tebing Timur kota itu dibatasi oleh lembah Kidron. Sekitar 100 m di bawah tanah kenisah
membujurlah lembah Kidron dari utara ke Selatan. Di sebelah Barat dan
Selatannya, kota Yerusalem dibatasi oleh lembah Hinom. Lembah Tyropon terletak
membujur melintasi tengah kota Yerusalem. Secara tidak merata kota itu seolah-olah
di belah dua oleh lembah Tyropoon. Bukit yang di sebelah Barat lebih lebar dan
lebih tinggi daripada bukit-bukit di sebelah timur yang lebih sempit dan kecil.
Adapun bukit di sebelah timur itu saling bertemu dengan Ofel pada sebelah selatan. Bagian utara bukit
di sebelah timur dinamakan dalam bahasa Arab: Haram es-syerif. Bagian selatan
dari eddahurah. Di sebelah utara perbukitan pada sisi barat berdirilah gereja
makam ( Golgota). Bagian selatan dari bukit Sebelah barat disebut "Sion
serani". Kota Yerusalem dikepung bukit-bukit yang lebih tinggi (Mazm
125:2), pada sebelah timur oleh bukit
Zaitun (sekitar 810 m). Bukit di sebelah selatan Yerusalem di sebut
"gunung nasihat jahat" dalam tutur-bahasa kristen, sedangkan bukit di
sebelah tenggara disebut "gunung batu sandungan". Satu-satunya
mata-air bagi seluruh daerah adalah sumber
Gihon di lembah Kidron, kira-kira 300 m sebelah selatan Kenisah. Di
dalam kota ditemukan lima buah kolam besar untuk tempat persediaan air: Kolam
Siloah (550 m sebelah selatan daerah kenisah), kolam Mamila dan kolam Sultan di
bagian barat lembah Hinom dan kolam Hizkia maupun kolam Israin di bagian kota
kuno. Letak Yerusalem itu sedikit di luar jalan lintas utama Utara-Selatan yang
langsung lewat di sebelah barat Yerusalem pada puncpegunungan Yordan barat.
Gamb. 4 ; 2 . [12]Bait Suci Salomo dibangun di Yerusalem ( 1
Raja – raja 6 ) itulah sebabnya Yerusalem menjadi tempat yang sangat penting
bagi orang Israel khususnya dalam ibadah.
WAKTU IBADAH
Kapan
kebiasaan beribadah ini mucul, dan bagaiman perkembangannya kemudian di antara
orang Israel pada zaman PL? Pada awalnya kita
menemukan adanya ibadah atau persembahan pribadi kepada Allah oleh Habel (Kej.
4:4; Kel. 24:26). Kemudian, pelaksanaan ibadah itu berkembang menjadi ibadah umat.
Musa adalah seorang tokoh yang dianggap sebagai peletak dasar dari ibadah umat
yang diorganisir, dan yang menjadikan Jahwe sebagai alamat ibadah satu-satunya.
Ibadah umat diorganisir di dalam Kemah Pertemuan, dan upacaranya dipandang
sebagai “pelayanan suci” dari pihak umat untuk memuji Tuhan. Pada perkembangan
selanjutnya, setelah Kemah Pertemuan, lahirlah Bait Suci dan Sinagoge sebagai
tempat ibadah bagi Israel. Perkembangan ini didasari oleh pemahaman bahwa
ibadah adalah merupakan faktor penting dalam kehidupan Nasional Jahudi. Bait
Suci dihancurkan oleh Babel, dibentuk kebaktian Sinagoge karena pelaksanaan
ibadah tetap dirasakan sebagai kebutuhan penting.
Bagi orang Israel, ibadah
diadakan pada kira-kira 4 bulan dalam setahun, antara hari sabat termasuk
dengan hari-hari khusus yaitu musim-musim tertentu dalam setahun yang biasanya
ditandai Tuhan sebagai masa-masa perayaan dan sukacita keagamaan. Adapun
hari-hari khusus bangsa Ibrani itu
antara lain:
1. Hari Raya Roti Tidak
Beragi ( Paskah)
Perayaan ini diselenggarakan
dalam bulan yang pertama tiap tahun dan sejak awal dikenal dengan paskah (
Imamat 23:5, Kel.23:14-15,Yosua 5:10-12). Tujuh hari lamanya mereka makan roti
tidak beragi sedang pada hari pertama mereka tidak boleh melakukan pekerjaan
berat dan harus mempersembahkan korban bagi Tuhan. Selama perayaan tersebut
mereka mengingat masa perbudakan mereka dan bagaimana Tuhan membawa mereka
keluar dari Mesir, perayaan itu berwujud ibadah keluarga sebagai upacara
peringatan, dimana mereka melakukan kembali upacara paskah[13].
2. Hari Raya Tujuh
Minggu (Pentakosta / panen)
Hari raya ini disebut juga
dengan hari raya menuai atau hari raya hulu hasil, adalah suatu perayaan di
mana hasil pertama dari ladang mereka dipersembahkan kepada TUHAN ( Kel.23:16,
Bil.28:26-31,Ul.16:9-12 ). Perayaan ini disebut juga dengan Pentakosta karena
dirayakan lima puluh hari setelah permulaan panen. Kemudian hari tanggalnya
dihitung dari permulaan Paskah. Semua orang harus bersukaria bersama dan
mengingat bahwa Tuhan tidak memberikan tuaian, melainkan juga bahwa ini
merupakan ungkapan pemeliharaanNya yang penuh kasih termasuk pelepasan mereka
dari Mesir ( Ul. 16:12).
3. Hari Raya
Pondok daun (pengumpulan hasil panen/ Tabernakel---Imamat
23:39-43,Kel.23:16,Ul.16:13).
Juga disebut Perayaan Menuai (Kel 23:16; 34:22), atau disebut "Hari
Raya" (1Raj 8:2,65; Yeh 45:25), atau pesta Yahwe (Im 23:39). Pesta ini
merupakan pesta terakhir dari ketiga
Pesta, yang menurut Kel 23:16-17 harus dirayakan setiap tahun. Asal-usul
hari raya ini masih dipertentangkan para ahli. Bagaimanapun juga Israel telah
mengambil-alih pesta itu, setelah mereka hidup menetap. Alasan sejarah pesta
itu seperti disebutkan oleh Im 23:42-43 adalah sebuah usaha dari waktu kemudian
untuk mengkaitkan pesta-pesta besar dengan peristiwa-peristiwa tertentu pada
awal sejarah bangsa Isrel. Pada zaman para Hakim boleh jadi peringatan itu
merupakan sebuah perayaan untuk menutup panen anggur dan dikaitkan dengan
sebuah upacara korban dalam Kenisah di Sikhem atau pada tempat lainnya. Barangkali
pesta itu juga digabungkan dengan sebuah pembaharuan perjanjian Sinai. Salomo
memilih pesta HRPD sebagai hari pentahbisan Kenisah. Dalam Ul 16:13-16 perayaan
itu disebutkan untuk pertama kalinya dengan nama Pondok Daun dan dirayakan
selama tujuh hari. Kitab Im 23:42 memberikan ketentuan pula, bahwa orang harus
tinggal dalam pondok daun selama 7 hari. Kedua hukum tadi menghendaki bahwa
pesta itu dirayakan pada Kenisah. Soal baru dari pesta Pondok Daun seperti yang
dirayakan Ezra di Yerusalem (Neh 8:17) barangkali berbentuk demikian: Ia bukan
hanya memindahkan perayaan kurban, melainkan memindahkan pula pesta pondok daun
dari rakyat kecil keYerusalem. Tradisi-imamat (Tradisi Pondok daun seperti Im
23:34-35; Bil 29:12) lalu menghubungkan pesta pondok daun pada suatu hari
tertentu dalam tanggalan yang tetap. Pesta itu masih diberi satu hari oktaf.
Pesta itu dirayakan dengan kegembiraan besar dan menjadi pesta tahunan yang
paling disukai[14].
4. Hari Raya Pendamaian
( Imamat 16 )
Hari ini sangat penting
sebagai hari pertobatan dan korban. Allah memerintahkan untuk mengadakan
persediaan bagi upacara – upacara korban setiap hari dan setiap minggu, tetapi
semuanya ini belum cukup untuk menutupi dosa[15].
5. Hari ketujuh dalam minggu
Secara etimologi kata tersebut tidak dapat diperoleh penjelasan yang
tepat. Banyak para penyelidik ahli menyimpulkan Sabat itu dari kata kerja
"syabat" (: berhenti dari
sesuatu; Yos 5:12; Neh 6:3; Ayub 32:1; Yes 24:8.). Penyelidik ahli yang lain
menghubungkannya dengan kata "syeba" (: tujuh) karena ritme 7 hari
yang keras dari pada Sabat itu. Di samping itu terdapatlah kesamaan yang
menonjol sekali antara Sabat dengan kata bahasa Akad "syapattu" (hari
ketujuh yang kedua?). Dalam kenyataannya juga terbukti dari tanggalan
Mesopotamia, bahwa dalam batas-batas tertentu periode tujuh hari itu juga
dikenal di Mesopotamia. Berlawanan dengan Sabat di dalam Alkitab, hari-hari
tersebut tidak menjadi hari istirahat yang mengandung sifat pesta, melainkan
merupakan hari-hari sial (: dies nefasti). Barangkali hari Sabat pada zaman
pengembangan Israel. dijatuhkan pada hari yang sama dalam tahap bulan (bdk.:
paralelisme Sabat dengan perayaan bulan baru di dalam 2 Raj 4:23; Yes 1:13; Yeh
46:1dan lain-lain), tetapi dalam peralihan menuju bentuk hidup agraris tidak
digantungkan lagi padanya (menurut Kel 23:12 sebelum zaman para
raja).Hukum dan pelaksanaan Sabat. Semua
Kitab Hukum PL mewajibkan, agar Sabat dirayakan dengan menghentikan pekerjaan
harian. Peraturan Sabat yang tertua (Kel 23:12) mendasarkan larangan bekerja
pada pertimbangan manusiawi: Istirahat
bagi manusia dan hewan. Di samping itu Ul 5:15 menghubungkan perayaan Sabat
dengan keluaran mereka dari Mesir. Pada
zaman pembuangan itu bangsa Yahudi mulai menganggap Sabat, di samping sunat , sebagai "tanda"
yang membuat Isrel. berbeda dari bangsa-bangsa lain (Kel 31:13-17;Yeh
20:12,20). Hari ~S itu kudus dan kekudusannya dilanggar dengan bekerja (Kel
20:8-11 dalam hubungannya dengan Kej 1:1-2:4).
Pada waktu sebelum pembuangan Sabat diperingati dalam suasana
meriah-gembira orang mengunjungi kenisa
(Yes 1:12-13) dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada para nabi (2Raj 4:23)
-- sedangkan Nehemia pada waktu setelah pembuangan (2Raj 13:15-22) harus
menjamin ketenangan ~S dengan paksa.
Sejak saat itu semakin timbul kepentingan Sabat (Yes 56:2-6;Yer
17:24-27). Pada zaman Makabe orang-orang
Yahudi membiarkan dirinya dibunuh musuh tanpa mengadakan perlawanan, agar tidak
melanggar ketenangan Sabat dengan berperang (1 Mak 2:37-38; 2 Mak 6:11; 2 Mak
15:1-2). Tulisan-tulisan para rabi mewakili pandangan keras tentang istirahat
Sabat secara keterlaluan.
Peraturan-peraturan kasuistik yang sangat rumit membuat Sabat menjadi
beban (bdk.: Yub 2:17-33; 50:6-13). Ada
39 perbuatan terlarang, antara lain: memetik benda-benda (Mat 12:2) dan
mengangkut beban (Yoh 5:10). Seorang
tabib hanya diijinkan menolong orang yang berada dalam bahaya maut (oleh
karenanya timbul perlawanan keras atas penyembuhan-penyembuhan yang dibuat oleh
Yesus: Mark 3:1-5 ; Yoh 5:1-16.). Sabat itu dipandang diKumran sebagai waktu
khusus untuk berdoa. Tentu saja aturan di situ juga keras (Misalnya: orang tidak diijinkan berjalan ke luar kota
lebih dari 1000 el (: perjalanan untuk
sabat), membebaskan ternak dari lubang (bdk.Luk 14:5), atau membicarakan
pekerjaan hari berikut, tetapi di situ juga nampak adanya kecenderungan yang
lebih lunak. -- Yesus bertolak dari dasar pandangan, bahwa Sabat itu tidak
mempunyai tujuan sendiri, melainkan harus menjadi bantuan untuk hidup (Mark
2:27). Beberapa kali Yesus memancing
orang (: lawan-lawan) supaya mengadakan perdebatan soal Sabat (Mat 12:10-14;
Luk 13:10-17; Yoh 5:8-18). Yesus
mengambil kebebasan untuk berbuat baik pada hari Sabat atau menghapusnya sama
sekali ( Mark 2:28). Dari Mat 24:20 dapat ditarik kesimpulan, bahwa para orang
Kristen pertama mengikuti wajib Sabat seperti mereka juga mengikuti kebiasaan
Yahudi lainnya (/Kis 2:1,46; 3:1; 10:9). Paulus kelihatan tidak mewajibkan para
Kristen asal kafir untuk merayakan hari Sabat (Gal 4:9-10), tetapi ia tentukan
untuk mengadakan upacara agama pada hari pertama dalam minggu Yahudi (Kis 20:7;
1Kor 16:2)[16].
6. Upacara Pembaruan
Perjanjian( Ulangan 27:11-26, Yosua 8:30-35 )
Hari Raya Pur (Purim)
merupakan hari untuk memperingati pembebasan orang Yahudi dari tangan penjahat
Persia seperti yang diceritakan dalam kitab Ester.[17]
Hari raya Purim diperingati pada suatu liburan tahunan. Sebuah
pesta Yahudi yang dirayakan pada tanggal 14 dan 15 Adar. Pesta itu mengadakan
peringatan atas pembebasan bangsa Yahudi oleh Mordekhai dan Ester di bawah raja
Persia Ahasyweros (485-465). (Pesta Purin menurut 2 Mak 15:36 disebut sebagai
hari Mordekhai; Ester). Cerita
pembebasan itu semula tidak ada hubungannya dengan nama pesta atau
tanggalannya. Barangkali orang-orang Yahudi dari diaspora di daerah timur ikut
merayakan sebuah pesta Persia di musim semi dalam bulan Adar. Di kemudian hari
pesta itu di "Yahudi"kan dan diberi arti baru pada namanya (:
sebetulnya berarti "yang pertama"; band. Primavera). Pesta Purim
adalah sebuah pesta yang penuh kegembiraan dan disertai perjamuan-perjamuan
serta pemberian hadiah kepada para sahabat maupun kepada para fakir miskin (Est
9:19,22). Sumber-sumber yang lebih muda bahkan memberitakan tentang kebiasaan
pesta dengan topeng-topeng dan semacam karnaval. Di dalam sinagoga dibacakan
Kitab Ester pada perayaan itu.[18]
SYARAT BERIBADAH
Sebagai bagian dari tanggapan
berbentuk ibadah itu Allah menetapkan bahwa hal-hal tertentu harus dilakukan
oleh umat-Nya untuk menunjukkan ketaatan mereka dan memperlihatkan iman mereka
secara nyata. Bagaimana cara ibadah ini dilakukan? Ibadah adalah soal hati.
Manusia yang berdosa itu kemudian datang kepada Allah dengan membawa korban
bagi pengampunan dosa mereka, kemudian diadakan upacara pengudusan yang
bertujuan untuk memisahkan umat itu bagi Tuhan. Korban itu kemudian dibawa
kepada imam yang kemudian diserahkan kepada Tuhan melalui satu bentuk ibadah
yaitu ibadah upacara korban. Arti
upacara korban dalam PL berpusat pada kata kerja bahasa Ibrani “ kipper “ yang
biasanya diterjemahkan dengan “mendamaikan”atau menutupi ( Imamat 1:4 ).
Upacara korban itu antara lain: Korban
Bakaran (“olah”) Imamat 1:4,24:14,Kej.48:13-14,
Bil.8:10 ), Korban Sajian ( minhah ) Imamat 2, Korban Keselamatan ( zebah atau
selamim ) Imamat 7:11-18, Korban penebus Salah / penghapus dosa ( asam atau
hatta’t ) Imamat 4 dan 7[19].
Ada beberapa orang yang
terlibat dalam liturgi itu, antara lain kelompok penyanyi dan nabi. Dalam
ibadah ini juga terdapat liturgi. Imam adalah orang yang ahli dalam soal – soal
ibadah, untuk itu diperlukan pengetahuan khusus
ia memberikan bimbingan dan putusan – putusan mengenai soal – soal
upacara keagamaan dan hukum. Imam adalah bapa dan penasehat umat Allah yang
bertanggungjawab atas segala acara dan upacara persembahan di Bait atau tempat
suci, ia hidup dari sebagian persembahan
yang dipersembahkan oleh umat. Suku Lewi inilah yang menjabat sebagai imam
ketika Israel mulai menduduki tanah Kanaan.[20]
Raja – raja keturunan Daud memegang kuasa yang besar dalam urusan bait Allah,
mereka bukan hanya menguasai material tetapi juga soal kepemimpinan dalam
ibadah – nasional. tetapi setelah masa pemerintahan raja – raja itu berakhir
maka imam yang tertua (senior), yaitu imam agung memegang kekuasaan yang semula
dipegang para raja itu. Para pelayan dan pegawai melakukan pekerjaan mereka
berdasarkan hak warisan. Imam besar bertindak selaku wakil Allah terhadap orang
banyak dan selaku wakil rakyat terhadap Allah. Imam diserahi untuk memimpin
kebaktian dalam Bait Suci dan diharuskan mempersembahkan korban. Selain para
imam, pihak lain yang mempunyai kuasa dalam urusan Bait Allah di Yerusalem
terdiri dari para nabi. Di tempat itu para nabi mendapat tempat bersama – sama
dengan para imam sebagai pelayan – pelayan Allah. Sama seperti para imam, maka
para nabi itupun merupakan pengantara wahyu Allah. Bedanya adalah bahwa diri
pribadi para nabi itu sendirilah yang menjadi sarana serta alat datangnya
wahyu: mereka sering mengalami ketidak - sadaran dimana diri mereka terasa
terangkat lebih tinggi dari manusia biasa, dan didalam keadaan seperti itu
mereka mampu menangkap hal – hal yang luar biasa. Kelompok lain yang juga
bertugas sebagai pelayan ditempat suci tersebut adalah kelompok penyanyi.
Kelompok ini merupakan kelompok yang turun temurun, dan berhubungan erat dengan
para imam dan para nabi. Terdapat juga
susunan Liturgi dalam PL. Susunan liturgi yang dipakai antara lain berdoa,
menyanyi dan membaca Mazmur[21].
Terdapat
beberapa lambang yang digunakan untuk mendukung jalannya ibadah, untuk
mengekspresikan diri para penyembah. Misalnya; saat berdoa memejam mata,
melipat tangan, berdiri, duduk atau berlutut dan penumpangan tangan. Seorang
imam biasnaya menggunakan benda – benda suci seperti efod, roti sajian, dll. Lambang–
lambang ini membantu para penyembah untuk mengekspresikan dirinya namun manusia
tetap harus menyembah Allah dalam roh dan kebenaran.
TUJUAN IBADAH
Ibadah
dilakukan sebagai bentuk respon manusia kepada Allah, juga bentuk ketaatan
mereka kepada Allah. Ibadah ini memiliki arti penting bagi orang Israel karena
ini merupakan perintah langsung dari Allah dan merupakan tanda bahwa Allah
telah bersedia membuka kembali hubungan dengan manusia.
TEOLOGI UPACARA IBADAH
Sistem
Persembahan korban adalah bagian dari upaya Allah untuk menciptakan suatu
bangsa yang mendengar suaraNya dan mengikut Dia. Sifat ibadah yang batiniah dan
pribadi terlihat dalam fakta bahwa pengampunan dapat diperoleh dengan hanya
berseru kepada Tuhan (Kej.18,Kel.32:30-34). Bentuk – bentuk ibadah itu
dimaksudkan untuk mengungkapkan suatu kenyataan batiniah, yakni pertobatan dan
iman.[22]
Watak batin ini dicerminkan dalam perlunya bentuk – bentuk nyata disertai oleh
pertobatan dan pengakuan. Dengan ini mau dinyatakan bahwa bentuk sesungguhnya
dari ibadah adalah soal hati.
MAKNA TEOLOGIS
Ibadah merupakan respon kita terhadap
Tuhan yang diwujudkan dalam setiap kegiatan dalam kehidupan kita. Kita tidak
boleh bermain-main dalam melaksanakan ibadah, karena satu bangsa bisa
dihancurkan oleh Allah karena mereka tidak beribadah. Contoh, Mesir.
[1] (Biblesoft's New Exhaustive Strong's
Numbers and Concordance with Expanded Greek-Hebrew Dictionary, Copyright
(c) 1994, Biblesoft and International Bible Translators, Inc.)
[2] Sumber Air Hidup GKSBS, Hal. 60.
[4]
William Dyrness, Tema –tema dalam
teologi Perjanjian Lama, ( Malang : Gandum mas, 2004 ), hal 125
[5]
Darmawijaya Pr, Warisan Para Nabi, (
Yogyakarta : Kanisius, 1992 ), hal 71
[6]
C.Vriezen,Agama Israel Kuno, (
Jakarta : BPK,2006 ),hal 77
[7]
Browning. Kamus Alkitab, ( Jakarta :
BPK, 2009 ), hal 409
[8]
Browning, Kamus Alkitab, ( Jakarta :
BPK , 2009 ), hal 120
[9] Ibid, hal 78
[10] Ibid, hal 78
[11] CD ROOM, SABDA OLB / 32.
[12] Ibid.,
[13] William Dyrness, Tema –tema dalam teologi Perjanjian Lama,
( Malang : Gandum mas, 2004 ), hal 128.
[14] CD ROOM, SABDA OLB / 32.
[15] William Dyrness, Tema –tema dalam teologi Perjanjian Lama,
( Malang :
Gandum mas, 2004 ), hal 130
[16] CD ROOM, SABDA OLB / 32.
[17] Wismoady Wahono, Di Sini Kutemukan, ( Jakarta : BPK,
1990 ), hal 191.
[18]
CD ROOM, SABDA OLB / 32.
[19] William Dyrness, Tema –tema dalam Teologi Perjanjian Lama
( Malang :
Gandum mas, 2004 ), hal 135
[20]
Wismoady Wahono, Di Sini Kutemukan,(
Jakarta : BPK, 1990 ), hal 192
[22] Ibid,hal.136.
makasih
BalasHapusTerimakasih kak, Tuhan Yesus memberkati.
BalasHapussip
BalasHapus