DEWAN
GEREJA-GEREJA DI INDONESIA/
PERSEKUTUAN
GEREJA-GEREJA DI INDONESIA
PENDAHULUAN
Sejak
ikutnya wakil-wakil Indonesia dalam pertemuan Dewan Gereja-gereja Dunia,
timbullah suatu kerinduan dari wakil gereja-gereja di Indonesia untuk kemudian
secara bersama memikirkan keesaan gereja Indonesia juga. Sejak masuknya misi ke
Indonesia, warna dan doktrin dari masing-masing misi kemudian masuk dan
mewarnai gereja-gereja di Indonesia. Misi yang berbeda membawa warna teologi
yang berbeda pula bagi gereja-gereja di Indonesia. Namun penderitaan akibat
penjajahan dan perang dan kerinduan untuk merdeka menjadikan setiap anggota bangsa
ingin bersatu untuk mencapai kemerdekaan dan lepas dari kungkungan penjajah. Rasa
kesatuan ini juga kemudian memotivasi anak bangsa yang percaya untuk kemudian
mencoba mandiri dan juga bersatu. Rencana untuk bersatu ini tentunya memang
sudah dimulai sejak jauh-jauh hari, terbukti dengan terbentuknya beberapa Dewan
Pengurus Daerah. Dan realisasi tertinggi dari keesaan gereja di Indonesia ialah
dengan terbentuknya DGI atau yang sekarang disebut dengan PGI.
ISI
SEJARAH
Dewan
Gereja-gereja Di Indonesia atau disingkat dengan DGI adalah hasil dari
gerekan-gerakan oikumene di Indonesia. Pembentukan DGI dilakukan pada
konferensi tanggal 21-28 Mei 1950 di STT Proklamasi. Dalam acara ini dibuat
juga anggaran dasar DGI. Gerakan-gerakan ini dibentuk sebagai kesadaran
oikumene di antara orang-orang Kristen dengan gereja-gereja di Indonesia. Yang
telah berkembang akibat dari ikutnya wakil-wakil Indonesia dalam pertemuan
gereja internasional seperti IMC di Yerusalem (1928), Tambaram (1938), DGD,
konferensi Kristen Asia Timur. Selain itu, situasi masyarakat Indonesia telah
memberi dorongan yang kuat bagi terbentuknya DGI. Perang dunia ke-II dan
penjajahan Jepang tahun 1942-1945 telah memaksa gereja-gereja di Indonesia
untuk berdiri sendiri, sehingga bisa menjadi suatu keuntungan rohani bagi
gereja-gereja di Indonesia. Kerohanian bertumbuh di tengah-tengah penderitaan.
Solidaritas sebagai bangsa juga menjadi pendorong bagi kesatuan ini. Untuk itu,
beberapa persiapan dilakukan, antara lain:
- Mei 1946
dibentuk Dewan Permusyawaratan Gereja-gereja Di Indonesia yang berpusat di
Yogyakarta.
- Maret 1947
terbentuk Majelis Kristen Di Indonesia bagian Timur yang berpusat di
Makasar yang sementara, sampai terbentuknya DGI.
- Awal
1949 terbentuk dewan Gereja-gereja Sumatera.
Hal di atas menunjukkan bahwa sejarah gerakan oikumene di
Indonesia didahului dengan terbentuknya dewan gereja-gereja daerah. Selain itu
juga karena situasi politik yang kurang mendukung. Tindakan-tindakan dilakukan
untuk mewujudkan keesaan gereja di Indonesia, antara lain:
·
23 Januari 1948 dikeluarkan surat kepada beberapa
pemuka Kristen dan pemimpin gereja untuk membentuk sebuah Panitia Perancang untuk
menyiapkan pembentukan DGI. Surat ini ditandatangani oleh Ds. T. Sihombing
(Sumatera), Ds. B. Probowinoto (Jawa), Ds. W. J. Rumambi (Indonesia Bagian
Timur).
·
6-12 November 1949, konferensi persiapan
pembentukan DGI di gedung gereja Paulus, Jakarta. Di ikuti oleh utusan dari 29
gereja-gereja di Indonesia. Di sini dinyatakan hasrat untuk membentuk DGI.
Konferensi ini juga dihadiri oleh Sekum DGD, Dr. Visser T’ Hoofft dan Sekum
Dewan Pekabaran Injil Internasional waktu itu, yaitu Dr. Ranson. Sekali lagi, situasi
politik yang kurang mendukung di Indonesia justru menjadi pendukung pembentukan
DGI.
·
21-28 Mei 1950, diadakan konferensi pembentukan
DGI. Dan tanggal 25 Mei 1950, deklarasi pembentukan DGI diumumkan.
Sejak waktu ini, DGI harus
bersidang sekali dalam empat tahun. Dalam sidang dibahas rencana-rencana baru,
pengeluaran keputusan-keputusan baru, mengadakan pergantian pengurus DGI[1].
STRUKTUR DGI
1. Sidang Raya
Sidang raya terdiri dari 5-7
orang utusan dari masing-masing gereja anggota. Mereka memilih 5 orang menjadi
Majelis Ketua yang memimpin persidangan. Sidang raya merupakan intasi terakhir
penentu kebijaksananan, penerimapertanggung jawaban keungan dan program dari
badan pekerja lengkap, memilih BPH termasuk sekum dan bendahara D.G.I. Forum
ini merupakan tempat bermusyawarah gereja-gereja untuk membahas dan memutuskan
semua hal yang menyangkut kepentingan bersama[2].
2. Badan Pekerja Lengkap
Bersidang setahun sekali,
terdiri dari seorang wakil dari tiap-tiap gereja anggota dan 13 orang anggota
BPH dengan seorang dari setiap wakil
Dewan Gereja Wilayah sebagai konsulatn. Dipimpin seorang Majelis Ketua, empat
orang dari wakil gereja. Bertugas sebagai pelaksana keputusan-keputusan Sidang
Raya, menampung soal-soal yang timbul antara dua Sidang Raya, mengangkat staf
inti dan sekertariat umum serta menerima laporan dan pertanggungjawaban dari
BPH. Masa kerja ialah masa antara dua Sidang Raya, biasanya 4 tahun[3].
3. Badan Pekerja Harian
Terdiri dari seorang Ketua
Umum, 3 orang ketua, seorang Sekum dan seoran Bendahara ditambah 7 orang
anggota semuanya berjumlah 13 orang. BPH bersidang sekurang-kurangnya sekali
sebulan, dipimpin oleh para ketua dan dibantu oleh Sekum. Masa kerjanya sama
dengan BPL. Bertugas untuk melaksanakan tugas dan keputusan-keputusan BPL dan menampung
soal-soal yang timbul antara 2 sidang BPL serta mempertanggungjawabkan kepada
Sidang BPL berikut[4].
4. Badan Keuangan Umum
Beranggotakan 5 orang yang
dipilih dari anggota-anggota BPL sendiri. dari 5 orang ini dipilih seorang
ketua dan seorang sekertaris. Bertugas merancang, menetapkan, menerima, dan
melaksanakan anggaran belanja DGI, juga mencari dana, mengadakan pemeriksaan
keuangan dari setiap departemen dan setiap badan yang ada pada DGI[5].
5. Sekertaris Umum
Terdiri dari seorang Sekum,
bendahara, wakaSekum, dan beberapa sekertaris Departemen serta beberapa asisten
seksertaris, dan beberapa administrator. Bertugas melaksanakan administrasi
sehari-hari dari DGI[6].
6. Komisi-komisi/
Departemen-departemen dan Badan-badan
Merupakan suatu kelompok kerja
yang diutus untuk melakukan suatu tugas tertentu. Dibentuk oleh Sidang Raya dan
menerima wewenang khusus dan terbatas dari Sidang Raya untuk menggarap suatu
bidang tugas di antara Sidang Raya. Departemen adalah bagian dari Sekum DGI
sebagai pelaksana administrasi untuk bidang khusus yang ditugaskan kepadanya. Bertugas
menyusun rencana Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja yang
dikerjakan oleh departemen, menyerahkan kepada BKU. Membimbing staf dalam
pelaksanaan rencana kerja, membuat laporan pertanggungjawaban komisi kepada BPL
dan Sidang Raya berikutnya[7].
AKTIFITAS DAN PROGRAM-PROGRAM DGI
1. Bidang Keesaan dan
Kesaksian
a. Pekabaran Injil
b. Pelayanan rohani di
ABRI
c. Pelayanan Wanita
d. Pelayanan Pemuda
e. Pelayanan Keesaan
f.
Studi dan Penelitian
2. Bidang Pelayanan dan
Pembangunan
3. Program Konkrit dari
Pelayanan Gereja dalam Pembangunan
a. Pelayanan di bidang
Kesehatan
b. Pelayanan di bidang
Sosial
c. Keluarga yang
Bertanggungjawab
4. Kegiatan-kegiatan
Khusus
5. Bidang Pendidikan dan
Komunikasi
PERKEMBANGAN
DGI 1950-1994
1. Sidang Lengkap I
Gereja-gereja Di Indonesia, yang bersidang
di Jakarta pada 21-28 Mei 1950, yang merupakan tahun Pembentukan DGI
2. Sidang Lengkap II
DGI, yang bersidang di Jakarta pada 20-30 Juni 1953. Sidang ini bertemakan
“Yesus Kristus Harapan Dunia”
3. Sidang Lengkap III
DGI, yang bersidang di Jakarta 8-17 Juli 1956. Tema sidang kali ini adalah “Keesaan
kita dalam Kristus dan perpecahan selaku gereja”.
4. Sidang Lengkap IV
DGI, yang bersidang di Jakarta pada 3-13 Juni 1960 dengan tema “Yesus Kristus
Terang Dunia”.
5. Sidang Lengkap V DGI,
yang bersidang di Jakarta pada 3-14 Mei 1964, dengan tema “Yesus Kristus
Gembala yang Baik”.
6. Sidang Lengkap VI DGI
di Makasar pada 29 Okt- 8 Nov 1967, bertema “Tengoklah Aku Jadikan Semuanya
Baru” dan sub tema “Pembaharuan Manusia, Gereja, dan Masyarakat”.
7. Sidang Raya VII DGI,
18-28 April 1971, di P. Siantar. Tema Sidang “Disuruh Ke Dalam Dunia” dan Sub
tema “Tugas kita dalam Negara Pancasila yang Membangun”.
8. Sidang Raya VIII DGI,
1-12 Juli 1976 di Salatiga. Tema Sidang “Yesus Kristus Membebaskan dan
Mempersatukan”.
9. Sidang Raya IX DGI,
19-31 Juli 1980 di Tomohon. Tema Sidang “Datanglah Kerajaan” dan Sub tema “Roh
Kudus Membaharui Gereja Menjadi Saksi Dalam Pergumulan Bangsa”.
10. Sidang Raya X DGI,
21-31 Oktober 1984 di Ambon. Tema “Yesus Kristus kehidupan Dunia” dan sub tema “Harapan dan Keprihatinan
Bangsa dan Gereja Memasuki Abad ke-20”.
11. Sidang Raya XI PGI,
20-30 Oktober 1989 di Surabaya. Tema Sidang “ Roh Kudus Memberi Kuasa Menjadi
Saksi” dan sub tema “Bersama-sama Menanggulangi Kemiskinan dalam Rangka
Pembangunan Nasional sebagai Pengamalan Pancasila”.
12. Sidang Raya XII,
21-30 Oktober 1994 di Jayapura. Tema Sidang “Ya Roh Kudus Baharuilah dan
Persatukanlah Kami” dan sub tema “Bersama-sama Membangun Masyarakat Majemuk
Indonesia yang Bersatu, Sejahtera, Merata, dalam Rangka Pembangunan Nasional
sebagai Pengamalan Pancasila”[8].
PENUTUP
Berdasarkan Yoh 17:21, ketika
Yesus meminta kepada Bapa agar “semua orang” atau “mereka” bersatu sama seperti
Ia dan Bapa adalah satu, maka misi ini kemudian direalisasikan dalam
gereja-gereja yang ada di dunia saat ini. Sehingga keberagaman tidak hanya
menjadi alat untuk perpecahan melainkan sebagai salah satu sarana untuk bersatu
dalam wadah keesaan gereja. Setelah dimulai dengan DGD, langkah untuk bersatu
ini juga sampai ke Indonesia dengan terbentuknya DGI/ PGI. Satu bentuk
organisasi gereja yang kemudian menjadi wadah bagi gereja-gereja untuk bersatu
dan menyelesaikan masalah-masalah umum yang dirasa memang penting untuk
diperhatikan bersama oleh seluruh gereja-gereja anggota DGI.
Lampiran I:
DAFTAR GEREJA-GEREJA ANGGOTA PERSEKUTUAN
GEREJA-GEREJA DI INDONESIA 1995[9]
No |
Nama gereja |
No |
Nama gereja |
1 |
HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) |
35 |
GKLB (Gereja Kristen Di Luwuk Banggai) |
2 |
BNKP (Banua Niha Keriso Protestan) |
36 |
GKT (Gereja Kristus Tuhan) |
3 |
GBKP (Gereja Batak Karo Protestan) |
37 |
GPID (Gereja Kristen Indonesia Di Danggola) |
4 |
GMI (Gereja Metodis Indonesia) |
38 |
GPKB (Gereja Punguan Kristen Batak) |
5 |
GKE (Gereja Kalimantan Evangelis) |
39 |
GPIG (Gereja Protestan Di Gorontalo) |
6 |
GMIST (Gereja Masehi Injili Sangihe Talaud) |
40 |
GKJTU (Gereja Kristen Jawa Tengah Bagian Utara) |
7 |
GMIM (Gereja Masehi Injili Minahasa) |
41 |
GKKP (Gereja Kristen Kalimantan Barat) |
8 |
GMIBM (Gereja Masehi Injili Bolaang Mongondow) |
42 |
GGP (Gereja Gerakan Pantekosta) |
9 |
GKST (Gereja Kristen Sulawesi Tengah) |
43 |
GKPI (Gereja Kristen Protestan Indonesia) |
10 |
Gereja Toraja |
44 |
GPIBT (Gereja Protestan Indonesia Buol
Toli-toli) |
11 |
GTM (Gereja Toraja Mamasa) |
45 |
GKPM (Gereja Kristen Protestan Mentawai) |
12 |
GKSS (Gereja Kristen Sulawesi Selatan) |
46 |
GKI SUMUT (Gereja Kristen Protestan Sumut) |
13 |
GEPSULTRA (Gereja Protestan Sulawesi Tenggara) |
47 |
GKPA (Gereja Kristen Protestan Angkola) |
14 |
GMIH (Gereja Masehi Injili Halmahera) |
48 |
KGPM (Kerapatan Gereja Kristen Minahasa) |
15 |
GPM (Gereja Protestan Maluku) |
49 |
GMB (Gereja Mision Batak) |
16 |
GKI IRJA (Gereja Kristen Injili Di Irian Jaya) |
50 |
GEREJA AMIN (Gereja Angowuloa Masehi Indonesia
Nias) |
17 |
GMIT (Gereja Masehi Injili Timor) |
51 |
GKA (Gereja Kristen Anugerah) |
18 |
GKS (Gereja Kristen Sumba) |
52 |
GPIL (Gereja Protestan Indonesia Luwu) |
19 |
GKPB (Gereja Kristen Protestan Di Bali) |
53 |
GKKA (Gereka Kebangunan Kalam Allah) |
20 |
GKJW (Gereja Kristen Jawi Wetan) |
54 |
GKKK (Gereja Kristen Kalam Kudus) |
21 |
Sinode Am GKI |
55 |
ONKP (Orahua Noha Kerisho Protestan) |
22 |
GITJ (Gereja Injili Tanah Jawa) |
56 |
GKSBS (Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan) |
23 |
GKJ (Gereja Kristen Jawa) |
57 |
GPKB (Gereja Protestan Kalimantan Barat) |
24 |
GKP (Gereja Kristen Pasundan) |
58 |
GKTT (Gereja Kristen Di Timor-timur) |
25 |
Gereja Kristus |
59 |
GBI (Gereja Bethel Indonesia) |
26 |
GPIB (Gereja Protestan Di Indonesia Bagian
Barat) |
60 |
GKII (Gereja Kristen Injili Indonesia) |
27 |
GPI (Gereja Protestan Di Indonesia) |
61 |
GEMINDO (Gereja Masehi Injili Indonesia) |
28 |
GIA (Gereja Isa Almasih) |
62 |
GKLI (Gereja Kristen Luther Indonesia) |
29 |
GKMI (Gereja Kristen Muria Indonesia) |
63 |
GEKISIA (Gereja Kristen Injili Di Indonesia) |
30 |
GKPS (Gereja Kristen Protestan Simalungun) |
64 |
GPP (Gereja Protestan Persekutuan) |
31 |
GKPI Tarakan (Gereja Kristen Pemancar Injil) |
65 |
GKSI (Gereja Kristen Setia Indonesia) |
32 |
GBIS (Gereja Bethel Injil Sepenuh) |
66 |
GTDI (Gereja Tuhan Di Indonesia) |
33 |
GPPS (Gereja Pantekosta Pusat Surabaya) |
67 |
GKI-SULSEL (Gereja-gereja Kristen Indonesia Di
Sulawesi Selatan) |
34 |
HKI (Huria Kristen Indonesia) |
68 |
GKPB
(Gereja Kristen Perjanjian Baru) |
DAFTAR PUSTAKA
----.
1973. Spektrum Dewan Gereja-gereja Di Indonesia.
Jakarta: Kantor Wali Gereja
Indonesia.
----.
1979. Jerih dan Juang: Laporan Nasional Survei Menyeluruh Gereja Di
----.
2002. Lima Dokumen Keesaan Gereja: Persekutuan
Gereja-gereja Di Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Lampiran II:
STRUKTUR DGI[10]
[1] Spektrum
Dewan Gereja-gereja Di Indonesia, 313-318
[2] Jerih dan Juang: Laporan Nasional Survei
Menyeluruh Gereja Di
[3] Ibid.,
[4] Ibid.,
[5] Spektrum
Dewan Gereja-gereja Di Indonesia, 320
[6] Ibid.,
[7] Spektrum
Dewan Gereja-gereja Di Indonesia, 321
[8] Lima
Dokumen Keesaan Gereja: Persekutuan Gereja-gereja Di Indonesia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 204-205
[9] Ibid., 103-115
[10] Disusun oleh Sekum untuk konsultasi
keesaan, Sept 1972
Tidak ada komentar:
Posting Komentar