HUBUNGAN ANTARA
PL DAN PB MENURUT D.L. BAKER[1]
Satu Alkitab Dua Perjanjian,
ada hubungan teologis apa sebenarnya di antara kedua perjanjian ini?
Ada banyak usaha yang sudah
dilakukan sepanjang sejarah gereja untuk menjawab pertanyaan ini: Zaman Bapa Gereja: Kedua perjanjian
dilihat sebagai satu Alkitab. Pada abad
pertengahan: PB dianggap berkesinambungan dengan PL walaupun PB dianggap
lebih unggul dari PL. Pada masa
reformasi: Kesatuan dan keragaman (Luther), kesamaan dan perbedaan (Calvin)
Alkitab diakui. Pada abad ke-17-19:
Penelitian Alkitab, Orthodoksi, paradigma pencerahan yang bersifat humanistik
menolak beberapa bagian Alkitab terutama PL, Konservatif bertahan dengan
pengilhaman Alkitab namun bersedia untuk mempertimbangkan ide-ide baru. Pada akhir abad 19 dan awal abad 20:
menekankan adanya tahap-tahap perkembangan dalam PL yang disempurnakan dalam PB
(pendekatan bertahap). Masa Modern terdapat
empat mecam pendekatan: 1) PB dianggap sebagai Alkitab yang hakiki, dengan
alasan; PL adalah prasyarat PB. PB
adalah Alkitab yang sesungguhnya dan PL adalah tambahan, usang, tidak Kristiani
dan hanya merupakan dokumen sejarah atau firman Allah secara tidak langsung
(Bultmann), PL adalah lawan dari PB dan tidak berrelevansi langsung bagi orang
Kristen (Hirsch), PL dan PB adalah janji namun PL hanya relevan jika dipandang
sebagai janji dan PL hanya bisa ditafsirkan dalam terang PB (Baumgartel), PB
lebih tinggi daripada PL karena memiliki hubungan langsung dengan orang Kristen
(Hezze), dan PL berlaku bagi jemaat Kristen jika ia disahkan oleh PB
(Gunneweg). 2) Kedua Perjanjian sama-sama Kitab Suci Kristen, dengan alasan; PL dan PB bukan hanya
kesatuan tapi sama dalam hal teologi dan Kristologi (Vischer), PL dan PB
berhubungan satu sama lain dan PL menunjuk kepada Kristus, PL menanti dan PB
berbicara tentang masa depan sambil menoleh ke belakang (Barth), Kristus adalah
pusat dari Alkitab dan PL adalah jalan yang menuntut kepada Kristus (Jacob), PL
dan PB sama-sama penyataan Allah dan mempunyai dasar teologi yang sama
(Knight), kitab suci Kristen terdiri dari PL dan PB, sinambung, dan
membicarakan Allah yang satu (Childs). 3)
PL sebagai Alkitab yang hakiki. alasannya; PL adalah Alkitab yang hakiki dan PB
sebagai tafsirannya, PL memiliki prioritas historis dan teologis dalam
hubungannya dengan PB (Ruler), prioritas teologi PL berada di atas PB, dan bisa
menerangkan dirinya sendiri (Misskotte), PL harus digunakan untuk dapat
mengerti Kristus dengan lebih benar
(Barr). 4) Kedua Perjanjian sebagai sejarah keselamatan. Alasannya; peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh-tokoh Alkitab
penting untuk iman kita yang mampu membawa kepada konsep tentang sejarah
keselamatan yang menghubungan PL dan PB (Von Rad), kesaksian tentang Yesus
dalam PL digenapi dalam PB yang menunjukkan adanya karya keselamatan Allah bagi
dunia sehingga kedua perjanjian berhubungan secara teologis.
Untuk menjawab pertanyaan
terebut, ada tiga tema kunci yang digunakan; 1) Tipologi, cara mengungkapkan sejarah keselamatan yang menghubungkan kedua
perjanjian, penggambaran atau persesuaian PL kepada PB (modern), metode tafsir
yang dominan dan khas dalam PL oleh PB (Goppelt), analogi antara PL dan PB
(Wolff). Tipologi bukan eksegesis, nubuat, alegori, perlambangan, sistem
tafsir, tafsiran khayal, ia bersifat historis dan mensyaratkan persesuaian yang
nyata secara teologis berdasarkan karya Allah yang konsisten dalam sejarah umat
pilihan-Nya. Ia dapat berupa contoh, teladan, ilustrasi, pola, analogi, dll. 2) Janji dan Penggenapan, rumusan
tentang terwujudnya rencana Allah dalam sejarah namun penggenapan itu masih
bersifat sementara. Pola ini menyatukan PL dan PB dalam keyakinan bahwa
janji-janji PL akan keselamatan dan kerajaan, perjanjian yang baru dan ciptaan
yang baru telah digenapi dalam Kristus. 3) Beranekaragam tetapi bersatu, terdapat kesinambungan dan
ketidaksinambungan antara PL dan PB, juga terdapat kesatuan dan keanekaragaman
teologis di antara keduanya. Kesatuan teologis itu bersifat dinamis dan bisa
berubah menjadi keanekaragaman teologis. Namun bukankah dari keanekaragaman
yang ada itu juga bisa melahirkan kesatuan?
Hubungan Teologis antara Kedua
Perjanjian sebuah kesimpulan: ada berbagai macam pendekatan berbeda tentang
hubungan kedua perjanjian ini, mereka memiliki daya tarik masing-masing dengan
kelebihan dan kekurangannya. Tidak bisa disangkali adanya kontras dan paradoks
dalam Alkitab, namun masih dalam kesatuan teologis yang hakiki dan berpusat
pada Yesus Kristus. Kita perlu menyimpulkan bahwa kedua perjanjian itu merupakan
satu Alkitab dengan wibawa yang sama. Dalam PL terkandung pengharapan
eskatologi yang bersifat historis teologis dan
ketegangan-ketegangan yang belum terpecahkan. Dalam PB terlihat pemakaian tipe dan ramalan dari PL
(France) selain itu, peristiwa-peristiwa Injil juga hanya dapat dimengerti
dalam terang PL. Dengan begitu PL menantikan PB dan PB menoleh ke belakang ke
arah PL. Jadi PL adalah dasar historis dan teologis bagi penulisan PB dan PB
menggenapi dan memecahkan ketegangan-ketegangan PL. Terdapat lima konsep yang
mengarahkan kita kepada pemahaman tentang hubungan teologis antara kedua
perjanjian ini: Kristologi, Sejarah Keselamatan, Tipologi, janji dan
penggenapan dan kesinambungan dan ketidaksinambungan antara PL dan PB yang
ternyata kesemuanya berpusat pada satu tokoh yaitu Yesus Kristus. Memang ada
bagian PL maupun PB yang tidak diterapkan langsung dalam kehidupan Kristen,
mengingat adanya konteks yang mempengaruhi penulisan dengan konteks yang ada
pada masa sekarang dan dalam penafsiran, konteks ini perlu diperhatikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar