ETIKA DI DALAM PL
DEFINISI
Kata
etika sebenarnya berasal dari bahwa Yunani yaitu Ethos dan Ta Etika. Ethor
berarti kebiasaan dan adat atau lebih condong ke pengertian kesusilaan,
perasaan batin, atau kecenderungan hati dengan mana seseorang melaksanakan sesuatu
perbuatan. Jika kita perhatikan dalam PL, tidak muncul kata yang menunjuk
kepada etika, namun bisa ditemukan kata yang mendekati ke makna itu. Dalam
bahasa Ibrani, kata yang mendekati kepada pengertian etika adalah kata Musar dan derek.
Kata Musar[1] secara etimologis berarti
disiplin, suci, murni, belum berdosa, dll. Sementara kata derek[2]
secara etimologis berarti jalan, jarak, perjalanan, cara, gaya atau sikap. Jadi
jika dilihat dari pengertian tersebut, etika dalam PL dapat dipahami sebagai
jalan, gaya, atau sikap yang menentukan jalan hidup seseorang dan ini bisa saja
kemudian menjadikan kehidupan orang tersbut suci, atau murni.
Menurut
Browning, etika merupakan prinsip-prinsip perbuatan benar dan salah. Dasar
untuk melakukan apa yang benar dan ketajaman untuk melihat apa yang benar. Agama
dan etika sering dianggap sebagai suatu kesadaran manusia yang terpisah.
Seseorang dengan religius yang rendah dapat saja memiliki prinsip-prinsip etis
yang tinggi dan orang yang religius mungkin saja mengambil standar keputusan
yang asing bagi kesadaran moral yang lazim. Sekalipun agama dan etika dianggap
berbeda, namun tetap terdapat hubungan yang erat di antara keduanya. Perjuangan
moral mendapatkan dasar pengharapannya dari iman kepada Allah yang menjadi
pendorongnya. Dalam PL keadaan penuh harapan ini timbul dari perjanjian Allah
yang telah diikat dengan Israel. Dan kemudian menjadi bagian dari visi mengenai
cara hidup[3].
DASAR ETIKA PL
Apa yang mendasari Teologi PL
? Yaitu: Sifat dasar Allah, Hukum Taurat, perjanjian, upacara keagamaan serta
kesalehan. Kesalehan dan Etika berjalan bersama-sama seperti halnya dengan iman
dan perbuatan. Hal ini merupakan bentuk konkrit kehidupan dalam Perjanjian.
Sangat penting dalam PL di mana seluruh kehidupan berkaitan dengan Allah dan
Maksud-maksud-Nya. Seorang tokoh yang bernama: Jacob, mengungkapkan bahwa Jika
sifat dasar manusia dapat ditentukan oleh tema Gambar Allah, maka dapat
dirumuskan sebagai hal meniru Allah.
1. Watak Allah
Ungkapan Watak Allah. Secara
Teologis: menunjukkan bahwa agama dan moralitas berhubungan paling erat. Maksudnya,
Allah merupakan sumber kebaikan, dan jika manusia harus berbuat baik, itu hanya
karena ia mengenal Allah. Ams.3:5-6. Perilaku yang tidak bercela di hadapan
Allah merupakan suatu kehidupan yang bermoral. Pada Zaman PL dan Yudaisme
mengajarkan untuk taat kepada Hukum Taurat sebagai satu-satunya kewajiban
manusia. Akan tetapi, harus dimengerti dalam hubungan dengan penyingkapan diri
Allah yang mendasar: ‘Akulah Tuhan’. Penyingkapan ini secara positif akan
menempatkan Hukum Taurat itu pada pusat perhubungan PL. Kel.20:1-2.
Karena pada hakikatnya hukum
taurat itu satu, maka ketaatan harus pada keseluruhannya. Di dalam PL pun
mengerti kesatuan perintah-perintah Allah. Contoh: Musa, memerintah Israel
untuk ‘melakukan dengan setia segala perkataan hukum taurat. Ul.32:46-47.
2. Ciptaan Menurut Gambar Allah
Manusia yang diciptakan
menurut Gambar Allah. Orientasi manusia kepada hukum taurat menyatakan
kesamaannya dengan Allah. PL mempunyai undang-undang yaitu undang-undang untuk
umat manusia. Kel.21-23, nilai-nilai manusia selalu diperjuangkan di atas
nilai-nilai kebendaan. Namun orang-orang PL diistimewakan sebagai umat yang
mengalami kemurahan Allah. Sehingga mereka saling berhubungan, karena kemurahan
Allah itu. Sebgai orang-orang yang menjadi sasaran Kasih Allah, harus menunjukkan
kasih itu. Mi.6:8: Berlaku adil dan mencitai kesetiaan. Manusia sebagai pembawa
Gambar Allah, harus mencerminkan sifat Allah. Ayub 29:12-14. Hukum taurat
menyatakan sifat sesungguhnya dari manusia. Tentu saja manusia tak dapat
bersifat kudus sebagaimana Allah itu kudus, tetapi mereka dapat menjadi kudus
dalam cara manusia. Di dalam PL hukum taurat itu bersifat menyelamatkan. Jadi,
mengikuti jalan Tuhan dalam PL berarti mengambil bagian secara nyata dalam
program penyelamatan-Nya. Hal ini tidak hanya berarti berbuat kebenaran tetapi
menderita demi kebenaran. Yes.53. Mematuhi hukum taurat merupakan ungkapan
kehendak baik Allah. Tujuan dari Etika ini adalah suatu pergeseran dari
persekutuan kehendak kepada persekutuan watak, artinya suatu pemulihan
persekutuan yang ada di antara Adam dan Allah.
PERKEMBANGAN PRINSIP-PRINSIP ETIKA PL
1. Perintah-perintah dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
ciptaan
Yaitu prinsip-prinsip:
menekankan bahwa manusia harus berperan sebagai penguasa dalam memenuhi dan mengatur
bumi. Kej.1:28. Kemudian mampu mewujudkan potensi yang diberikan Allah
kepadanya. Hubungan yang terjalin antara Adam dan Hawa juga merupakan hubungan
yang unik yang mencerminkan hubungan Allah dengan umat-Nya. Namun kejatuhan
manusia dalam dosa berpengaruh terhadap
setiap peri kehidupan manusia. Namun tidak mengubah keadaan dasar manusia juga
tidak mengubah hubungan dasar mereka baik terhadap bumi, pekerjaan, dan
keluarga mereka. Manusia tak dapat hidup
tanpa firman Allah, persekutuan dengan Allah adalah Dasar Kehidupan. Perintah
yang diberikan bukan untuk menantang manusia atau memberi bimbingan mutlak. Hubungan
antara manusia dengan Allah adalah hubungan yang wajar, mereka melakukan
kehendak Allah secara naluriah. Perintah-perintah hanya untuk menegaskan dan
menguraikan struktur ciptaan yang di dalamnya mereka harus berkembang di
hadapan Allah.
2. Berbagai ketetapan, lembaga dan adat bagi
umat perjanjian Allah
Semua lembaga dan adat dalam
kehidupan Israel merupakan uraian dari hubungan perjanjian ini. Pada setiap
kesempatan lembaga dan ketetapan menyentuh umat Israel dan menolong mereka
mengenal diri sendiri serta berperan sebagai struktur pengambilan keputusan-keputusan
moral.
a. Sepuluh hukum
Sepuluh Hukum ini merupakan
inti Etika Alkitabiah. Hukum Taurat diberikan di Gunung Sinai bukanlah
undang-undang baru tetapi perumusan ketetapan-ketetapan yang sudah ada.
Kej.2:2-3. Mengenai sabat 9:5, mengenai pembunuhan 26:9-10, mengenai zinah.
Semua hubungan antara Allah dengan umat-Nya diliputi dalam hukum-hukum itu. Secara
Teologis, hormat kepada orang tua bertumpu pada keadaan Allah sebagai Bapa yang
mula-mula. Kel.4:22. Jadi, hormat terhadap wewenang harus dilanjutkan dan
dipelihara dalam keluarga. Lingkungan keluarga adalah tempat seseorang belajar
untuk menghormati dan taat tanpa pertimbangan jasa seseorang. Seorang tokoh
berpendapat yang bernama Murray: tentang contoh: Yakub dan Ribka, mengatakan
bahwa Allah memenuhi tujuan-Nya yang sudah bulat mengenai Kasih Karunia dan
Janji, tanpa menghiraukan tindakan-tindakan tak teruji dari mereka yang menjadi
pewaris-pewaris Kasih karunia tersebut. Gagasan PL mengenai kebenaran adalah
Kesetiaan dalam hubungan, terutama dalam hubungan perjanjian.
b. Bidang-bidang problem
Perbudakan merupakan pelanggaran
terhadap banyak prindip dasar dalam Etika PL, namun dibiarkan, bahkan diatur
secara khusus. Di dalam PL keadaannya berbeda. Dibawah hukum Taurat hak-hak
asasi para budak dijamin, baik mengenai istrahat maupun perayaan. Jadi
perbudakan diperbolehkan. Tetapi sambil mempertimbangkan peri kemanusiaan. Maka
PL mengakui bahwa masyarakat belum siap untuk hidup tanpa perbudakan. Cara
Allah untuk melenyapkan perbudakan “merupakan proses panjang yang terdiri atas
pengasuhan dan pendidikan rohani serta mempertajam hati nurani, bukan suatu
pengaturan sosial yang prematur.
Dalam hal ini, Allah memberi
contoh: melalui bangsa Israel bahwa Orang asing yang tinggal padamu harus sama
bagimu seperti orang Israel asli dari antaramu, Kasihilah dia seperti dirimu
sendiri. Im.19:34. Ayat ini diakhiri dengan ‘Akulah Tuhan, Allahmu’.
Watak-Nyalah yang dipertaruhkan, dan perhatian-Nya yang khusus kepada
orang-orang yang kurang beruntung. Ul.10:17-19.
Salah satu sumber sejarah PL
yang paling awall adalah Kitab peperangan Tuhan. Bil.21:14. Tuhan adalah
panglima umat-Nya II Taw.13:12 yang berperang untuk Yehuda. Kehadiran Tabut
Allah merupakan simbol utama pertolongan-Nya. Tujuan PL waktu pemazmur berkata
tentang Allah, Ia menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi. Mz.46:10.
Jadi secara umum Etika PL
bukanlah Etika “campur tangan’, melainkan Etika ‘penundaan’, yaitu Kasih
karunia Allah yang menunda. Etika Campur Tangan yaitu Perjanjian penebusan yang
dibuat Allah dengan umat-Nya, kuasa keadilan Allah dan kenyataan penggenapan dalam
persoalan-persoalan Israel.
c. Ajaran Para nabi
Etika tingkat tinggi dalam PL.
Sebagai bukti: contoh Abraham menunjukkan kesenangan dan sifat tak mementingkan
diri. Yusuf mengatasi suatu cobaan besar dan mengampuni kesalahan yang berat.
Daud menolak untuk membals dendam. I Sam.24:12. sehingga ia dapat menunjukkan
‘Kasih yang dari Allah’ kepada isi rumah Saul. II Sam.9:3.
Puncak ajaran Para Nabi:
menjadi aktifitas penyelamatan yang direncanakan Allah. Sehingga PL secara
bertahap dan memberi kesan yang mendalam pada Israel mengenai hubungannya
dengan Allah. Pada zaman Para Nabi tuntutan Allah yang utama adalah kerendahan
hati dan pengendalian diri. Mi.6:8 dan Yer.22:16. Kemudian ada kesadaran baru
tentang apa yang dikehendaki oleh dosa. Teladan Allah bagi umat-Nya bahwa Allah
sendiri menderita karena dosa.
MOTIVASI MELAKUKAN ETIKA
- Berdasarkan hubungan dengan Tuhan. Disebut personal Basis. Im.19:2
- Historical basis artinya 125 x disebutkan seperti ini. Kel.20:2. Berarti bersikap seperti orang merdeka.
Ada 3 yang menjadi dasar motifasi, yaitu:
- Respon terhadap Tuhan: mampu bertingkah laku seperti Allah
- Perjanjian: Abraham diminta keluar dari bangsa Kasdim. Kej.12
- Pola tingkah laku sebagai orang-orang yang ditebus “bangsa yang bebas”.
MAKNA TEOLOGIS
Etika
bukan hanya masalah apa yang salah dan yang benar untuk dilakukan, namun etika
juga adalah perbuatan iman.
Meaning: 1) discipline,
chastening, correction 1a) discipline, correction 1b) chastening
Origin: from 03256; TWOT - 877b;
n m
Usage: AV - instruction
30, correction 8, chasten 4, chastisement 3, check 1, bond 1, discipline 1,
doctrine 1, rebuker 1; 50
Meaning: 1) way, road,
distance, journey, manner 1a) road, way, path 1b) journey 1c) direction 1d)
manner, habit, way 1e) of course of life (fig.) 1f) of moral character (fig.)
Origin: from 01869; TWOT -
453a; n m
Usage: AV - way 590,
toward 31, journey 23, manner 8, misc 53; 705
[3] W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2009), 98-100
Tidak ada komentar:
Posting Komentar