Minggu, 21 Mei 2017

Konsep Teologi Perjanjian Lama tentang Pemilihan



PEMILIHAN

Kej 11-50
Pemilihan merupakan fakta, fakta bahwa di dunia ini memang ada pemilihan. Siapa yang memilih Tuhan.

Definisi
Memilih berarti mengambil dari banyak. Secara etimologi, kata pemilihan sendiri berasal dari kata Bachar yang disebutkan dalam PL sebanyak 169 kali yang berarti menyeleksi seseorang atau sesuatu setelah mempertimbangkannya dengan hati-hati (I Sam 17:40). Dalam bahasa Yunaninya di PB yaitu ek lego yang berarti memanggil keluar.
Secara umum kata pemilihan berarti tindakan Allau untuk memilih seseorang atau satu group untuk tujuan kemuliaan Allah. Pemilihan sendiri merupakan wewenang dari Allah, tidak asal-asalan, dan berdampak luar biasa (Ef 1:3-14).

Siapa Yang Dipilih
Manusia, siapapun dia menurut kehendak dan kasih karunia Allah. Pertanyaannya, apakah orang yang Tuhan pilih itu adalah orang yang benar-benar baik? Belum tentu. Manusia itu dipilih bukan karena moralnya baik, karena ia cerdas, karena ia memiliki banyak telenta, tapi karena Allah mengasihi dia dan ingin memberikan kasih karunia itu kepadanya. Manusia itu dipilih terlebih dahulu, kemudian ia mengalami pembentukan, dan ini membutuhkan proses. Contoh, Abraham, meskipun ia adalah orang pilihan, namun ia tetap melakukan dosa, ia pernah berbohong dan kompromi dengan istrinya, Sarai, untuk mengambil Hagar menjadi gundiknya karena tidak sabar menunggu janji Tuhan untuk memberikan anak. Yang penting di sini adalah ada atau tidaknya pertobatan.
            Menurut Wahono, pemilihan itu merupakan inisiatif Allah, dan penggilan tau pemilihan itu membutuhkan respon yaitu jawaban ketaatan. Panggilan itu diberikan kepada Abram bukan karena Abram baik, hal itu semata-mata karena kehendak Allah. Mengapa mereka tetap dipilih walaupun mereka memiliki kekurangan? Itu adalah rahasia Allah sendiri[1].

Makna Teologis
            Kasih karunia Allah itu luar biasa besarnya bagi manusia.

Hubungan Pemilihan dengan Janji
            Ada kaitan erat antara hubungan dengan janji. Keduanya dama-sama berakar dan bermula dari prakarsa serta penyataan diri Allah sendiri[2]. Manusia itu awalnya mengalami pemilihan terlebih dahulu oleh Allah, lalu setelah mereka dipilih, diadakan perjanjian antara Allah (Kej15:17)[3].



[1] S. Wismoady Wahono, Di Sini Kutemukan: Petunjuk Mempelajari dan Mengajarkan Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 95-96

[2] Ibid, 97
[3] Catatan Kuliah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar